28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Longsor, Jalinsum Terputus

Gempa yang terjadi di Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan menimbulkan berbagai kerusakan. Selain kerusakan bangunan, gempa menyebabkan arus listrik padam di sejumlah tempat, longsor dan sejumlah ruas jalan retak-retak di jalan lintas Sumatera (Jalinsum) yang menghubungkan Pahaejulu dengan Sipirok. Longsor terjadi di Desa Silangkitang, Desa Onanjoro, Desa Sarulla, sampai Lobupining Ruang Ni Homang Longsor dan Jalan di Kecamatan Pahaejulu.

Jalinsum Tarutung-Sipirok Km 28, tepatnya di Desa Sitoluama, sempat tak bisa dilalui kendaraan karena tebing di sisi kiri jalan longsor hingga menutupi badan jalan. Kondisi ini membuat lalulintas dari arah Tarutung menuju Sipirok dan sebaliknya macet total sekitar 5 jam. Kemacetan baru terurai sekitar pukul 14.00 WIB, setelah pihak Pihak PU Dinas Bina Marga Taput membersihkan jalan dari timbunan longsor.

Di Jalinsum Lobu Pining juga terjadi longsor. Saat gempa pertama, longsor hanya membawa tanah dari lereng bukit. Namun saat gempa susulan, longsor kembali terjadi disertai tumbangnya sejumlah pohon.
Akibatnya, arus kendaraan di Jalinsum Lobu Pining terhenti dan terjadi macet sepanjang lebih kurang 20 kilometer. Antrean kendaraan terjadi dari arah Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan dan dari arah Tarutung. Antrean berlangsung sekitar tiga jam.

Semenatra itu, di Sipirok, Tapsel, guncangan gempa terasa hingga enam kali, yakni sekitar pukul 07.15 WIB, 10.15 WIB, 11.30 WIB, 12.00 WIB, 12.30 WIB, dan 13.00 WIB. Guncangan yang cukup kuat dirasakan warga adalah pada pukul 07.15 WIB dengan durasi sekitar 30 detik. Lalu, guncangan semakin kuat sekitar 90 detik sekira pukul 10.15 WIB sedangkan empat guncangan lainnya tidak begitu terasa bahkan sebagian warga tidak merasakannya.
Beberapa warga mengaku panik dengan guncangan gempa tersebut. “Gempa yang pertama bikin kaget, gempa yang kedua kami langsung keluar dari kantor untuk menyelamatkan diri karena guncangannya begitu kuat dan lebih lama. Kami takut ruangan ini runtuh,” ucap Syarif (23), Mintana (30) dan Masdelima (53).

Hal senada juga dikatakan beberapa kepala sekolah di Sipirok. Akibat guncangan gempa yang kedua (pukul 10.15 WIB) terpaksa proses belajar-mengajar sempat terhenti karena siswa dan guru berhamburan keluar ruangan.
“Anak-anak dan guru berhamburan padahal ujian semester sedang berlangsung. Saya sendiri sempat ketinggaln handphone (Hp) karena panik.Guncangannya memang cukup kuat,” ucap Kepala SMAN 2 Plus Sipirok, Marwan.
Sesuai keterangan Pemerintah Kecamatan Sipirok, untuk sementara belum ditemukan dampak dari guncangan gempa tersebut. “Sampai saat ini, tidak ada korban atau kerusakan yang dialami warga di Sipirok. Memang sempat dikabarkan ada rumah warga dan jalan yang mengalami kerusakan di perbatasan dengan Taput. Namun, setelah kita pastikan ternyata tidak ada,” kata Camat Sipirok Parlindungan Harahap.

Sementara di Kota Padangsidempuan, sejumlah warga mengaku tidak merasakan getaran gempa sementara sejumlah warga lainnya merasakannya. Namun, getaran gempa tidak sampai membuat panik warga.

Sedangkan di Palas, seperti di Sibuhuan dan Barteng, warga samasekali tidak merasakan getaran gempa. Seperti diutarakan Firdaus, warga Sibuhuan. Ia mengaku tidak merasakan getaran gempa. Hal yang sama juga disampaikan Julman, warga Binanga, Barteng.

Warga Gunung Tua, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Paluta, juga merasakan getaran gempa sebanyak dua kali, yakni pada pukul 07.30 WIB dan 09.45 WIB.

“Sempat terkejut ada gempa sekitar tiga menit tadi (kemarin) pagi. Saya sempat membayangkan terjadi gempa besar seperti tahun 2009 lalu. Sepertinya apa yang saya bayangkan salah, karena guncangannya melemah,” kata Candra (27), warga Kampung Banjir, Lingkungan 7, Kecamatan Padang Bolak.

