26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Kerikil Sinabung Sampai Gerbang Desa

Sinabung Meletus-RASYID-Letusan Gunung Sinabung (22)KARO-Erupsi gunung Sinabung disertai luncuran awan panas kembali terjadi untuk kesekian kalinya, pada Kamis ( 14/11) letusan berlangsung pagi dan tengah hari. Selain material debu dan pasir, juga batu batu kecil disertaiserta awan panas dimuntahkan oleh Sinabung.

Menurut petugas Pos Pengamatan Gunung Api  (PPGA) Sinabung dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Ahmad Nabawi, erupsi pertama terjadi pukul 06.58 WIB pagi. Pada erupsi ini Sinabungn
mampu mengeluarkan debu vulkanik ke arah barat daya dan barat dengan tinggi kolam debu mencapai 7.000 meter. Sayang akibat kabut yang cukup tebal luncuran awan panas tidak teramati secara visual.

Kabut yang lumayan tebal itu memang sebagaimana terpantau membuat laju debu di atas langit hanya terlihat sesaat. Warga Berastagi yang mencoba menatap lebih lama proses vulkanologi ini cuma bisa merekamnya sekian menit, selebihnya telah tertutup. Tetapi ini tidak mengurangi sampainya debu vulkanik dan material pasir serta batu batu kecil ke desa-desa di Kecamatan Tiganderket dan Tigabinanga . Tidak hanya itu, erupsi ini telah berakibat banyaknya arus keluar warga dari desa-desa yang berada di luar radius 3 km. Bahkan telah ada yang menempati sesaat Kantor Camat Simpang Empat di Desa Ndokumsiroga.

Penduduk yang sejak semalaman telah banyak termakan isu bakal terjadinya letusan besar memilih meninggalkan desa, hingga jalur keluar masuk Simpang Empat dijaga oleh aparat kepolisian dari Sat Lantas Polres Tanah Karo dan Yon 125 Si’Mbisa. Kepanikan malah telah berlangsung beberapa jam sebelumnya karena sesuai keterangan warga Desa Kutarayat, Kecamatan Namanteran, mulai dini hari telah banyak yang bergerak menuju Langkat lewat jalur jalan tembus Karo-Langkat.

Baru di letusan kedua, awan panas terlihat meluncur sejauh 1.000 meter ke arah tenggara yang tampak menuruni lereng gunung di atas Desa Sukameriah. Walau tidak sampai berakibat kepanikan, erupsi yang terjadi di siang hari itu juga mengeluarkan batu batu kerikil.

“Tadi batu kerikil sudah sampai ke arah desa kami tak lama setelah erupsi,” ungkap Gentong Bangun, seorang petugas yang berjaga di gerbang menuju Desa Mardingding.

Sementara, Kepala Desa Sukameriah, Amin Ginting ketika dihubungi melalui telepon selularnya mengaku awan panas yang meluncur ke desanya hingga kini belum sampai pada tahap mengakibatkan korban. Karena seluruh warga tak lagi berada di desa. Sukameriah sendiri berada di radius 2,4 km dari kawah aktif Sinabung.

Tingginya intensitas di gunung Sinabung telah membuat 8 desa di 4 kecamatan telah dikosongkan. Desa itu antara lain Mardinding (Tiganderket), Sukameriah dan Gurukinayan (Payung), Bekerah, Simacem , dan Kutagugung (Namanteran), serta Sibintun  dan Gamber (Simpang Empat). Di luar itu, warga Desa lain seperti Berastepu (Simpang Empat), Sigaranggarang (Namanteran) dan Temburun (Payung)  yang tidak direkomendasikan juga telah ada yang khawatir, hingga kemudian memilih bergabung dengan para pengungsi lain. Kondisi itu membuat  jumlah pengungsi sampai dengan Kamis (14/11) berjumlah 5.679 jiwa.

Sementara itu, berbagai bantuan mengalir kepada masyarakat ke Karo mulai dikritisi. Pasalnya, bantuan itu sifatnya sementara. Belum ada bantuan yang atau jalan keluar bagaimana nasib dari masyarakat di sekitar kaki Sinabung dalam menghadapi bahaya erupsi.

