SUMUTPOS.CO – Banjir yang melanda Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara sejak dua pekan yang lalu semakin parah. Bahkan meluasnya banjir hingga ke Kantor Bupati Sergai, Kamis (11/11). Banjir meluas akibat curah hujan yang tinggi dan meluapnya Sungai Bedagai di hulu yang dikenal dengan Sungai Belutu. Akibatnya, ribuan rumah terdendam banjir.
Air mulai menggenai kompleks Kantor Bupati Sergai pada pagi hari, akibat dampak banjir ini ratusan rumah diwilayah Kecamatan Sei Rampah kondisi terendam banjir. Walaupun banjir, kondisi perkantoran masih melakukan aktivitas pekerjaan. Beberapa kantor yang terendam banjir di antaranya Kantor Inspektorat, Kantor PMD, Kantor Kesbanglinmas, Dinas Kesehatan, Kantor Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Genangan air sempat menggangu pelayanan warga diantaranya Kantor Dukcapil sehingga menyulitkan warga yang mengurus KTP dan layanan dokumen lain.
Paino wargai Desa Firdaus mengatakan, banjir ini sudah terjadi hampir seminggu ini. Banjir sempat surut namun hujan turun kembali membuat banjir kembali datang di wilayah hulu. Terkait bantuan sudah diterima oleh warga yaitu sejumlah kebutuhan pokok seperti beras. “Kali ini banjir semangkin meluas,” ujar Paino.
Sedangkan Camat Sei Rampah, Rahmat Suhendra Damanik mengatakan, update terkini kondisi debit air banjir di wilayahnya bertambah sekitar 30 centimeter untuk Kecamatan Sei Rampah. Sedangkan data yang terbaru, Desa Sei Rampah menjadi salah satu desa yang rumah warganya paling banyak terendam banjir. “Untuk Desa Sei Rampah yang sebelumnya 1.052 sekarang sudah 1.800 rumah yang berdampak banjir. Kita dari pemerintah tetap mengevaluasi apa-apa saja yang dibutuhkan warga. Sekarang kita mengevakuasi warga yang masih berada di dalam rumah, kita pindahkan ke posko yang sudah dirikan,” paparnya, Kamis (11/11).
Untuk kesehatan warga, kata Rahmat, Pemkab Sergai setiap hari melakukan pengecekan kepada setiap-tiap warga yang rumahnya terendam banjir. “Kita kontrol setiap hari, dan ada mobil puskesmas yang keliling, dan untuk bahan baku makanan juga kita kontrol setiap hari juga,” ujar Rahmat.
Camat Tanjung Beringin Helmiati mengatakan, di daerahnya semakin meluas karena limpahan sungai Sei Rampah meski tanpa disertai Rob (banjir pasang laut. Banjir menggenangi Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Akibatnya sebanyak 3.314 kepala keluarga (KK) terkena dampak banjir. “Posko yang berdiri hanya 1, sebab kemarin tanggal 8/11/2021 banjir telah surut, namun kini semakin meluas, semua sendi kehidupan terkena dampak, anak sekolah, pekerjaan, pasar ibadah terganggu karena banjir ini,” ujarnya.
Berdasarkan rekapitulasi dari para kepala desa yang wilayahnya terkena banjir, nyaris semua sendi-sendi ekonomi terganggu. Berdasarkan data yang dihimpun, sejumlah desa yang terkena banjir yakni Desa Pekan Tanjung Beringin: 2.023 KK/8.078 jiwa, Desa Pematang Cermai: 939 KK/3.720 jiwa, Desa Tebing Tinggi: 145 KK/571 jiwa, Desa Mangga dua: 88 KK/350 jiwa, Desa Pematang Terang: 15 KK/57 jiwa, Desa Nagur: 249 KK/987 jiwa.
Kepala BPBD Sergai, Henri Suharto mengatakan, banjir di Sergai sudah melanda empat kecamatan. “Keempat kecamatan tersebut, Desa Mariah Padang, Kecamatan Tebingtinggi, Desa Marjanji Kecamatan Sipispis, Kecamatan Tanjung Beringin, dan Kecamatan Sei Rampah,” ujar Henri.
Total rumah yang terendam banjir, kata Henri, sudah sekitar 5.600 rumah yang terendam. “Dari empat kecamatan itu, 5.600 rumah sudah terendam banjir,” kata Henri.
Namun dirinya, tak menutup kemungkinan semakin meluas di Sei Rampah dan Tanjung Beringin, karena menjadi daerah hilir dari aliran sungai Sei Rampah.
Sebelumnya Bupati Sergai Darma Wijaya mengatakan, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten tentu mendapat perhatian yang sangat serius dari pemerintah, khususnya di Sergai.
Menurut Darma, koordinasi untuk mencari solusi aktif digelar, salah satunya dalam rapat koordinasi (rakor) antara Pemkab Sergai dengan para pengusaha di Sergai.
