27.8 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Cabai Merah Penyumbang Terbesar Inflasi Agustus di Sumut

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT PO
Pedagang merapikan cabai merah yang didagangkan di Pusat Pasar Medan, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Tingkat inflasi di bulan Agustus meningkat cukup tinggi, setelah tercatat relatif rendah sejak awal tahun 2017. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara tercatat mengalami inflasi 1,01% (mtm) pada bulan ini, berbeda dengan nasional yang mengalami deflasi 0,07% (mtm).

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sumut, Arief Budi Santoso mengatakan, kenaikan tersebut sesuai dengan polanya karena sejalan dengan terbatasnya pasokan. Meski demikian, secara tahun kalender di tahun 2017, inflasi sampai dengan periode laporan masihrelatif terjaga pada angka 0,83% (ytd). Realisasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 2,22% (ytd).

“Secara spasial, seluruh kota IHK di Sumut mengalami inflasi. Secara bulanan tertinggi di Kota Medan (1,06%) dan terendah di Kota Padangsidempuan (0,43%),” ungkap Arief dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/9).

Menurut dia, sumber inflasi bulan ini terutama berasal dari inflasi kelompok Volatile Foods yang meningkat signifikan dari 0,37% (mtm) pada bulan sebelumnya menjadi 4,14% (mtm). Sub kelompok bumbu-bumbuan menjadi penyumbang utama inflasi, khususnya cabai merah.

Hal tersebut dipengaruhi oleh pasokan yang menurun, sejalan dengan keenganan petani untuk menanam cabai merah lantaran beli yang relatif rendah. Sementara, permintaan relatif meningkat terkait perayaan Idul Adha.

“Dengan perkembangan tersebut, meski inflasi kelompok volatile foods meningkat namun secara tahunan masih relatif rendah yaitu sebesar 4,04% dan secara tahun kalender tercatat sebesar -4,75%, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” sebut Arief.

Lebih jauh dia mengatakan, untuk tekanan inflasi administred price dan inflasi inti menurun. Secara bulanan, inflasi kedua kelompok tersebut masing-masing tercatat -0,47% dan 0,08, sehingga secara tahunan masing-masing menurun menjadi 7,63% dan 2,31%.

“Deflasi pada kelompok administered prices terutama didorong oleh penurunan tarif angkutan udara, seiring dengan berakhirnya masa libur lebaran dan anak sekolah. Di kelompok inflasi inti, biaya pendidikan sekolah menengah atas memberikan sumbangan deflasi, sementara sumber inflasi terutama terkait dengan kenaikan biaya pendidikan sekolah menengah pertama (SMP),” beber Arief.

Ia melanjutkan, ke depan inflasi sampai dengan akhir tahun diperkirakan masih sesuai pola historisnya dan dapat tetap terkendali pada kisaran sasaran 4%±1% (yoy). Dalam kaitan ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara senantiasa melakukan koordinasi dengan TPID Kab/Kota sebagai upaya agar pengendalian inflasi tetap berjalan dengan baik.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT PO
Pedagang merapikan cabai merah yang didagangkan di Pusat Pasar Medan, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Tingkat inflasi di bulan Agustus meningkat cukup tinggi, setelah tercatat relatif rendah sejak awal tahun 2017. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara tercatat mengalami inflasi 1,01% (mtm) pada bulan ini, berbeda dengan nasional yang mengalami deflasi 0,07% (mtm).

Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sumut, Arief Budi Santoso mengatakan, kenaikan tersebut sesuai dengan polanya karena sejalan dengan terbatasnya pasokan. Meski demikian, secara tahun kalender di tahun 2017, inflasi sampai dengan periode laporan masihrelatif terjaga pada angka 0,83% (ytd). Realisasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 2,22% (ytd).

“Secara spasial, seluruh kota IHK di Sumut mengalami inflasi. Secara bulanan tertinggi di Kota Medan (1,06%) dan terendah di Kota Padangsidempuan (0,43%),” ungkap Arief dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/9).

Menurut dia, sumber inflasi bulan ini terutama berasal dari inflasi kelompok Volatile Foods yang meningkat signifikan dari 0,37% (mtm) pada bulan sebelumnya menjadi 4,14% (mtm). Sub kelompok bumbu-bumbuan menjadi penyumbang utama inflasi, khususnya cabai merah.

Hal tersebut dipengaruhi oleh pasokan yang menurun, sejalan dengan keenganan petani untuk menanam cabai merah lantaran beli yang relatif rendah. Sementara, permintaan relatif meningkat terkait perayaan Idul Adha.

“Dengan perkembangan tersebut, meski inflasi kelompok volatile foods meningkat namun secara tahunan masih relatif rendah yaitu sebesar 4,04% dan secara tahun kalender tercatat sebesar -4,75%, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” sebut Arief.

Lebih jauh dia mengatakan, untuk tekanan inflasi administred price dan inflasi inti menurun. Secara bulanan, inflasi kedua kelompok tersebut masing-masing tercatat -0,47% dan 0,08, sehingga secara tahunan masing-masing menurun menjadi 7,63% dan 2,31%.

“Deflasi pada kelompok administered prices terutama didorong oleh penurunan tarif angkutan udara, seiring dengan berakhirnya masa libur lebaran dan anak sekolah. Di kelompok inflasi inti, biaya pendidikan sekolah menengah atas memberikan sumbangan deflasi, sementara sumber inflasi terutama terkait dengan kenaikan biaya pendidikan sekolah menengah pertama (SMP),” beber Arief.

Ia melanjutkan, ke depan inflasi sampai dengan akhir tahun diperkirakan masih sesuai pola historisnya dan dapat tetap terkendali pada kisaran sasaran 4%±1% (yoy). Dalam kaitan ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara senantiasa melakukan koordinasi dengan TPID Kab/Kota sebagai upaya agar pengendalian inflasi tetap berjalan dengan baik.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/