29 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Paslon Fresh, Pemilih Bergairah

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut, Mulia Banurea.

SUMUTPOS.CO – Berkaca dari dua Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) yakni 2008 dan 2013, tingkat partisipasi pemilih sangat minim. Bahkan angka golput (golongan putih atau tidak memilih) selalu menjadi ‘pemenang’, mengalahkan kandidat yang ada. Lalu bagaimana dengan Pilgubsu 2018?

Di Pilgubsu 2008, dari jumlah pemilihan sesuai daftar pemilihan tetap (DPT) yang dikeluarkan KPUD Sumut, tercatat ada sebanyak 8.848.511 jiwa pemilih. Tetapi yang memberikan suara hanya 5.011.377 jiwa. Sebanyak 77.690 suara dinyatakan tidak sah karena berbagai alasan. Dengan kata lain, sekitar 3 juta jiwa tidak memberikan hak pilihnya. Itu artinya, angka golput pada Pilgubsu waktu itu mencapai 44, 25 persen. Sementara pemenangnya pasangan Syamsul Arifin dan Gatot Pujo Nugroho (Syampurno) hanya meraih 27,67 persen dari total DPT.

Begitu juga pada Pilgubsu 2013. Pasangan Gatot Pudjo Nugroho dan Tengku Erry (Ganteng) yang berhasil menjadi pemenang dengan meraih total suara 1.604.337 atau 33,50 persen dari suara sah. Meski suara itu melewati syarat perolehan suara sebagaimana yang diatur undang-undang, tetapi tidak lantas menunjukkan keberhasilan Pilgubsu itu sendiri.

Faktanya secara keseluruhan pemilih yang menggunakan hak pilihnya tidak sampai 51, 50 persen. Dengan kata lain, 48,50 persen pemilih tidak memilih alias golput. Maka jika berdasarkan jumlah suara yang terdaftar di DPT, sebenarnya pasangan ini hanya mendapatkan suara 15,56 persen. Angka ini tentu saja sangat tidak representatif dan terlalu kecil dalam sebuah proses pemilihan. Apalagi untuk taraf menentukan seorang gubernur.

Meski begitu, pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Agus Suriadi menilai, angka partisipasi pemilih dalam pesta demokrasi lima tahunan kali ini bakal lebih baik dari Pilgubsu dua edisi sebelumnya (2008 dan 2013). Alasannya, Pilgubsu 2018 ini lebih seru dan dinamis karena masyarakat dihadapkan dengan pasangan calon yang lebih ‘fresh’.

“Kalau untuk prediksi angka golput di Pilgubsu sebelumnya, saya pikir kali ini lebih kecil. Kenapa? Karena pada Pilgubsu 2018, masyarakat dihadapkan kepada para kandidat atau calon Gubsu yang benar-benar baru,” katanya kepada Sumut Pos, tadi malam.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut, Mulia Banurea.

SUMUTPOS.CO – Berkaca dari dua Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) yakni 2008 dan 2013, tingkat partisipasi pemilih sangat minim. Bahkan angka golput (golongan putih atau tidak memilih) selalu menjadi ‘pemenang’, mengalahkan kandidat yang ada. Lalu bagaimana dengan Pilgubsu 2018?

Di Pilgubsu 2008, dari jumlah pemilihan sesuai daftar pemilihan tetap (DPT) yang dikeluarkan KPUD Sumut, tercatat ada sebanyak 8.848.511 jiwa pemilih. Tetapi yang memberikan suara hanya 5.011.377 jiwa. Sebanyak 77.690 suara dinyatakan tidak sah karena berbagai alasan. Dengan kata lain, sekitar 3 juta jiwa tidak memberikan hak pilihnya. Itu artinya, angka golput pada Pilgubsu waktu itu mencapai 44, 25 persen. Sementara pemenangnya pasangan Syamsul Arifin dan Gatot Pujo Nugroho (Syampurno) hanya meraih 27,67 persen dari total DPT.

Begitu juga pada Pilgubsu 2013. Pasangan Gatot Pudjo Nugroho dan Tengku Erry (Ganteng) yang berhasil menjadi pemenang dengan meraih total suara 1.604.337 atau 33,50 persen dari suara sah. Meski suara itu melewati syarat perolehan suara sebagaimana yang diatur undang-undang, tetapi tidak lantas menunjukkan keberhasilan Pilgubsu itu sendiri.

Faktanya secara keseluruhan pemilih yang menggunakan hak pilihnya tidak sampai 51, 50 persen. Dengan kata lain, 48,50 persen pemilih tidak memilih alias golput. Maka jika berdasarkan jumlah suara yang terdaftar di DPT, sebenarnya pasangan ini hanya mendapatkan suara 15,56 persen. Angka ini tentu saja sangat tidak representatif dan terlalu kecil dalam sebuah proses pemilihan. Apalagi untuk taraf menentukan seorang gubernur.

Meski begitu, pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Agus Suriadi menilai, angka partisipasi pemilih dalam pesta demokrasi lima tahunan kali ini bakal lebih baik dari Pilgubsu dua edisi sebelumnya (2008 dan 2013). Alasannya, Pilgubsu 2018 ini lebih seru dan dinamis karena masyarakat dihadapkan dengan pasangan calon yang lebih ‘fresh’.

“Kalau untuk prediksi angka golput di Pilgubsu sebelumnya, saya pikir kali ini lebih kecil. Kenapa? Karena pada Pilgubsu 2018, masyarakat dihadapkan kepada para kandidat atau calon Gubsu yang benar-benar baru,” katanya kepada Sumut Pos, tadi malam.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru