30 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Penderes Karet Tewas Disambar Petir

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Samasudi Telaumbanua (30) tewas disambar petir di kebun karet di Sijambu-jambu, Desa Pagaran Julu, Kec. Sorkam, Tapteng, Selasa (14/1) sekira pukul 17.00 WIB.

Diceritakan Moniati Gea (46), Tante Samsudi, kejadian itu berawal saat Samasudi sedang menampung air hujan di depan sebuah gubuk di kebun karet tempatnya bekerja. Saat itu Samasudi sendirian di gubuk itu. Memang ada seorang temannya yang juga pekerja di gubuk lainnya yang jaraknya masih berdekatan. Mereka baru selesai bekerja menyadap karet, dan rencananya Samasudi hendak memasak air minum. Namun karena jarak ke sumber air bersih cukup jauh dari gubuknya, maka Samasudi menampung air hujan pakai ember.

“Saat itulah tiba-tiba petir menyambar pohon kelapa yang tumbuh di dekat gubuk itu. Sengatan petir itu rupanya sampai ke Samasudi. Dia langsung mengelapar-gelepar,” ucap Moniati menceritakan seperti keterangan yang didapatnya dari teman almarhum saat kejadian itu.

Melihat kondisi Samasudi, beberapa teman kerjanya berdatangan untuk menolong. Pemilik kebun Marolop Sihombing juga datang ke lokasi. “Kata mereka saat itu Samasudi sudah kritis, sudah tidak dapat berbicara lagi. Rambut di kepala sebelah kirinya hangus, setengah alis matanya juga hangus. Di dada kanannya ada luka goresan kecil dan menghitam. Lalu bagian paha kirinya hitam lebam,” tutur Moniati diamini menantunya.

Masih Moniati, tubuh Samasudi sempat ditanam ke dalam dalam tanah dengan maksud untuk menyelamatkannya. Namun kondisi Samasudi bertambah parah. Samasudi pun tewas tak berapa lama kemudian.

Informasi kejadian itu lalu disampaikan ke pihak Polsek Sorkam. Petugas tiba di lokasi sekitar 1 jam setelah kejadian. Mayat Samasudi kemudian dibawa ke puskesmas terdekat untuk divisum luar.

“Kami terima laporan kejadiannya dari masyarakat. Saat personel tiba di lokasi kejadian, korban sudah meninggal dunia. Tubuh korban sempat ditanam dalam tanah. Namun untuk pemeriksaan lebih lanjut kami bawa ke puskesmas untuk divisum luar. Dari hasil pemeriksaan dsimpulkan korban tewas karena tersambar petir. Malam itu juga mayatnya kami serahkan ke pihak keluarga,” ucap Kapolsek Sorkam, AKP Ferimon yang dihubungi, Rabu (15/1).

Diceritakan Moniati Gea (46), Tante Samsudi, korban datang dari kampung halamannya di Nias ke Tapteng sekira dua bulan lalu. Samasudi datang sendirian, anak-anaknya tidak ikut. Awalnya kedatangan Samasudi hanya jalan-jalan ke rumah tantenya itu. Namun, karena belum memiliki ongkos pulang ke kampung, Samasudi kemudian bekerja sebagai buruh sadap getah di kebun milik Marolop Sihombing. Kebun karet itu berjarak sekitar 5 km dari jalan protokol Jalinsum Sibolga-Barus.

“Dia bekerja manderes untuk cari ongkos pulang. Upahnya bagi dua dari hasil penjualan getah yang disadapnya dengan pemilik kebun. Katanya dia baru dua kali gajian, karena memang cuaca kebanyakan hujan belakangan ini, jadi getah sedikit,” ujar Moniati.

Kabar duka itu pun telah disampaikan kepada pihak keluarga di kampung almarhum. Rencananya pihak keluarga akan datang besok ( hari ini,red). “Besok (hari ini,red) keluarga dari kampung akan datang. Rencananya menunggu mereka datang baru dikebumikan. Mayatnya tidak dibawa ke kampung, tapi akan dikebumikan di pekuburan umum di Pargadungan, Kecamatan Tapian Nauli,” kata Moniati.

