35 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Driver Ojek Online dan Sopir Angkot Saling Sweeping

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dr Dadang Hartanto SH SIK MSi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bentrokan antara pengemudi ojek online dengan sopir angkot di seputaran Simpang Pos, Jumat (12/1) malam lalu, ternyata tak tuntas malam itu juga. Bentrokan susulan kembali terjadi Sabtu (13/1) sore.

Masing-masing kubu, baik driver ojek online maupun sopir angkot saling sweeping. Mereka saling balas serang. Bahkan, aksi sweeping sempat meluas ke beberapa lokasi, seperti di kawasan Medan Perjuangan dan kawasan Medan Kota.

Pergesekan antara kedua kubu berawal dari senggolan antara driver Grab Bike dengan angkot RMC 103 di seputaran Medan Selayang. Pertengkaran tak terhindarkan lagi. Buntutnya, kedua belah pihak melaporkan kejadian itu kepada rekan-rekan mereka. Akibatnya, di beberapa titik lain jalanan Kota Medan yang banyak dilalui ojek online maupun sopir angkot kembali memanas.

Bahkan bentrokan dan saling lempar sempat terjadi di kawasan Medan Perjuangan. Bentrokan serupa juga terjadi di kawasan Padang Bulan Medan. Selanjutnya di kawasan MMTC Jalan Pancing, Medan Tembung hingga ke kawasan Jalan Peraturan, Medan Estate.

Terkait bentrok dan saling sweeping oleh kedua belah pihak, personel Polrestabes dan jajarannya melakukan patroli dan penjagaan di berbagai tempat. Bahkan polisi melakukan mediasi terhadap kedua belah pihak yang berseteru untuk melakukan perjanjian perdamaian sesuai kesepakatan bersama di Gedung Rupatama Polrestabes Medan, Sabtu (13/1) lalu. Perjanjian kesepakatan antara kedua belah pihak ditandatangani oleh Ali Akram mewakili sopir KPUM, G Munte dari Organda serta dari asosiasi pengemudi online, Afrizal Tanjung.

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dr Dadang Hartanto SH SIK MSi ketika dikonfirmasi membenarkan hal itu. Menurutnya, kedua belah pihak sudah sepakat untuk tidak melakukan pembalasan.  “Ya, sudah mereka sepakat untuk tidak melakukan pembalasan,” kata Dadang.

Meski telah dilakukan kesepakatan, sepertinya kertas yang ditandatangani di atas meterai tersebut tidak berlaku bagi sopir angkot maupun pengemudi ojek online. Buktinya, hingga menjelang petang, keributan kembali terjadi di beberapa titik. Ratusan driver ojek online (Go-Jek), juga terlihat berkumpul di kantornya Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur. Mereka sempat melakukan sweeping dan berkumpul di Lapangan Merdeka. Sasaran utama sweeping adalah angkot RMC 104.

Sementara itu, para sopir angkot RMC 104 dan 103 juga melakukan hal yang sama. Kala itu tampak beberapa sopir angkot yang menunggu pengemudi ojek online di kawasan Simpang Selayang dan Padang Bulan, guna melakukan penjegatan.

Meski begitu, aparat kepolisan mengaku tak ada mengamankan driver ojek online maupun sopir angkot yang terlibat bentrokan. Hal ini ditegaskan Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Putu Yudha.  Dia mengatakan pihaknya telah memeriksa saksi-saksi baik dari pihak driver ojek online maupun sopir angkot.  “Tapi belum ada yang kita tahan, untuk pengerusakan, dari driver Grab Bikenya, belum ada (ditahan) untuk pemukulannya, yang dilakukan sopir angkot, juga belum ada ditahan dijadikan tersangka. Tapi pelaku pemukulan sudah teridentifikasi. Tinggal penguatan dari hasil pemeriksaan saksi-saksi,” pungkas Putu.

Sementara, Dinas Perhubungan Medan dan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Medan mengimbau kedua pihak, baik sopir angkot dan driver taksi online untuk menahan diri paskagesekan yang terjadi di lapangan pada Sabtu (13/1) malam. Adapun gesekan antar-keduanya terjadi, ditengari lantaran persoalan pribadi.

