26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Penebangan Kayu Pinus di Bukit Barisan Marak

Menurut seorang sopir langsir yang tak bersedia namanya dikorankan, kayu-kayu itu dibawa ke sebuah penampungan (gudang) yang berlokasi di kawasan Simalungun. “Kalau tak salah, kayu ini dibawa ke kawasan Siantar, Simalungun” akunya.

Firdaus Ginting (27) seorang warga Desa Pertumbuken yang ditemui kru koran ini mengaku heran penebangan kayu di kawasan Bukit Barisan itu terus terjadi tanpa adanya tindakan dari pemerintah dan aparat penegak hukum. “Sudah gundul semua hutan itu kami tengok. Bukan hanya di Desa Tanjung, sebelumnya penebangan juga terjadi di Desa Tambak Bawang yang memang berbatasan dengan Desa Tanjung,” ujarnya diamini warga lain.

Jika terus dibiarkan, penebangan itu dipastikan tak hanya merusak ekosistim hutan saja, tapi juga menutup sumber mata air. “Air minum yang setiap hari dikonsumsi warga tiga desa itu berasal dari mata air yang tak jauh dari lokasi penebangan. Jika terus dibiarkan, sumber air bersih ini bakal habis. Ini yang warga takutkan,” ungkap Firdaus.

Info terbaru yang dirangkum awak koran ini, penebangan itu disebut-sebut “dibarter” dengan membangun jalan ke desa Tanjung. “Saat ini jalan menuju ke Desa Tanjung sedang dibangun. Kami dengar-dengar, hutan dirambah dengan imbalan jalan ke desa dibangun. Ini modusnya,hingga warga desa tersebut tak melakukan protes,” tandas salah seorang warga Desa Pertumbuken.

Kasat Reskrim Polres Tanah Karo, AKP Jonista Tarigan saat dikonfirmasi mengatakan, dirinya baru mengetahui hal tersebut dan akan berupaya untuk menerjunkan anggotanya mengecek ke lapangan. Disebabkan di wilayah hukumnya kayu pinus tersebut dibongkar. “Akan kita cek ke lapangan dan akan saya kerahkan anggota saya ke sana,”kata Jonista.

Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Simalungun AKBP Marudut Liberty Panjaitan ketika mengatakan, dirinya sama sekali tidak mengetahui hal tersebut. “Akan saya infokan ke jajaran guna mengecek langsung ke lapangan,”katanya. (deo/azw)

Menurut seorang sopir langsir yang tak bersedia namanya dikorankan, kayu-kayu itu dibawa ke sebuah penampungan (gudang) yang berlokasi di kawasan Simalungun. “Kalau tak salah, kayu ini dibawa ke kawasan Siantar, Simalungun” akunya.

Firdaus Ginting (27) seorang warga Desa Pertumbuken yang ditemui kru koran ini mengaku heran penebangan kayu di kawasan Bukit Barisan itu terus terjadi tanpa adanya tindakan dari pemerintah dan aparat penegak hukum. “Sudah gundul semua hutan itu kami tengok. Bukan hanya di Desa Tanjung, sebelumnya penebangan juga terjadi di Desa Tambak Bawang yang memang berbatasan dengan Desa Tanjung,” ujarnya diamini warga lain.

Jika terus dibiarkan, penebangan itu dipastikan tak hanya merusak ekosistim hutan saja, tapi juga menutup sumber mata air. “Air minum yang setiap hari dikonsumsi warga tiga desa itu berasal dari mata air yang tak jauh dari lokasi penebangan. Jika terus dibiarkan, sumber air bersih ini bakal habis. Ini yang warga takutkan,” ungkap Firdaus.

Info terbaru yang dirangkum awak koran ini, penebangan itu disebut-sebut “dibarter” dengan membangun jalan ke desa Tanjung. “Saat ini jalan menuju ke Desa Tanjung sedang dibangun. Kami dengar-dengar, hutan dirambah dengan imbalan jalan ke desa dibangun. Ini modusnya,hingga warga desa tersebut tak melakukan protes,” tandas salah seorang warga Desa Pertumbuken.

Kasat Reskrim Polres Tanah Karo, AKP Jonista Tarigan saat dikonfirmasi mengatakan, dirinya baru mengetahui hal tersebut dan akan berupaya untuk menerjunkan anggotanya mengecek ke lapangan. Disebabkan di wilayah hukumnya kayu pinus tersebut dibongkar. “Akan kita cek ke lapangan dan akan saya kerahkan anggota saya ke sana,”kata Jonista.

Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Simalungun AKBP Marudut Liberty Panjaitan ketika mengatakan, dirinya sama sekali tidak mengetahui hal tersebut. “Akan saya infokan ke jajaran guna mengecek langsung ke lapangan,”katanya. (deo/azw)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/