Diutarakannya, saat terjadi gempa, ia melihat perabotan miliknya bergoyang, tapi memang tidak sampai berjatuhan ke lantai. “Perabotan yang bergoyang meyakinkan saya kalau benar-benar terjadi gempa,” ungkapnya.
Senada juga diungkapkan, Sapri Harahap. Ia mengaku merasakan gempa hingga dua kali. “Mungkin karena gempanya sebentar maka kami tidak ke luar rumah. Namun, saat gempa itu kami sekeluarga sempat panik,” pungkasnya.(smg)

Gempa yang terjadi di Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan menimbulkan berbagai kerusakan. Selain kerusakan bangunan, gempa menyebabkan arus listrik padam di sejumlah tempat, longsor dan sejumlah ruas jalan retak-retak di jalan lintas Sumatera (Jalinsum) yang menghubungkan Pahaejulu dengan Sipirok. Longsor terjadi di Desa Silangkitang, Desa Onanjoro, Desa Sarulla, sampai Lobupining Ruang Ni Homang Longsor dan Jalan di Kecamatan Pahaejulu.

Jalinsum Tarutung-Sipirok Km 28, tepatnya di Desa Sitoluama, sempat tak bisa dilalui kendaraan karena tebing di sisi kiri jalan longsor hingga menutupi badan jalan. Kondisi ini membuat lalulintas dari arah Tarutung menuju Sipirok dan sebaliknya macet total sekitar 5 jam. Kemacetan baru terurai sekitar pukul 14.00 WIB, setelah pihak Pihak PU Dinas Bina Marga Taput membersihkan jalan dari timbunan longsor.

Di Jalinsum Lobu Pining juga terjadi longsor. Saat gempa pertama, longsor hanya membawa tanah dari lereng bukit. Namun saat gempa susulan, longsor kembali terjadi disertai tumbangnya sejumlah pohon.
Akibatnya, arus kendaraan di Jalinsum Lobu Pining terhenti dan terjadi macet sepanjang lebih kurang 20 kilometer. Antrean kendaraan terjadi dari arah Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan dan dari arah Tarutung. Antrean berlangsung sekitar tiga jam.

Semenatra itu, di Sipirok, Tapsel, guncangan gempa terasa hingga enam kali, yakni sekitar pukul 07.15 WIB, 10.15 WIB, 11.30 WIB, 12.00 WIB, 12.30 WIB, dan 13.00 WIB. Guncangan yang cukup kuat dirasakan warga adalah pada pukul 07.15 WIB dengan durasi sekitar 30 detik. Lalu, guncangan semakin kuat sekitar 90 detik sekira pukul 10.15 WIB sedangkan empat guncangan lainnya tidak begitu terasa bahkan sebagian warga tidak merasakannya.
Beberapa warga mengaku panik dengan guncangan gempa tersebut. “Gempa yang pertama bikin kaget, gempa yang kedua kami langsung keluar dari kantor untuk menyelamatkan diri karena guncangannya begitu kuat dan lebih lama. Kami takut ruangan ini runtuh,” ucap Syarif (23), Mintana (30) dan Masdelima (53).

Hal senada juga dikatakan beberapa kepala sekolah di Sipirok. Akibat guncangan gempa yang kedua (pukul 10.15 WIB) terpaksa proses belajar-mengajar sempat terhenti karena siswa dan guru berhamburan keluar ruangan.
“Anak-anak dan guru berhamburan padahal ujian semester sedang berlangsung. Saya sendiri sempat ketinggaln handphone (Hp) karena panik.Guncangannya memang cukup kuat,” ucap Kepala SMAN 2 Plus Sipirok, Marwan.
Sesuai keterangan Pemerintah Kecamatan Sipirok, untuk sementara belum ditemukan dampak dari guncangan gempa tersebut. “Sampai saat ini, tidak ada korban atau kerusakan yang dialami warga di Sipirok. Memang sempat dikabarkan ada rumah warga dan jalan yang mengalami kerusakan di perbatasan dengan Taput. Namun, setelah kita pastikan ternyata tidak ada,” kata Camat Sipirok Parlindungan Harahap.

Sementara di Kota Padangsidempuan, sejumlah warga mengaku tidak merasakan getaran gempa sementara sejumlah warga lainnya merasakannya. Namun, getaran gempa tidak sampai membuat panik warga.

Sedangkan di Palas, seperti di Sibuhuan dan Barteng, warga samasekali tidak merasakan getaran gempa. Seperti diutarakan Firdaus, warga Sibuhuan. Ia mengaku tidak merasakan getaran gempa. Hal yang sama juga disampaikan Julman, warga Binanga, Barteng.

Warga Gunung Tua, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Paluta, juga merasakan getaran gempa sebanyak dua kali, yakni pada pukul 07.30 WIB dan 09.45 WIB.

“Sempat terkejut ada gempa sekitar tiga menit tadi (kemarin) pagi. Saya sempat membayangkan terjadi gempa besar seperti tahun 2009 lalu. Sepertinya apa yang saya bayangkan salah, karena guncangannya melemah,” kata Candra (27), warga Kampung Banjir, Lingkungan 7, Kecamatan Padang Bolak.

Diutarakannya, saat terjadi gempa, ia melihat perabotan miliknya bergoyang, tapi memang tidak sampai berjatuhan ke lantai. “Perabotan yang bergoyang meyakinkan saya kalau benar-benar terjadi gempa,” ungkapnya.
Senada juga diungkapkan, Sapri Harahap. Ia mengaku merasakan gempa hingga dua kali. “Mungkin karena gempanya sebentar maka kami tidak ke luar rumah. Namun, saat gempa itu kami sekeluarga sempat panik,” pungkasnya.(smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/