“Memang setelah dinamika yang luar biasa dari pasangan calon, kita menyerap aspirasi dari seluruh wilayah dan cabang kita. Saya menerima langsung aspirasi itu dari DPW seluruh Sumut dan kita juga menyampaikan beberapa opsi,” ucap Romi usai menghadiri HUT PDIP di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (10/1).
PDIP tak bisa mengusung Djarot bila PPP tidak memberikan dukungannya. Sebab kursi PDIP di DPRD Sumut hanya 16, sedangkan syarat minimal dukungan harus ada 20 kursi. PPP yang memiliki empat kursi bisa menggenapi dukungan PDIP untuk bisa memenuhi syarat.
“Karena di dalam pasangan calon itu menggambarkan warna PDIP dengan PPP yang ada di sana. Karena itu butuh 3 malam untuk berdiskusi dengan PDIP, termasuk tadi malam saya juga hadir di rumah Bu Mega di Teuku Umar untuk menyampaikan pemikiran itu,” papar Romi.
Romi memang sempat datang ke rumah Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Selasa (9/1) malam. Hadir pula dalam rapat semalam Sihar Sitorus. Sehari sebalum itu, Djarot juga sempat mendatangi Kantor DPP PPP, namun belum ada kata sepakat.
“Sebagai parpol yang kita tahu persis harus melihat realitas tinggal kita dan PDIP saja yang belum menentukan sikap. Kita memiliki kesepahaman yang dihadapkan pada realitas yang tak bisa kita dihindarkan dan kita mengusung Djarot dan Sihar pada Pilgub 2018,” urai dia.
Romi mengakui, PPP sempat mengajukan sejumlah nama kadernya untuk bisa diajukan sebagai cawagub Djarot. Namun akhirnya PPP mengalah dan bersedia menerima Sihar sebagai cawagub untuk mantan Gubernur DKI itu. “Kita juga coba Djarot dan Ibu Nurhajizah. Kita menyerahkan ke PDIP untuk bisa memilih nama di dalam koridor yang warna PPP tapi pada akhirnya kita berbicara kemungkinan-kemungkinan elektabilitas menang,” ucap Romi.
“Sumut 30 persen terdiri atas saudara-saudara kita non-muslim dan 68 persen saudara-saudara kita muslim. Sehingga ketika melihat suara di Sumut mau tidak mau kita menerima realitas itu sebagai basis analisa untuk mendapatkan kemenangan,” tambah dia.
Selain itu, PPP dan PDIP juga mempertimbangkan penduduk Sumut dari sisi kedaerahan. Romi menyebut 25 persen orang Sumut adalah warga yang berasal dari Jawa sehingga Djarot dipilih sebagai cagub. “Itu nama yang optimal dan kita mintakan kontrak politik bagi umat Islam di Sumut dan kontrak politik itu kita pegang baik Pak Djarot atau Pak Sihar untuk kepentingan Sumut,” tuturnya.