27 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Belum Gajian, Dibola-bola Polisi dan Bank

Buruh Pabrik Sarung Tangan Disuruh Urus Surat Keterangan Hilang

BELAWAN-Sepekan pasca terjadinya kebakaran, yang merenggut lima nyawa. Para buruh pabrik sarung tangan karet PT Indoglove di KIM I, Jalan Pulau Ternate, Percut Seituan hingga Rabu (7/11) kemarin, belum juga menerima upah kerjanya. Mereka diminta terlebih dulu mengurus laporan pengaduan kehilangan, dikarenakan kartu ATM CIMB Niaga milik puluhan buruh ikut ludes terbakar dalam kejadian tersebut.

TINGGAL PUING-PUING: Dua warga melihat puing-puing bangunan pabrik sarung tangan  terbakar.//rozi/sumut pos
TINGGAL PUING-PUING: Dua warga melihat puing-puing bangunan pabrik sarung tangan yang terbakar.//rozi/sumut pos

Sri Rahayu (21), salah seorang buruh PT Indoglove kepada Sumut Pos di Mapolsekta Medan Labuhan mengaku, dirinya belum menerima pembayaran upah kerja dari perusahaan, karena para buruh harus lebih dulu melengkapi surat keterangan kehilangan atau tercecer dari kepolisian, sebagai ketentuan proses administrasi agar dapat menerima upah.

“Sampai hari ini (kemarin, Red) upah belum dibayar, perusahaan meminta kami untuk mengurus sendiri ke Bank CIMB Niaga. Tapi tadi pihak bank menyuruh kami untuk mengambil dulu surat keterangan dari polisi,” kata Sri Rahayu, warga
Pasar Lama Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan.

Buruh menilai proses pengurusan dalam mendapatkan hak tunjangan upah kerja, sempat membuat beberapa orang buruh mengeluh. Pasalnya, sebelum tiba di kantor polisi mereka sempat lebih dulu mendatangi pihak bank. Tapi oleh petugas Bank CIMB Niaga buruh disuruh ke kantor polisi untuk membuat pengaduan kehilangan.

“Rumit kali bang prosesnya, tadi pihak bank bilang mesti ke polisi dulu. Tapi begitu diurus di kantor polisi, malah polisi minta surat pengantar dari bank. Jadi terpaksa balik lagi ke bank untuk melengkapinya,” keluh, Naumi (22) teman kerja Sri Rahayu, yang juga buruh di pabrik sarung tangan tersebut.

Menurut pengakuan kedua buruh wanita ini, biasanya setiap bulannya proses pembayaran upah kerja mereka dibayar perusahaan
melalui jasa mesin ATM (Ajungan Tunai Mandiri) Bank CIMB Niaga. Namun, upah yang semestinya sudah mereka terima sejak awal bulan tersebut terpaksa terkendala, disebabkan kartu-kartu ATM buruh yang bekerja pada malam kejadian ikut ludes terbakar.

“Saat terjadi kebakaran kartu ATM punyaku ku letakkan di dalam tas, dan tas berikut isinya sudah ludes terbakar,” ujarnya.

Kejadian kebakaran yang menewaskan lima orang rekannya itu, lanjutnya Naumi, memang sangat mengerikan. Untungnya, pada saat kejadian dirinya berhasil lolos dari kepungan api setelah berlari dan keluar melalui pintu kecil darurat berada persis disekitar bagian belakang pabrik.

“Saat kejadian terdengar suara ledakan sekali, setelah itu listrik mati. Nggak lama kemudian api berkobar, lalu ledakan kembali terjadi. Sedangkan aku sama ada sekitar 30-an buruh berlarian dan berebut menuju pintu darurat untuk keluar dari dalam pabrik,” ungkapnya.

Dia menuturkan, penyebab pasti terbakarnya pabrik sarung tangan tersebut tidak diketahui pasti, namun api sempat terlihat berkobar dari bagian mesin boiler.
“Aku tak tahu penyebabnya, cuma api sempat menyala di boiler itu, lalu kami berlarian kocar-kacir menuju ke luar,”sebutnya.

Kendati penyebab terbakarnya pabrik sarung tangan dimaksud belum diketahui, namun menurut informasi diperoleh pemicu meledaknya mesin boiler diduga dikarenakan temperatur tekanan pada salah satu mesin boiler tidak sesuai, sehingga memicu terjadinya ledakan yang berakibat pada terbakarnya perusahaan produsen pembuat sarung tangan karet tersebut.

Sebelumnya, Kapolsekta Medan Labuhan, Kompol Sugeng Riadi SIK SH mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan penyebab dari terbakarnya pabrik sarung tangan tersebut, karena masih dalam proses penyelidikan tim labfor (laboratorium forensik).

“Kita belum dapat pastikan apakah penyebabnya ledakan karena tekanan panas yang disalurkan ke mesin boiler berlebihan, atau dikarenakan oleh faktor lain. Kita tunggu saja nanti hasilnya dari tim labfor yang saat ini sedang melakukan proses penyelidikan,” kata Sugeng.

Sugeng, memastikan berdasarkan data diperoleh baik dari perusahaan maupun keterangan ke tiga belas orang saksi jumlah pekerja yang berada di dalam pabrik pada saat kejadian diketahui sebanyak 79 orang.