Darma mengatakan, sejak Kabupaten Sergai berdiri 17 tahun lalu, banjir adalah permasalahan tahunan yang saat ini masih terus berusaha dicarikan solusi terbaiknya. “Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami, terutama bagaimana menanggulanginya di area yang menjadi langganan banjir seperti Sei Rampah dan Tanjung Beringin,” kata Darma Wijaya.
Darma menerangkan, salah satu faktor utama yang menjadi penyebab bencana banjir adalah akibat sendimen sungai yang dangkal. Selain itu, tidak adanya tanggul sehingga mengakibatkan luapan air yang mengalir ke area rumah penduduk saat intensitas hujan tinggi.”Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian untuk mengatasi permasalahan ini. Dibutuhkan sinergi dan kerja sama dari para stakeholder, terutama dari kalangan pengusaha yang menjalankan kegiatan ekonomi di bumi Sergai,” bilangnya.
Darma mengatakan, sebenarnya pemerintah pusat sudah berencana melakukan normalisasi sungai sebagai solusi banjir. Namun, hal tersebut baru dilaksanakan tahun depan. “Saat ini kita menghadapi situasi kedaruratan, maka dari itu perlu dilakukan tindakan segera. Saya meminta kepada para pengusaha dan pihak perusahaan agar ikut turut serta berkontribusi untuk masyarakat Sergai, salah satunya lewat mekanisme Corporate Social Responsibility (CSR) yang sudah dimiliki oleh rata-rata perusahaan,” pintanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan sejumlah wilayah di Sumatera Utara berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada Kamis sore dan malam hari.”Berpotensi hujan ringan hingga lebat di sebagian besar wilayah Sumatera Utara pada sore dan malam hari, “ kata Prakirawan BBMKG Wilayah I Medan, Defri Mandoza, Kamis (11/11).
Ia merinci siang hari berpotensi hujan ringan hingga sedang d wilayah Kepulauan Nias, Langkat, Asahan, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Paluta, Humbahas, Taput, Tapteng, Madina, Pakpak Bharat, Dairi, Karo, dan sekitarnya. Sore-malam hari berpotensi hujan ringan hingga lebat di sebagian besar wilayah Sumatera Utara dan dini hari berawan banyak di wilayah Sumatera Utara.
Atas kondisi tersebut masyarakat diingatkan agar waspada potensi hujan dengan intensitas lebat di pegunungan, di Lereng Timur, Pesisir Timur dan Pantai Barat Sumatera Utara. Suhu udara 23.0 – 33.0°Celcius, kelembapan udara 65 – 99 persen dan angin berhembus dari Barat Daya-Timur Laut dengan kecepatan 10 – 30 km/jam.
Sejumlah Daerah Dilanda Banjir
Banjir dan longsor juga melanda sejumlah daerah di nusantara. Di Sumatera Barat, longsor dan banjir melanda sejumlah lokasi di Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, yang mengakibatkan arus transportasi menuju Simpang Empat putus total sejak Kamis dini hari.
“Sejumlah lokasi dilanda banjir sejak Rabu (10/11) tengah malam. Selain itu juga longsor,” kata Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat, Azhar di Simpang Empat, Kamis (11/11).
Azhar mengatakan, banjir terjadi di Jorong Tabek Sirah Nagari Talu, Jorong Benteng Nagari Talu, dan Jorong Paroman Nagari Sinuruik, Kecamatan Talamau. Longsor terjadi di Jorong atau Kampung Halaban. Banjir sudah surut sedangkan longsor masih menutupi jalan mengakibatkan arus transportasi terputus.
Menurutnya banjir terjadi akibat hujan lebat sejak Rabu (10/11) hingga tengah malam. Hal itu menyebabkan meluapnya sejumlah anak sungai di daerah itu. Sekitar 40 unit rumah warga terendam air sekitar satu meter, 10 kepala keluarga mengungsi ke rumah sanak famili terdekat, dan sekitar 50 kepala keluarga di Jorong Paroman Nagari Sinuruik diungsikan untuk siaga bencana longsor.
Kemudian, banjir dan longsor juga melanda sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diguyur hujan sejak Rabu (10/11) malam. Di Gunungkidul, banjir terpantau melanda daerah selatan seperti Kelurahan Songbanyu dan Pucung di Kecamatan Girisubo, serta kecamatan lain seperti Tanjungsari, dan Tepus pada Kamis (11/11).
“Ada luweng yang tersumbat, intensitas hujan cukup deras, daya tampung masuk luweng tersendat ya biasa, ada genangan. Ini beberapa titik di wilayah selatan Gunungkidul seperti itu,” kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki saat dihubungi, Kamis (11/11).
Sementara, Koordinator SAR Satlinmas Gunungkidul Wilayah I Gunungkidul Sunu Handoko Bayu menuturkan, air mulai menggenang setinggi perut orang dewasa di Perkampungan Nelayan Pantai Sadeng, Songbanyu sejak pukul 07.00 WIB. “Beberapa rumah perkampungan terendam air. Tapi, saat ini sudah mulai surut setinggi lutut orang dewasa karena intensitas hujan rendah. Tapi kalau intensitas meninggi lagi pasti akan terjadi kenaikan air lagi,” kata Sunu.