“Di Simpang Pos itukan kejadiannya? Sebenarnya itu menyangkut persoalan pribadi. Jadi gini, itu dikarenakan ada insiden kecelakaan. Antara sopir angkot dan Grab (taksi online) akhirnya bertengkar. Lalu larilah sopir angkot itu dan dikejar enam orang sopir Grab,” kata Ketua Organda Medan, Mont Gomery Munthe kepada Sumut Pos, Minggu (14/1).

Pengejaran enam driver taksi online itu, lanjut Mont, berlanjut sampai ke pool bus Sutra di Jalan Jamin Ginting. Di situ, sopir angkot masuk dan minta tolong lantaran merasa mau di keroyok. “Akhirnya sampai di sana, berkelahilah mereka dan sopir angkot diserang sama driver taksi online. Jadi lebih ke personal masalahnya ini. Gak ada hubungan sama Organda dan pihak aplikasi,” katanya.

Meski begitu, Mont berpesan kepada sopir angkot dan taksi online yang bersiteru dapat berdamai serta menahan diri. Bahkan kepada seluruh jajaran dan anggotanya, dia menyarankan untuk tidak ikut memperkeruh suasana. “Kita imbau supaya akur-akur di lapangan, bangun kebersamaan dan persaudaraan. Jangan bawa-bawa masalah personal ke organisasi, cari makanlah yang benar,” pungkasnya.

Kadishub Kota Medan Renward Parapat juga berpendapat demikian. Dikatakannya, pihak kepolisian sudah turut memediasi persoalan ini sehingga diminta kepada kedua belah pihak agar menahan diri serta tidak memperkeruh suasana lagi.

“Sebenarnya sudah ada rapat di Polrestabes Medan mengenai kejadian ini. Kedua pihak harus menjalankan apa yang telah disepakati. Itu harapan dan himbauan kami,” tuturnya.

Pihaknya juga menyarankan agar Organda dan penyelenggara aplikasi, bisa sama-sama memberikan pembinaan terhadap para drivernya. Sehingga hal tersebut tidak terulang kembali, apalagi sampai merugikan masyarakat. “Ditanya saja dengan Organda, karena setahu saya sudah ada kesepakatan bersama terhadap persoalan tersebut,” katanya. (dvs/prn/adz)

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dr Dadang Hartanto SH SIK MSi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bentrokan antara pengemudi ojek online dengan sopir angkot di seputaran Simpang Pos, Jumat (12/1) malam lalu, ternyata tak tuntas malam itu juga. Bentrokan susulan kembali terjadi Sabtu (13/1) sore.

Masing-masing kubu, baik driver ojek online maupun sopir angkot saling sweeping. Mereka saling balas serang. Bahkan, aksi sweeping sempat meluas ke beberapa lokasi, seperti di kawasan Medan Perjuangan dan kawasan Medan Kota.

Pergesekan antara kedua kubu berawal dari senggolan antara driver Grab Bike dengan angkot RMC 103 di seputaran Medan Selayang. Pertengkaran tak terhindarkan lagi. Buntutnya, kedua belah pihak melaporkan kejadian itu kepada rekan-rekan mereka. Akibatnya, di beberapa titik lain jalanan Kota Medan yang banyak dilalui ojek online maupun sopir angkot kembali memanas.

Bahkan bentrokan dan saling lempar sempat terjadi di kawasan Medan Perjuangan. Bentrokan serupa juga terjadi di kawasan Padang Bulan Medan. Selanjutnya di kawasan MMTC Jalan Pancing, Medan Tembung hingga ke kawasan Jalan Peraturan, Medan Estate.

Terkait bentrok dan saling sweeping oleh kedua belah pihak, personel Polrestabes dan jajarannya melakukan patroli dan penjagaan di berbagai tempat. Bahkan polisi melakukan mediasi terhadap kedua belah pihak yang berseteru untuk melakukan perjanjian perdamaian sesuai kesepakatan bersama di Gedung Rupatama Polrestabes Medan, Sabtu (13/1) lalu. Perjanjian kesepakatan antara kedua belah pihak ditandatangani oleh Ali Akram mewakili sopir KPUM, G Munte dari Organda serta dari asosiasi pengemudi online, Afrizal Tanjung.

