JAKARTA-Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengutus BUMN Karya untuk membantu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membangun transmisidengankapasitas 500 kilovolt (KV). Pasalnya, selama ini PLN tak mampu mengatasi kebutuhan listrik sendirian.
Karenanya, Dahlan menunjuk BUMN Karya untuk membantu mengatasi krisis listrik di Sumatera. BUMN Karya itu meliputi PT Hutama Karya, PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Adhi Karya, dan PT Pembangunan Perumahan (PP). Masing- masing BUMN ini nantinya akan mengerjakan dua paket.
“Saya putuskan kelimanya membangun sistem 500 (KV), itu sama seperti sistem di Jawa agar bisa dialirkan 2.000 MW lewat situ,” ucap Dahlan usai mengelar pertemuan dengan PLN dan BUMN Karya di Kantor PT Pertani, Kalibata, Jakarta, Jumat (7/3).
Nantinya, kata Dahlan, transmisi dengan kapasitas 500 KV akan dibangun di Sumatera Selatan (Sumsel) dan akan mengaliri listrik ke wilayah Sumatera Utara (Sumut). “Wilayah Sumatera Selatan itu lumbung energi, dan biaya pengelolaan listrik di Sumsel itu murah,” beber Dahlan.
Dengan menunjuk lima konsorsium yang tergabung dalam BUMN Karya ini, Dahlan berharap proses pengerjaannya segera diselesaikan.
“BUMN Karya ditunjuk untuk membangun transmisi selama 2,5 tahun selesai. Investasinyakira- kiraRp60triliun, dananya dari perbankan BUMN dulu,” kata Dahlan.
Sebelumnya, dikatakannya, juga telah ada rencana yang dicanangkan pada 2008 untuk membangun transmisi dari Sumsel ke Sumut.
Namun, masalah perizinan masih menghambat proyek pembangunan tersebut. “Karena sistem kelistrikan yang sedang dikerjakan ini kurang relevan dengan perkembangan Sumatera,” ungkapnya.
Dahlan melanjutkan, penunjukan lima BUMN karya lantaran untuk mengimbangi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera. Dirinya juga menyesal, bahwa masyarakat masih berharap bahwa sistem transmisi yang mangkrak selama enam tahun masih bisa diselesaikan.
“Makanya ditunjuk lima BUMN Karya besar itu, karena Sumatera itu majunya luar biasa, kalau tidak diimbangi maka kemajuan itu terlambat,” tambahnya.
Tak hanya itu, lanjut Dahlan, pengerjaan infrastruktur listrik ini tidak dilakukan secara konsorsium atau keroyokan. Akan tetapi, pengerjaan tersebut akan dilakukan secara per paket.
Adapun, panjang transmisi yang akan dibangun memiliki panjang 1.200 kilometer.
“Modelnya bukan konsorsium, masing-masing BUMN karya mengerjakan dua paket,” dia menguatkan.
Pada bagian lain, Dahlan mengingatkan, pembangunan transmisi di Pulau Sumatera yang sengaja dipilih di bagian Selatan itu seharusnya dibangun oleh PT PLN (Persero).
“Ini jalan tolnya listrik, seharusnya jalan itu dibangun PLN, tapi PLN enggak punya uang,.
Enggak kuat PLN, kedua dibangun sama PLN atau bukan kan tetap bayar,” ujarnya.
Dahlan menjelaskan, dipilihnya lokasi Sumatera bagian selatan sebagai letak pembangunan transmisi, lantaran wilayah tersebut sebagai lumbung energi di Pulau Sumatera. Tidak hanya itu, biaya pengolahan listrik di wilayah Sumsel juga lebih murah dibandingkan dengan wilayah Sumatera bagian lainnya.
“Kalau bangun listrik Sumatera itu murah, memproduksi listrik di Sumsel itu Rp800 rupiah per watt, sedangkan di Sumut Rp2.000 per watt,” tambahnya. Oleh karena itu, dengan pembangunan transmisi baru ini diharapkan secapatnya bisa menjadi langkah tercepat mengatasi krisis listrik di Sumut .
“Lebih baik produksinya di Sulsel karena selisihnya 1200, makanya dibikin jalan tol listrik, selisih itu untuk bayar dana tol atau distribusinya.
IRR-nya karena masing punya ketentuan sekitar 17 persen-18 persen,” tutupnya.
Pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa, mengapresiasi semangat Dahlan untuk segera mengatasi krisis listrik di wilayah Sumut itu. Hanya saja, koordinator Working Group on Power Restructuring Sector (WGPRS) itu memberikan sejumlah catatan kritis.
Pertama, terkait dengan sumber dana proyek besar itu. “Siap gak BUMN menyediakan dananya, yang pasti sangat besar,” kata dia.
