26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Pergi Tanpa Kabar, Pulang Tewas Terbakar

BINJAI- Pasangan suami istri (Pasutri) Syafi’i (58), dan Syamsiah (51), warga Jalan Rasmi, Kelurahan Tenggrono, Binjai Timur, tak kuasa menahan air mata melihat anak mereka Siti Mardiah (25), pulang dalam kondisi tewas dengan luka bakar di seluruh tubuh, Sabtu (9/7), dinihari pukul 04.00 WIB. Bahkan yang paling membuat pasutri ini sedih, ketika pergi dari rumah, Siti sama sekali tak pamit dan tak memberi kabar.

Menurut Syafi’i, dia mengetahui anaknya itu telah meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan dari anak mereka bernama Edi (23) yang tinggal di Gunung Tua, Tapanuli Selatan. “Saya tidak percaya kalau anak saya itu tewas dengan cara mengenaskan. Begitu jenazah anak saya dibawa pulang, saya terkejut melihat kondisi anak saya itu,” ujar Syafi’i dengan mata berkaca-kaca.

Syafi’i menjelaskan, sebelum anaknya meninggal dunia, ia sempat kabur bersama Niko (20) warga Diski, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang. Bahkan, kaburnya perempuan beranak dua ini bersama Niko bukan untuk yang pertama kali, tapi sudah tiga kali.

“Niko ini sebenarnya anak angkat saya. Ia diusir orangtuanya empat tahun yang lalu. Selama bersama saya, ia saya suruh menjaga ternak lembu,” ungkap Syafi’i.

Sebelum kabur ke Gunung Tua, jelas Syafi’i, Niko dan Siti pernah kabur ke Dumai selama 15 hari. Karena kehabisan uang, akhirnya Siti menelpon untuk memberi kabar kalau dia saat itu berada di Dumai. Pihak keluarga pun membujuknya untuk kembali dan akhirnya Siti mau diajak pulang bersama kedua anaknya.

Setelah itu, kata Syafi’i, anaknya kabur lagi bersama Niko. Kali ini, Siti kabur ke Gunung Tua, Tapanuli Selatan. “Siti pergi dengan alasan ingin membeli es. Tapi, setelah ditunggu-tuggu tidak kunjung pulang. Ternyata, ia sudah berada di Gunung Tua bersama Niko,” kata Syafi’i lagi.

Sementara Edi, adik kandung Siti yang tinggal di Gunung Tua mengaku curiga atas kematian kakaknya itu. Pasalnya, selain luka bakar, pipi kanan dan mulutnya terdapat luka lebam. “Kami menduga Siti sengaja dibunuh. Karena sebelum terbakar, warga sekitar mengatakan, sempat terjadi cekcok antara Niko dengan kakak saya,” terang Edi.

Sebelumnya, kata Edi, dia sempat datang ke barak PTPN II tempat Siti dan Niko menetap selama di Gunung Tua. Edi mengabarkan, kalau anak Siti sakit dan dia disarankan untuk pulang. Hal ini dilakukan untuk membujuk Siti agar mau pulang ke Binjai. Mendengar kabar itu, Siti langsung resah dan ingin pulang ke rumah. “Setelah saya pulang, kata warga, malamnya kakak saya ribut dengan Niko. Tapi, warga enggan bicara, karena takut berurusan dengan polisi,” ungkapnya.

Lalu, sekira pukul 20.00 WIB, warga melihat asap dari dalam rumah kakaknya itu. Kemudian, mereka mendatangi rumah tersebut dan mendobrak pintu rumah. Ternyata Niko sedang berusaha memadamkan api yang membakar tubuh Siti.

“Kami langsung membawa kakak saya ke rumah sakit, sedangkan Niko kami amankan ke kantor polisi. Namun sayang, kakak saya tak terselamatkan,” terang Edi.(dan)

BINJAI- Pasangan suami istri (Pasutri) Syafi’i (58), dan Syamsiah (51), warga Jalan Rasmi, Kelurahan Tenggrono, Binjai Timur, tak kuasa menahan air mata melihat anak mereka Siti Mardiah (25), pulang dalam kondisi tewas dengan luka bakar di seluruh tubuh, Sabtu (9/7), dinihari pukul 04.00 WIB. Bahkan yang paling membuat pasutri ini sedih, ketika pergi dari rumah, Siti sama sekali tak pamit dan tak memberi kabar.

Menurut Syafi’i, dia mengetahui anaknya itu telah meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan dari anak mereka bernama Edi (23) yang tinggal di Gunung Tua, Tapanuli Selatan. “Saya tidak percaya kalau anak saya itu tewas dengan cara mengenaskan. Begitu jenazah anak saya dibawa pulang, saya terkejut melihat kondisi anak saya itu,” ujar Syafi’i dengan mata berkaca-kaca.

Syafi’i menjelaskan, sebelum anaknya meninggal dunia, ia sempat kabur bersama Niko (20) warga Diski, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang. Bahkan, kaburnya perempuan beranak dua ini bersama Niko bukan untuk yang pertama kali, tapi sudah tiga kali.

“Niko ini sebenarnya anak angkat saya. Ia diusir orangtuanya empat tahun yang lalu. Selama bersama saya, ia saya suruh menjaga ternak lembu,” ungkap Syafi’i.

Sebelum kabur ke Gunung Tua, jelas Syafi’i, Niko dan Siti pernah kabur ke Dumai selama 15 hari. Karena kehabisan uang, akhirnya Siti menelpon untuk memberi kabar kalau dia saat itu berada di Dumai. Pihak keluarga pun membujuknya untuk kembali dan akhirnya Siti mau diajak pulang bersama kedua anaknya.

Setelah itu, kata Syafi’i, anaknya kabur lagi bersama Niko. Kali ini, Siti kabur ke Gunung Tua, Tapanuli Selatan. “Siti pergi dengan alasan ingin membeli es. Tapi, setelah ditunggu-tuggu tidak kunjung pulang. Ternyata, ia sudah berada di Gunung Tua bersama Niko,” kata Syafi’i lagi.

Sementara Edi, adik kandung Siti yang tinggal di Gunung Tua mengaku curiga atas kematian kakaknya itu. Pasalnya, selain luka bakar, pipi kanan dan mulutnya terdapat luka lebam. “Kami menduga Siti sengaja dibunuh. Karena sebelum terbakar, warga sekitar mengatakan, sempat terjadi cekcok antara Niko dengan kakak saya,” terang Edi.

Sebelumnya, kata Edi, dia sempat datang ke barak PTPN II tempat Siti dan Niko menetap selama di Gunung Tua. Edi mengabarkan, kalau anak Siti sakit dan dia disarankan untuk pulang. Hal ini dilakukan untuk membujuk Siti agar mau pulang ke Binjai. Mendengar kabar itu, Siti langsung resah dan ingin pulang ke rumah. “Setelah saya pulang, kata warga, malamnya kakak saya ribut dengan Niko. Tapi, warga enggan bicara, karena takut berurusan dengan polisi,” ungkapnya.

Lalu, sekira pukul 20.00 WIB, warga melihat asap dari dalam rumah kakaknya itu. Kemudian, mereka mendatangi rumah tersebut dan mendobrak pintu rumah. Ternyata Niko sedang berusaha memadamkan api yang membakar tubuh Siti.

“Kami langsung membawa kakak saya ke rumah sakit, sedangkan Niko kami amankan ke kantor polisi. Namun sayang, kakak saya tak terselamatkan,” terang Edi.(dan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/