“Banyak sekali bantuan mengalir ke Tanah Karo setiap kali ada terjadi erupsi. Masalahnya tidak pernah menyentuh akan permasalahannya. Ada masyarakat di kaki gunung Sinabung yang terus-menerus terancam nyawanya setiap kali terjadi erupsi,” kata putra daerah Kabupaten Karo, DR Ferry Karokaro Sitepu SH MBA MH, tadi malam.

Dia pun mengusulkan pemindahan masyarakat ke daerah ‘green area’ atau daerah yang tidak terkena efek langsung setiap kali erupsi terjadi. Dalam artian radius area yang aman harus steril dari pemukiman penduduk. Yang tersisa hanya berupa daerah perkebunan atau pertanian. Untuk itu diperlukan suatu areal yang baru untuk ditempati warga 4 desa yang selalu terkenal efek erupsi.

“Ke depan daerah green zone tidak boleh ada areal pemukiman penduduk. Hanya tertinggal daerah perkebunan dan pertanian,” kata pria yang berprofesi sebagai pengacara.

Itulah sebab, Pemda Karo harus bicara kepada Kemenhut untuk mncari daerah pemukiman baru bagi penduduk. Berbagai produk hukum tentu akan dikaitkan dengan UU no 41 tahun 1999. “Bupati harus inisiatif untuk mencari daerah pemukiman yang bisa saja dengan membuka areal hutan,” ujarnya.

Apalagi tambahnya berbagai pakar vulkanologi memprediksi akan terjadi letusan yang besar ke depan. Bahkan dirinya memprediksi akan terjadi terus menerus. Namun memindahkan penduduk tentu membutuhkan regulasi dan filosofi yang matang untuk memindahkan penduduk. “Tak ada solusi lain selain mencari daerah baru untuk pemukiman. Dan ini jelas membutuhkan kerja sama antara Pemkab Karo, Langkat, Pemprovsu, dan Pemerintah Pusat,” ujarnya. (riz/nng/smg/mag-5)

Sinabung Meletus-RASYID-Letusan Gunung Sinabung (22)KARO-Erupsi gunung Sinabung disertai luncuran awan panas kembali terjadi untuk kesekian kalinya, pada Kamis ( 14/11) letusan berlangsung pagi dan tengah hari. Selain material debu dan pasir, juga batu batu kecil disertaiserta awan panas dimuntahkan oleh Sinabung.

Menurut petugas Pos Pengamatan Gunung Api  (PPGA) Sinabung dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Ahmad Nabawi, erupsi pertama terjadi pukul 06.58 WIB pagi. Pada erupsi ini Sinabungn
mampu mengeluarkan debu vulkanik ke arah barat daya dan barat dengan tinggi kolam debu mencapai 7.000 meter. Sayang akibat kabut yang cukup tebal luncuran awan panas tidak teramati secara visual.

Kabut yang lumayan tebal itu memang sebagaimana terpantau membuat laju debu di atas langit hanya terlihat sesaat. Warga Berastagi yang mencoba menatap lebih lama proses vulkanologi ini cuma bisa merekamnya sekian menit, selebihnya telah tertutup. Tetapi ini tidak mengurangi sampainya debu vulkanik dan material pasir serta batu batu kecil ke desa-desa di Kecamatan Tiganderket dan Tigabinanga . Tidak hanya itu, erupsi ini telah berakibat banyaknya arus keluar warga dari desa-desa yang berada di luar radius 3 km. Bahkan telah ada yang menempati sesaat Kantor Camat Simpang Empat di Desa Ndokumsiroga.

Penduduk yang sejak semalaman telah banyak termakan isu bakal terjadinya letusan besar memilih meninggalkan desa, hingga jalur keluar masuk Simpang Empat dijaga oleh aparat kepolisian dari Sat Lantas Polres Tanah Karo dan Yon 125 Si’Mbisa. Kepanikan malah telah berlangsung beberapa jam sebelumnya karena sesuai keterangan warga Desa Kutarayat, Kecamatan Namanteran, mulai dini hari telah banyak yang bergerak menuju Langkat lewat jalur jalan tembus Karo-Langkat.