Menurut Sunu, banjir disebabkan air kiriman seputaran Songbanyu dan Sungai Bengawan Solo Purba buntut hujan deras sedari semalam.”Warga terdampak banjir 27 KK, sementara mengungsi ke aula pos AL Sadeng,” tutur Sunu.
Di Kota Yogyakarta, guyuran hujan deras memicu longsor tebing di kampung Terban RT 02 RW 01, Terban, Gondokusuman. Longsoran material menimpa rumah milik warga, Sukmanto (58).
Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Purnomo Wahyudi menyebut korban berhasil selamat dari longsor yang terjadi pada pukul 10.00 WIB. Namun, ia mengalami patah kaki kanan karena sempat tertimbun material.
Menurut Wahyudi, korban sempat tertimbun separuh badannya lantaran tengah tertidur saat longsor terjadi. Beruntung ia bisa dievakuasi dengan cepat.”Korban mengalami faktur kaki kanan, sekarang sudah dibawa ke RS Panti Rapih,” kata Wahyudi.
Sementara itu, banjir rob juga menerjang 3 kecamatan di Riau. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya 34 warga mengungsi akibat banjir rob yang merendam tiga kecamatan di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, puluhan warga itu mengungsi ke rumah kerabat terdekat yang tidak terdampak.”34 jiwa mengungsi akibat banjir rob,” kata Abdul dalam keterangan tertulisnya, Kamis (11/11).
Dia menyebutkan tiga kecamatan yang dilanda banjir rob, yaitu Desa Pekajang di Kecamatan Lingga, Kelurahan Senayang di Kecamatan Senayang, Desa Jagoh, Desa Marok Tua, Desa Tanjung Irat di Kecamatan Singkep Barat.
Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lingga, banjir rob telah menyebabkan kerugian materil.
Ia menyebutkan sebanyak enam unit rumah mengalami rusak berat, sembilan unit rumah rusak ringan, dan satu akses penghubung menuju dermaga berupa jembatan harus terputus.
Sedangkan banjir yang melanda Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang sudah terjadi hampir 3 pekan, tak kunjung surut. Banjir tersebut diketahui sudah merendam permukiman warga selama tiga pekan terhitung sampai hari ini, Kamis (11/11). Sebelumnya, Sintang kembali diguyur hujan lebat pada Rabu (10/11).
Humas BPBD Sintang, Benyamin mengatakan, tanda-tanda banjir surut belum terlihat secara. Sampai hari ini (11/11) hujan masih kerap kali mengguyur Sintang. Benyamin memprediksi banjir masih akan bertahan sampai dua pekan ke depan akibat hujan yang masih terus terjadi.
Berdasarkan pantauan Benyamin, banjir di Sintang masih terbilang parah. Di beberapa pemukiman warga dekat sungai bahkan ketinggian air mencapai 5 meter.”Kalau di pemukiman tepi sungai sekitar 5 meter,” ucapnya.
Sintang dilanda banjir sejak 21 Oktober lalu. BNPB mencatat, 3 orang meninggal akibat banjir tersebut. Tak sedikit warga yang mengungsi akibat tempat tinggalnya terdampak banjir. Sejauh ini, BNPB telah mengirimkan bantuan senilai Rp500 juta untuk penanganan banjir di sana.
Polri Gelar Operasi Aman Nusai II
Mengatasi bencana alam, Polri ikut bergerak dengan menggelar Operasi Aman Nusa II. Operasi dilaksanakan mulai dari tingkat pusat hingga Polda jajaran. Adapun fokus dari operasi ini yaitu mengantisipasi datangnya bencana alam saat musim penghujan tiba.
“Itu adalah suatu hal yang rutin dilakukan ketika menjelang perubahan iklim dari kemarau ke hujan, yang cenderung banyak menimbulkan masalah bencana alam. Seperti longsor dan banjir,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono kepada wartawan, Kamis (11/11).
Rusdi mengatakan, Operasi Aman Nusa II telah disiapkan sejak jauh hari. Jumlah personel hingga peralatan yang dibutuhkan telah disiapkan.”Jadi, tinggal dilaksanakan. Sekarang sudah mulai antisipasi, kalau ada bencana main (bergerak) mereka, juga pencegahan mengingatkan mitigasi kepada masyarakat tentang antisipasi bencana itu,” jelasnya.
Melalui operasi ini, maka jajara Polri akan langsung datang ke lokasi kejadian saat bencana terjadi. Petugas akan menberikan pertolongan kepada korban, hingga membantu proses evakuasi.
Dalam operasi kali ini juga melibatkan pemerintah daerah (Pemda) dan TNI. Sedangkan aspek pencegahan Polri menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).”BMKG sudah mengingatkan berapa wilayah antisipasi, karena curah hujan tinggi karena fenomena La Nina,” pungkas Rusdi. (ian/ cnn/bbs/jpg)