26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Dua Nelayan di Kepulauan Batu Diterkam Buaya, Satu Selamat

NIAS SELATAN, SUMUTPOS.CO – Dua orang nelayan di Kecamatan Pulau-pulau Batu Timur, Pulau Tello, tepatnya di Desa Labuhan Rima Baru, Kepulauan Batu, Kabupaten Nias Selatan, diterkam buaya. Satu orang selamat, namun seorang lagi ditemukan tewas dengan anggota tubuh yang tidak utuh lagi.

Menurut Kepala Desa Labuhan Rima, Mesakhi Maduwu yang masih keluarga korban, peritiwa itu terjadi pada Minggu (8/1) malam. Saat itu, kedua nelayan turun ke laut untuk menyelam mencari ikan. Karena suasana sudah gelap, keduanya menggunakan senter untuk penerangan saat menyelam.

“Tidak lama berselang, tiba-tiba datang buaya dan langsung menyerang serta menyeret seorang nelayan bernama Talijatulo Gaho. Mengetahui temannya diserang buaya, nelayan lainnya Ahmi Gea mencoba menolong. Namun usahanya tidak berhasil, karena dia juga ikut diserang buaya dengan mengipaskan ekornya dan mengenai tangan Ahmin Gea. Akhirnya Talijatulo Gaho tidak bisa tertolong dari gigitan buaya dan langsung diseret ke dalam laut,” beber Mesakhi Maduwu kepada wartawan, Rabu, (11/1/2023).

Sambil menahan, Ahmin Gea mencari bantuan serta memberitahukan kejadian tersebut kepada masyarakat sekitar. Malam itu juga warga Desa Labuhan Rima turun ke laut dan menyisir tepi pantai mencari korban. Sayangnya, malam itu korban tidak berhasil ditemukan. “Ahmin Gea langsung dievakuasi warga dan dirawat tim medis. Korban saat ini sangat trauma, ditambah lagi mengalami luka memar di sekujur tangannya akibat hantaman ekor buaya,” jelas Mesakhi.

Keesokan harinya, warga setempat melakukan pencarian terhadap Talijatulo Gaho dengan berbagai upaya seadanya. Akhirnya pada Selasa, (10/1) sekira pukul 14:00 WIB, ditemukan mayat korban dalam keadaan tidak utuh (hanya tersisa potongan kaki yang habis penuh dengan luka gigitan buaya). Jenazahnya langsung di kebumikan di kampung halamannya di Desa Labuhan Rima Baru.

Talijatulo Gaho (25), merupakan salah satu aparat Desa Labuhan Rima Baru, meninggalkan seorang istri dan anak yang masih kecil. Sedangkan Ahmi Gea (27), korban selamat, warga Desa Labuhan Rima Lama. Kades Labuhan Rima Baru mengimbau, khusus warganya dan masyarakat di Kepulauan Batu pada umumnya, agar tetap waspada dan berhati-hati melakukan penyelaman di malam hari. Terutama di daerah yang disinyalir ada habitat buayanya agar.

Di tempat yang berbeda, salah seorang tokoh pemuda Gerakan Perubahan, Berkat Fanaetu mengimbau kepada pemerintah kecamatan dan Pemerintah Kabupaten Nias Selatan agar bisa berkoordinasi dengan Balai KSDA Provinsi Sumatra Utara melalui cabangnya di Kepulauan Nias agar melakukan penyelidikan terhadap ekosistim habitat alami buaya yang ada di Kepulauan Batu. “Sehingga misteri tentang keberadaan buaya-buaya liar ini dapat diketahui. Dan kenapa bisa ke laut? Seharusnya buaya itu berada di habitat aslinya, yaitu di rawa-rawa atau sungai. Serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat Kepulauan Batu tentang langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi korban lagi dari terkaman buaya,” harapnya.

Kejadian seperti ini tidak hanya pertama terjadi dan hanya sekarang belum ada tindakan nyata dari pemerintah setempat dan juga pihak terkait tentang masalah ini, mengingat masyarakat kepulauan batu sebagian besar pekerjaan adalah nelayan. “Hal ini menjadi sebuah ancaman serta itimidasi kepada masyarakat yang mata pencahariannya sebagai nelayan, mengingat keberadaan buaya di wilayah kepulauan batu sudah semakin meresahkan masyarakat nelayan karena buaya-buaya sudah menyeberang ke tempat yang tidak semestinya mereka ada, seperti bermain didermaga dan berjemur di tepi pantai,” tuturnya. (mag-8)

NIAS SELATAN, SUMUTPOS.CO – Dua orang nelayan di Kecamatan Pulau-pulau Batu Timur, Pulau Tello, tepatnya di Desa Labuhan Rima Baru, Kepulauan Batu, Kabupaten Nias Selatan, diterkam buaya. Satu orang selamat, namun seorang lagi ditemukan tewas dengan anggota tubuh yang tidak utuh lagi.

