27.8 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Dugaan Pelecehan Seksual di Ponpes Padangtualang, Masyarakat Sudah Minta ‘K’ Keluar Kampung

STABAT, SUMUTPOS.CO – Dugaan pelecehan seksual yang menimpa santriwati yang mondok pada pondok pesantren di Padangtualang, ternyata sudah diketahui masyarakat sekitar. Bahkan, masyarakat bersama tokoh agama setempat juga sudah menggelar pertemuan menyikapi dan meminta agar terduga yang merupakan pemilik ponpes untuk keluar dari kampung.

Salah seorang masyarakat sekitar, Khairul menyebut, peristiwa dugaan pelecehan seksual ini diketahui karena orang tua korban menceritakan hal tersebut.

“Dalam pertemuan, masyarakat meminta agar si pemilik ponpes keluar meninggalkan kampung selama setahun. Namun, dia (pemilik ponpes) tidak mau. Tidak tau apa alasannya,” kata Khairul.

Ironisnya, kata Khairul, dugaan pelecehan seksual ini bukan kali pertama terjadi. “Anak kawan saya juga menjadi korban, sudah Aliyah (setara bangku SMA). Tapi ya begitulah, mereka menutupinya,” sambung Khairul.

Menanggapi dugaan pelecehan seksual, Sumut Pos bertemu dengan sang pemilik berinisial K di ponpesnya. Dikonfirmasi permintaan masyarakat sekitar untuk meninggalkan kampung selama setahun, K dengan tegas menolaknya.

Alasannya, K sebagai penanggungjawab penuh terhadap ponpesnya tidak akan meninggalkannya. “Jangankan setahun, satu malam saja saya mau meninggalkan pondok pesantren ini, kepala pening. Ada maling, ada santri yang kabur, kalau program gak jalan bagaimana. Satu tahun, tutuplah pondok kalau saya diusir,” kata dia.

K juga mempersilahkan jika memang korban melaporkan dugaan pelecehan seksual tersebut ke Polres Langkat. Dia mengaku, sudah minta maaf kepada orang tua korban.

“Mereka bilang mau dilaporkan ke polisi, silahkan. Saya udah minta maaf sampai nangis pun, kalau seperti itu hasilnya terserah saya bilang. Saya mengungkapkan apa yang saya utarakan, tidak ada pelecehan,” tukasnya.

Sebelumnya, korban sebut saja Bunga melaporkan ke Polres Langkat terkait adanya dugaan pelecehan seksual yang menimpanya. Laporan dimaksud sesuai dengan nomor polisi LP/B/466/IX/2023/SPKT/POLRES LANGKAT/POLDA SUMATERA UTARA, pada 5 September 2023.

Korbannya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama atau tsanawiyah. Tidak hanya Bunga, diduga juga ada korban lainnya yang jumlah disebut-sebut lebih dari 2 orang.

Pantauan wartawan saat mengunjungi ponpes yang isinya hampir didominasi santriwati, tampak suasana begitu sepi. Terlihat sesekali santriwati mengenakan cadar keluar dari dalam ponpes menuju musala. (ted/ram)

STABAT, SUMUTPOS.CO – Dugaan pelecehan seksual yang menimpa santriwati yang mondok pada pondok pesantren di Padangtualang, ternyata sudah diketahui masyarakat sekitar. Bahkan, masyarakat bersama tokoh agama setempat juga sudah menggelar pertemuan menyikapi dan meminta agar terduga yang merupakan pemilik ponpes untuk keluar dari kampung.

Salah seorang masyarakat sekitar, Khairul menyebut, peristiwa dugaan pelecehan seksual ini diketahui karena orang tua korban menceritakan hal tersebut.

“Dalam pertemuan, masyarakat meminta agar si pemilik ponpes keluar meninggalkan kampung selama setahun. Namun, dia (pemilik ponpes) tidak mau. Tidak tau apa alasannya,” kata Khairul.

Ironisnya, kata Khairul, dugaan pelecehan seksual ini bukan kali pertama terjadi. “Anak kawan saya juga menjadi korban, sudah Aliyah (setara bangku SMA). Tapi ya begitulah, mereka menutupinya,” sambung Khairul.

Menanggapi dugaan pelecehan seksual, Sumut Pos bertemu dengan sang pemilik berinisial K di ponpesnya. Dikonfirmasi permintaan masyarakat sekitar untuk meninggalkan kampung selama setahun, K dengan tegas menolaknya.

Alasannya, K sebagai penanggungjawab penuh terhadap ponpesnya tidak akan meninggalkannya. “Jangankan setahun, satu malam saja saya mau meninggalkan pondok pesantren ini, kepala pening. Ada maling, ada santri yang kabur, kalau program gak jalan bagaimana. Satu tahun, tutuplah pondok kalau saya diusir,” kata dia.

K juga mempersilahkan jika memang korban melaporkan dugaan pelecehan seksual tersebut ke Polres Langkat. Dia mengaku, sudah minta maaf kepada orang tua korban.

“Mereka bilang mau dilaporkan ke polisi, silahkan. Saya udah minta maaf sampai nangis pun, kalau seperti itu hasilnya terserah saya bilang. Saya mengungkapkan apa yang saya utarakan, tidak ada pelecehan,” tukasnya.

Sebelumnya, korban sebut saja Bunga melaporkan ke Polres Langkat terkait adanya dugaan pelecehan seksual yang menimpanya. Laporan dimaksud sesuai dengan nomor polisi LP/B/466/IX/2023/SPKT/POLRES LANGKAT/POLDA SUMATERA UTARA, pada 5 September 2023.

Korbannya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama atau tsanawiyah. Tidak hanya Bunga, diduga juga ada korban lainnya yang jumlah disebut-sebut lebih dari 2 orang.

Pantauan wartawan saat mengunjungi ponpes yang isinya hampir didominasi santriwati, tampak suasana begitu sepi. Terlihat sesekali santriwati mengenakan cadar keluar dari dalam ponpes menuju musala. (ted/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/