Baru di letusan kedua, awan panas terlihat meluncur sejauh 1.000 meter ke arah tenggara yang tampak menuruni lereng gunung di atas Desa Sukameriah. Walau tidak sampai berakibat kepanikan, erupsi yang terjadi di siang hari itu juga mengeluarkan batu batu kerikil.

“Tadi batu kerikil sudah sampai ke arah desa kami tak lama setelah erupsi,” ungkap Gentong Bangun, seorang petugas yang berjaga di gerbang menuju Desa Mardingding.

Sementara, Kepala Desa Sukameriah, Amin Ginting ketika dihubungi melalui telepon selularnya mengaku awan panas yang meluncur ke desanya hingga kini belum sampai pada tahap mengakibatkan korban. Karena seluruh warga tak lagi berada di desa. Sukameriah sendiri berada di radius 2,4 km dari kawah aktif Sinabung.

Tingginya intensitas di gunung Sinabung telah membuat 8 desa di 4 kecamatan telah dikosongkan. Desa itu antara lain Mardinding (Tiganderket), Sukameriah dan Gurukinayan (Payung), Bekerah, Simacem , dan Kutagugung (Namanteran), serta Sibintun  dan Gamber (Simpang Empat). Di luar itu, warga Desa lain seperti Berastepu (Simpang Empat), Sigaranggarang (Namanteran) dan Temburun (Payung)  yang tidak direkomendasikan juga telah ada yang khawatir, hingga kemudian memilih bergabung dengan para pengungsi lain. Kondisi itu membuat  jumlah pengungsi sampai dengan Kamis (14/11) berjumlah 5.679 jiwa.

Sementara itu, berbagai bantuan mengalir kepada masyarakat ke Karo mulai dikritisi. Pasalnya, bantuan itu sifatnya sementara. Belum ada bantuan yang atau jalan keluar bagaimana nasib dari masyarakat di sekitar kaki Sinabung dalam menghadapi bahaya erupsi.

“Banyak sekali bantuan mengalir ke Tanah Karo setiap kali ada terjadi erupsi. Masalahnya tidak pernah menyentuh akan permasalahannya. Ada masyarakat di kaki gunung Sinabung yang terus-menerus terancam nyawanya setiap kali terjadi erupsi,” kata putra daerah Kabupaten Karo, DR Ferry Karokaro Sitepu SH MBA MH, tadi malam.

Dia pun mengusulkan pemindahan masyarakat ke daerah ‘green area’ atau daerah yang tidak terkena efek langsung setiap kali erupsi terjadi. Dalam artian radius area yang aman harus steril dari pemukiman penduduk. Yang tersisa hanya berupa daerah perkebunan atau pertanian. Untuk itu diperlukan suatu areal yang baru untuk ditempati warga 4 desa yang selalu terkenal efek erupsi.

“Ke depan daerah green zone tidak boleh ada areal pemukiman penduduk. Hanya tertinggal daerah perkebunan dan pertanian,” kata pria yang berprofesi sebagai pengacara.

Itulah sebab, Pemda Karo harus bicara kepada Kemenhut untuk mncari daerah pemukiman baru bagi penduduk. Berbagai produk hukum tentu akan dikaitkan dengan UU no 41 tahun 1999. “Bupati harus inisiatif untuk mencari daerah pemukiman yang bisa saja dengan membuka areal hutan,” ujarnya.

Apalagi tambahnya berbagai pakar vulkanologi memprediksi akan terjadi letusan yang besar ke depan. Bahkan dirinya memprediksi akan terjadi terus menerus. Namun memindahkan penduduk tentu membutuhkan regulasi dan filosofi yang matang untuk memindahkan penduduk. “Tak ada solusi lain selain mencari daerah baru untuk pemukiman. Dan ini jelas membutuhkan kerja sama antara Pemkab Karo, Langkat, Pemprovsu, dan Pemerintah Pusat,” ujarnya. (riz/nng/smg/mag-5)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/