29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Hari Jadi Kota Binjai Dinilai Sesat

Menurut dia, penetapan 17 Mei 1872 sebagai periode awal terbentuknya Kota Binjai yang bersamaan dengan terjadinya peristiwa Perang Sunggal itu tak memiliki kaitan apapun. Bagi dia, hari jadi Kota Binjai ini sesat.”Tidak bisa kita pungkiri, kalau Binjai itu identik sebagai Kota Kolonial. Sehingga status gemente mulai 27 Juni 1917 merupakan hari jadi Kota Binjai yang asli,” kata dia yang bertindak sebagai narasumber dalam acara bedah buku tersebut.

Saat ini, pertumbuhan sarana dan fasilitas di Kota Binjai tidak terlepas dari pesatnya melaju peningkatan industri perkebunan di Sumatera Timur. Tapi, Ichwan menyayangkan, hari jadi Kota Binjai berubah menjadi 17 Mei 1872. Itu ditetapkan pasca keluarnya Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tahun 1985 lalu.

“Saya kira, kuncinya itu ada di Pemko Binjai. Kalau saja serius dan berani merumuskan hal itu, saya kira sejarah Kota Binjai tidak lagi rancu. Artinya, jangan hanya seminar tanpa ada kelanjutan,” ujarnya.

Ia tetap menyambut baik atas peluncuran buku yang dibedah tersebut. Sebab, kata dia, proses pembuatan dan buku tentang sejarah lokal maupun sejarah kota di Sumatera Utara, masih menjadi sebuah hal yang langka.

Tapi, dia menilai, perlu dilakukan beberapa penyempurnaan. Terutama menyangkut periodesasi dan penyesuai fakta serta data. Sehingga karya sejarah yang dihasilkan tidak hanya sebatas fragmen.”Bagi saya, buku Kilas Sejarah Perjuangan Pra dan Pasca Proklamasi Kemerdekaan di Kota Binjai ini sudah bagus, walaupun masih ada beberapa hal yang harus disempurnakan lagi,” ujarnya.

Turut Hadir dalam kegiatan bedah buku Ketua Komisi C DPRD Kota Binjai Tengku Matsyah, Ketua Pengadilan Negeri Binjai Fauzul Hamdan, Kapolsek Binjai Kota, Wakaden Brimob, Perwakilan dari kodim 0203/Lkt, Ketua KNPI, kalangan akademisi, komunitas pencinta sejarah, para guru dan pelajar serta 0seluruh jajaran SKPD Kota Binjai. Acara turut dirangkai dengan penyerahan piagam penghargaan kepada penulis buku, HM Yunus Tampubolon, Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmi Sosial Universitas Negeri Medan (PUSSIS Unimed) Dr Phil Ichwan Azhari, Guru Sejarah SMA Negeri 6 Binjai, Yopi Rahmat, dan Suriyani. (ted/ila)

Menurut dia, penetapan 17 Mei 1872 sebagai periode awal terbentuknya Kota Binjai yang bersamaan dengan terjadinya peristiwa Perang Sunggal itu tak memiliki kaitan apapun. Bagi dia, hari jadi Kota Binjai ini sesat.”Tidak bisa kita pungkiri, kalau Binjai itu identik sebagai Kota Kolonial. Sehingga status gemente mulai 27 Juni 1917 merupakan hari jadi Kota Binjai yang asli,” kata dia yang bertindak sebagai narasumber dalam acara bedah buku tersebut.

Saat ini, pertumbuhan sarana dan fasilitas di Kota Binjai tidak terlepas dari pesatnya melaju peningkatan industri perkebunan di Sumatera Timur. Tapi, Ichwan menyayangkan, hari jadi Kota Binjai berubah menjadi 17 Mei 1872. Itu ditetapkan pasca keluarnya Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tahun 1985 lalu.

“Saya kira, kuncinya itu ada di Pemko Binjai. Kalau saja serius dan berani merumuskan hal itu, saya kira sejarah Kota Binjai tidak lagi rancu. Artinya, jangan hanya seminar tanpa ada kelanjutan,” ujarnya.

Ia tetap menyambut baik atas peluncuran buku yang dibedah tersebut. Sebab, kata dia, proses pembuatan dan buku tentang sejarah lokal maupun sejarah kota di Sumatera Utara, masih menjadi sebuah hal yang langka.

Tapi, dia menilai, perlu dilakukan beberapa penyempurnaan. Terutama menyangkut periodesasi dan penyesuai fakta serta data. Sehingga karya sejarah yang dihasilkan tidak hanya sebatas fragmen.”Bagi saya, buku Kilas Sejarah Perjuangan Pra dan Pasca Proklamasi Kemerdekaan di Kota Binjai ini sudah bagus, walaupun masih ada beberapa hal yang harus disempurnakan lagi,” ujarnya.

Turut Hadir dalam kegiatan bedah buku Ketua Komisi C DPRD Kota Binjai Tengku Matsyah, Ketua Pengadilan Negeri Binjai Fauzul Hamdan, Kapolsek Binjai Kota, Wakaden Brimob, Perwakilan dari kodim 0203/Lkt, Ketua KNPI, kalangan akademisi, komunitas pencinta sejarah, para guru dan pelajar serta 0seluruh jajaran SKPD Kota Binjai. Acara turut dirangkai dengan penyerahan piagam penghargaan kepada penulis buku, HM Yunus Tampubolon, Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmi Sosial Universitas Negeri Medan (PUSSIS Unimed) Dr Phil Ichwan Azhari, Guru Sejarah SMA Negeri 6 Binjai, Yopi Rahmat, dan Suriyani. (ted/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/