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dr Dadang Hartanto SH SIK MSi ketika dikonfirmasi membenarkan hal itu. Menurutnya, kedua belah pihak sudah sepakat untuk tidak melakukan pembalasan.  “Ya, sudah mereka sepakat untuk tidak melakukan pembalasan,” kata Dadang.

Meski telah dilakukan kesepakatan, sepertinya kertas yang ditandatangani di atas meterai tersebut tidak berlaku bagi sopir angkot maupun pengemudi ojek online. Buktinya, hingga menjelang petang, keributan kembali terjadi di beberapa titik. Ratusan driver ojek online (Go-Jek), juga terlihat berkumpul di kantornya Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur. Mereka sempat melakukan sweeping dan berkumpul di Lapangan Merdeka. Sasaran utama sweeping adalah angkot RMC 104.

Sementara itu, para sopir angkot RMC 104 dan 103 juga melakukan hal yang sama. Kala itu tampak beberapa sopir angkot yang menunggu pengemudi ojek online di kawasan Simpang Selayang dan Padang Bulan, guna melakukan penjegatan.

Meski begitu, aparat kepolisan mengaku tak ada mengamankan driver ojek online maupun sopir angkot yang terlibat bentrokan. Hal ini ditegaskan Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Putu Yudha.  Dia mengatakan pihaknya telah memeriksa saksi-saksi baik dari pihak driver ojek online maupun sopir angkot.  “Tapi belum ada yang kita tahan, untuk pengerusakan, dari driver Grab Bikenya, belum ada (ditahan) untuk pemukulannya, yang dilakukan sopir angkot, juga belum ada ditahan dijadikan tersangka. Tapi pelaku pemukulan sudah teridentifikasi. Tinggal penguatan dari hasil pemeriksaan saksi-saksi,” pungkas Putu.

Sementara, Dinas Perhubungan Medan dan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Medan mengimbau kedua pihak, baik sopir angkot dan driver taksi online untuk menahan diri paskagesekan yang terjadi di lapangan pada Sabtu (13/1) malam. Adapun gesekan antar-keduanya terjadi, ditengari lantaran persoalan pribadi.

“Di Simpang Pos itukan kejadiannya? Sebenarnya itu menyangkut persoalan pribadi. Jadi gini, itu dikarenakan ada insiden kecelakaan. Antara sopir angkot dan Grab (taksi online) akhirnya bertengkar. Lalu larilah sopir angkot itu dan dikejar enam orang sopir Grab,” kata Ketua Organda Medan, Mont Gomery Munthe kepada Sumut Pos, Minggu (14/1).

Pengejaran enam driver taksi online itu, lanjut Mont, berlanjut sampai ke pool bus Sutra di Jalan Jamin Ginting. Di situ, sopir angkot masuk dan minta tolong lantaran merasa mau di keroyok. “Akhirnya sampai di sana, berkelahilah mereka dan sopir angkot diserang sama driver taksi online. Jadi lebih ke personal masalahnya ini. Gak ada hubungan sama Organda dan pihak aplikasi,” katanya.

Meski begitu, Mont berpesan kepada sopir angkot dan taksi online yang bersiteru dapat berdamai serta menahan diri. Bahkan kepada seluruh jajaran dan anggotanya, dia menyarankan untuk tidak ikut memperkeruh suasana. “Kita imbau supaya akur-akur di lapangan, bangun kebersamaan dan persaudaraan. Jangan bawa-bawa masalah personal ke organisasi, cari makanlah yang benar,” pungkasnya.

Kadishub Kota Medan Renward Parapat juga berpendapat demikian. Dikatakannya, pihak kepolisian sudah turut memediasi persoalan ini sehingga diminta kepada kedua belah pihak agar menahan diri serta tidak memperkeruh suasana lagi.

“Sebenarnya sudah ada rapat di Polrestabes Medan mengenai kejadian ini. Kedua pihak harus menjalankan apa yang telah disepakati. Itu harapan dan himbauan kami,” tuturnya.

Pihaknya juga menyarankan agar Organda dan penyelenggara aplikasi, bisa sama-sama memberikan pembinaan terhadap para drivernya. Sehingga hal tersebut tidak terulang kembali, apalagi sampai merugikan masyarakat. “Ditanya saja dengan Organda, karena setahu saya sudah ada kesepakatan bersama terhadap persoalan tersebut,” katanya. (dvs/prn/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/