“Untuk sementara proses pencarian dan evakuasi para korban sudah rampung. Lima orang pekerja yang dikabarkan hilang semuanya sudah ditemukan dalam keadaan tewas, diantaranya dua korban ditemukan dalam kondisi tulang-belulang. Semua korban sudah teridentifikasi dan telah diserahkan kepada pihak keluarganya,” terangnya.(mag-17)

Buruh Pabrik Sarung Tangan Disuruh Urus Surat Keterangan Hilang

BELAWAN-Sepekan pasca terjadinya kebakaran, yang merenggut lima nyawa. Para buruh pabrik sarung tangan karet PT Indoglove di KIM I, Jalan Pulau Ternate, Percut Seituan hingga Rabu (7/11) kemarin, belum juga menerima upah kerjanya. Mereka diminta terlebih dulu mengurus laporan pengaduan kehilangan, dikarenakan kartu ATM CIMB Niaga milik puluhan buruh ikut ludes terbakar dalam kejadian tersebut.

TINGGAL PUING-PUING: Dua warga melihat puing-puing bangunan pabrik sarung tangan  terbakar.//rozi/sumut pos
TINGGAL PUING-PUING: Dua warga melihat puing-puing bangunan pabrik sarung tangan yang terbakar.//rozi/sumut pos

Sri Rahayu (21), salah seorang buruh PT Indoglove kepada Sumut Pos di Mapolsekta Medan Labuhan mengaku, dirinya belum menerima pembayaran upah kerja dari perusahaan, karena para buruh harus lebih dulu melengkapi surat keterangan kehilangan atau tercecer dari kepolisian, sebagai ketentuan proses administrasi agar dapat menerima upah.

“Sampai hari ini (kemarin, Red) upah belum dibayar, perusahaan meminta kami untuk mengurus sendiri ke Bank CIMB Niaga. Tapi tadi pihak bank menyuruh kami untuk mengambil dulu surat keterangan dari polisi,” kata Sri Rahayu, warga
Pasar Lama Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan.

Buruh menilai proses pengurusan dalam mendapatkan hak tunjangan upah kerja, sempat membuat beberapa orang buruh mengeluh. Pasalnya, sebelum tiba di kantor polisi mereka sempat lebih dulu mendatangi pihak bank. Tapi oleh petugas Bank CIMB Niaga buruh disuruh ke kantor polisi untuk membuat pengaduan kehilangan.

“Rumit kali bang prosesnya, tadi pihak bank bilang mesti ke polisi dulu. Tapi begitu diurus di kantor polisi, malah polisi minta surat pengantar dari bank. Jadi terpaksa balik lagi ke bank untuk melengkapinya,” keluh, Naumi (22) teman kerja Sri Rahayu, yang juga buruh di pabrik sarung tangan tersebut.

Menurut pengakuan kedua buruh wanita ini, biasanya setiap bulannya proses pembayaran upah kerja mereka dibayar perusahaan
melalui jasa mesin ATM (Ajungan Tunai Mandiri) Bank CIMB Niaga. Namun, upah yang semestinya sudah mereka terima sejak awal bulan tersebut terpaksa terkendala, disebabkan kartu-kartu ATM buruh yang bekerja pada malam kejadian ikut ludes terbakar.

“Saat terjadi kebakaran kartu ATM punyaku ku letakkan di dalam tas, dan tas berikut isinya sudah ludes terbakar,” ujarnya.

Kejadian kebakaran yang menewaskan lima orang rekannya itu, lanjutnya Naumi, memang sangat mengerikan. Untungnya, pada saat kejadian dirinya berhasil lolos dari kepungan api setelah berlari dan keluar melalui pintu kecil darurat berada persis disekitar bagian belakang pabrik.

“Saat kejadian terdengar suara ledakan sekali, setelah itu listrik mati. Nggak lama kemudian api berkobar, lalu ledakan kembali terjadi. Sedangkan aku sama ada sekitar 30-an buruh berlarian dan berebut menuju pintu darurat untuk keluar dari dalam pabrik,” ungkapnya.

Dia menuturkan, penyebab pasti terbakarnya pabrik sarung tangan tersebut tidak diketahui pasti, namun api sempat terlihat berkobar dari bagian mesin boiler.
“Aku tak tahu penyebabnya, cuma api sempat menyala di boiler itu, lalu kami berlarian kocar-kacir menuju ke luar,”sebutnya.

Kendati penyebab terbakarnya pabrik sarung tangan dimaksud belum diketahui, namun menurut informasi diperoleh pemicu meledaknya mesin boiler diduga dikarenakan temperatur tekanan pada salah satu mesin boiler tidak sesuai, sehingga memicu terjadinya ledakan yang berakibat pada terbakarnya perusahaan produsen pembuat sarung tangan karet tersebut.

Sebelumnya, Kapolsekta Medan Labuhan, Kompol Sugeng Riadi SIK SH mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan penyebab dari terbakarnya pabrik sarung tangan tersebut, karena masih dalam proses penyelidikan tim labfor (laboratorium forensik).

“Kita belum dapat pastikan apakah penyebabnya ledakan karena tekanan panas yang disalurkan ke mesin boiler berlebihan, atau dikarenakan oleh faktor lain. Kita tunggu saja nanti hasilnya dari tim labfor yang saat ini sedang melakukan proses penyelidikan,” kata Sugeng.

Sugeng, memastikan berdasarkan data diperoleh baik dari perusahaan maupun keterangan ke tiga belas orang saksi jumlah pekerja yang berada di dalam pabrik pada saat kejadian diketahui sebanyak 79 orang.

“Untuk sementara proses pencarian dan evakuasi para korban sudah rampung. Lima orang pekerja yang dikabarkan hilang semuanya sudah ditemukan dalam keadaan tewas, diantaranya dua korban ditemukan dalam kondisi tulang-belulang. Semua korban sudah teridentifikasi dan telah diserahkan kepada pihak keluarganya,” terangnya.(mag-17)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/