Sementara, untuk menggaet investor, maka akan sulit karena proyek transmisi menurutnya, bukan lah proyek yang dari segi bisnis bisa menguntungkan.
“Kalau menguntungkan, dari dulu sudah rame-rame bangun transmisi. Kalau pun untung, marginnya tipis,” ujar dia.
Kedua, menyangkut siapa dan bagaimana yang terlibat dalam pengelolaannya nanti.
Menurutnya, BUMN Karya tidak punya pengalaman membangun transmisi, apalagi mengelolanya.
Ketiga, apakah proyek transmisi Sumsel-Sumut ini masuk dalam rencana kelistrikan? Dikatakan, saat ini sudah ada proyek pembangunantransmisiSumsel-Jawa.“Jangan sampai proyek tumpang tindih,” ujarnya mengingatkan.
Keempat, yang dipertanyakan Fabby, adalah menyangkut kewenangan pengerjaan proyek ini. “Karena soal kebijakan ketenagalistrikan itu bukan wewenang BUMN. Jadi pertanyaan saya, apakah proyek transmisi Sumsel-Sumut ini sudah dibicarakan secara internal, dengan kementerian terkait (Kementerian ESDM, Red)?” kata Fabby.
“Sekali lagi, saya sangat menghargai semangat Pak Dahlan yang ingin cepat mengatasi krisis listrik di Sumut. Tapi itu lah catatan saya.
Masih banyak hal yang belum beres,” imbuhnya lagi.
Fabby lebih setuju, persoalan listrik di wilayah Sumut harus diselesaikan dengan cara fokus ke pengerjaan pembangunan pembangkit-pembangkit yang sedang berjalan. Lagi-lagi dia menyebut perlunya keseriusan pemda untuk mengatasi kendala lahan, yang kerap muncul di wilayah Sumut.
“Seperti pernah saya katakan, contohnya pembangkit di Pangkalansusu, Langkat itu, ada transmisinya yang belum tersambung karena ada warga yang mempersoalkan lahan. Hal-hal seperti ini yang mestinya cepat diselesaikan,” pungkasnya. (chi/jpnn/sam/val)
Contek Sistem Jawa
PEMBANGUNAN sistem transmisi listrik sebesar 500 kilovolt di sepanjang Pulau Sumatera rupa-rupanya mencontek sistem transmisi di Jawa, yang bermula dari Paiton di Jawa Timur menuju Suralaya di Jawa Barat.
“Dengan sistem transmisi itu, maka bisa mengalirkan listrik dengan jumlah yang besar. Bisa dialirkan 2.000 megawatt lewat situ,” kata Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Pasalnya. sistem kelistrikan saat yang sedang dikerjakan sekarang ini kurang relevan dengan kemajuan Sumatera. Sistem kelistrikan sekarang ini adalah hasil perencanaan pada 15 tahun lalu saat ekonomi Sumatera masih kecil.
Dahlan mengingatkan sebenarnya gagasan tersebut telah direncanakan sejak 15 tahun yang lalu. Dia juga mengatakan proyek tersebut telah dimulai sejak 2008, tapi menemui hambatan terkait dengan masalah perizinan.
“Tapi sampai hari ini proyek itu belum selesai dan enggak tahu kapan selesai, karena akan melewati hutan yang perizinannya sulit bukan main,” katanya.
Jika proyek tersebut berjalan lancar, Dahlan yakin permasalahan gangguan listrik di Sumut dapat teratasi. “(Proyek ini) sudah enam tahun dan belum tahu kapan selesainya. Karena ada yang belum dimulai, ada kontrak yang harus diputus,” tukasnya.
Sebelumnya, Direktur Operasi Jawa-Bali- Sumatera Perusahaan Listrik Negara I Gusti Ngurah Adnyana mengatakan pasokan listrik kepada pelanggan PLN di Sumatera bagian utara memang mengalami gangguan. Ia mengatakan tersendatnya pasokan listrik terjadi akibat kerusakan unit pembangkit listrik di PLTU Labuhan Angin unit I dan unit II yang baru beroperasi selama empat tahun.
Selain itu, Adnyana melanjutkkan, tersendatnya pasokan listrik disebabkan terhambatnya pengoperasian PLTU Naganraya Aceh dan PLTU Pangkalansusu. “Pembangkit listrik di Pangkalansusu terhambat di jaringan transmisi penyalur,” katanya.
Seharusnya, jika pasokan dari PLTU Pangkalansusu dan PLTU Naganraya sudah beroperasi penuh, listrik sebesar 400 megawatt dapat disalurkan sebagai cadangan listrik wilayah Sumatera Bagian Utara. Satu unit pembangkit di PLTU Naganraya sebenarnya sudah beroperasi, tapi tidak dapat mengisi kebutuhan yang ada. “Pangkalansusu baru bisa beroperasi di awal tahun 2015,” katanya. (bbs/val)