Menurut Kepala Desa Labuhan Rima, Mesakhi Maduwu yang masih keluarga korban, peritiwa itu terjadi pada Minggu (8/1) malam. Saat itu, kedua nelayan turun ke laut untuk menyelam mencari ikan. Karena suasana sudah gelap, keduanya menggunakan senter untuk penerangan saat menyelam.

“Tidak lama berselang, tiba-tiba datang buaya dan langsung menyerang serta menyeret seorang nelayan bernama Talijatulo Gaho. Mengetahui temannya diserang buaya, nelayan lainnya Ahmi Gea mencoba menolong. Namun usahanya tidak berhasil, karena dia juga ikut diserang buaya dengan mengipaskan ekornya dan mengenai tangan Ahmin Gea. Akhirnya Talijatulo Gaho tidak bisa tertolong dari gigitan buaya dan langsung diseret ke dalam laut,” beber Mesakhi Maduwu kepada wartawan, Rabu, (11/1/2023).

Sambil menahan, Ahmin Gea mencari bantuan serta memberitahukan kejadian tersebut kepada masyarakat sekitar. Malam itu juga warga Desa Labuhan Rima turun ke laut dan menyisir tepi pantai mencari korban. Sayangnya, malam itu korban tidak berhasil ditemukan. “Ahmin Gea langsung dievakuasi warga dan dirawat tim medis. Korban saat ini sangat trauma, ditambah lagi mengalami luka memar di sekujur tangannya akibat hantaman ekor buaya,” jelas Mesakhi.

Keesokan harinya, warga setempat melakukan pencarian terhadap Talijatulo Gaho dengan berbagai upaya seadanya. Akhirnya pada Selasa, (10/1) sekira pukul 14:00 WIB, ditemukan mayat korban dalam keadaan tidak utuh (hanya tersisa potongan kaki yang habis penuh dengan luka gigitan buaya). Jenazahnya langsung di kebumikan di kampung halamannya di Desa Labuhan Rima Baru.

Talijatulo Gaho (25), merupakan salah satu aparat Desa Labuhan Rima Baru, meninggalkan seorang istri dan anak yang masih kecil. Sedangkan Ahmi Gea (27), korban selamat, warga Desa Labuhan Rima Lama. Kades Labuhan Rima Baru mengimbau, khusus warganya dan masyarakat di Kepulauan Batu pada umumnya, agar tetap waspada dan berhati-hati melakukan penyelaman di malam hari. Terutama di daerah yang disinyalir ada habitat buayanya agar.

Di tempat yang berbeda, salah seorang tokoh pemuda Gerakan Perubahan, Berkat Fanaetu mengimbau kepada pemerintah kecamatan dan Pemerintah Kabupaten Nias Selatan agar bisa berkoordinasi dengan Balai KSDA Provinsi Sumatra Utara melalui cabangnya di Kepulauan Nias agar melakukan penyelidikan terhadap ekosistim habitat alami buaya yang ada di Kepulauan Batu. “Sehingga misteri tentang keberadaan buaya-buaya liar ini dapat diketahui. Dan kenapa bisa ke laut? Seharusnya buaya itu berada di habitat aslinya, yaitu di rawa-rawa atau sungai. Serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat Kepulauan Batu tentang langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi korban lagi dari terkaman buaya,” harapnya.

Kejadian seperti ini tidak hanya pertama terjadi dan hanya sekarang belum ada tindakan nyata dari pemerintah setempat dan juga pihak terkait tentang masalah ini, mengingat masyarakat kepulauan batu sebagian besar pekerjaan adalah nelayan. “Hal ini menjadi sebuah ancaman serta itimidasi kepada masyarakat yang mata pencahariannya sebagai nelayan, mengingat keberadaan buaya di wilayah kepulauan batu sudah semakin meresahkan masyarakat nelayan karena buaya-buaya sudah menyeberang ke tempat yang tidak semestinya mereka ada, seperti bermain didermaga dan berjemur di tepi pantai,” tuturnya. (mag-8)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/