Moniati sendiri mengaku tidak punya firasat apapun akan datangnya peristiwa duka tersebut. Namun mereka mengaku sangat kehilangan. Apalagi mengingat nasib keempat anak almarhum yang kini yatim piatu.

“Dia sudah menduda sejak 7 tahun lalu. Istrinya meninggal dunia. Jadi anak-anaknya sekarang tinggal dengan keluarga kakek dan nenek mereka di Nias. Kasihan nasib mereka,” tutur Moniati.

“Mungkin inilah jalan Tuhan untuk menjemput dia,” kata Moniati Gea (46).

Amatan wartawan Rabu (15/1) siang di rumah duka terlihat tidak banyak pelayat. Mungkin karena almarhum merupakan orang pendatang baru dan belum cukup dikenal di kampung itu. Di dalam rumah panggung papan itu hanya terlihat tantenya dan suaminya, dua menantu dari tantenya, seorang keponakan almarhum, putri tante almarhum. Kursi-kursi plastik yang disiapakan di bawah tenda di depan rumah duka terlihat kosong. (wis/smg)

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Samasudi Telaumbanua (30) tewas disambar petir di kebun karet di Sijambu-jambu, Desa Pagaran Julu, Kec. Sorkam, Tapteng, Selasa (14/1) sekira pukul 17.00 WIB.

Diceritakan Moniati Gea (46), Tante Samsudi, kejadian itu berawal saat Samasudi sedang menampung air hujan di depan sebuah gubuk di kebun karet tempatnya bekerja. Saat itu Samasudi sendirian di gubuk itu. Memang ada seorang temannya yang juga pekerja di gubuk lainnya yang jaraknya masih berdekatan. Mereka baru selesai bekerja menyadap karet, dan rencananya Samasudi hendak memasak air minum. Namun karena jarak ke sumber air bersih cukup jauh dari gubuknya, maka Samasudi menampung air hujan pakai ember.

“Saat itulah tiba-tiba petir menyambar pohon kelapa yang tumbuh di dekat gubuk itu. Sengatan petir itu rupanya sampai ke Samasudi. Dia langsung mengelapar-gelepar,” ucap Moniati menceritakan seperti keterangan yang didapatnya dari teman almarhum saat kejadian itu.

Melihat kondisi Samasudi, beberapa teman kerjanya berdatangan untuk menolong. Pemilik kebun Marolop Sihombing juga datang ke lokasi. “Kata mereka saat itu Samasudi sudah kritis, sudah tidak dapat berbicara lagi. Rambut di kepala sebelah kirinya hangus, setengah alis matanya juga hangus. Di dada kanannya ada luka goresan kecil dan menghitam. Lalu bagian paha kirinya hitam lebam,” tutur Moniati diamini menantunya.

Masih Moniati, tubuh Samasudi sempat ditanam ke dalam dalam tanah dengan maksud untuk menyelamatkannya. Namun kondisi Samasudi bertambah parah. Samasudi pun tewas tak berapa lama kemudian.

Informasi kejadian itu lalu disampaikan ke pihak Polsek Sorkam. Petugas tiba di lokasi sekitar 1 jam setelah kejadian. Mayat Samasudi kemudian dibawa ke puskesmas terdekat untuk divisum luar.

“Kami terima laporan kejadiannya dari masyarakat. Saat personel tiba di lokasi kejadian, korban sudah meninggal dunia. Tubuh korban sempat ditanam dalam tanah. Namun untuk pemeriksaan lebih lanjut kami bawa ke puskesmas untuk divisum luar. Dari hasil pemeriksaan dsimpulkan korban tewas karena tersambar petir. Malam itu juga mayatnya kami serahkan ke pihak keluarga,” ucap Kapolsek Sorkam, AKP Ferimon yang dihubungi, Rabu (15/1).

Diceritakan Moniati Gea (46), Tante Samsudi, korban datang dari kampung halamannya di Nias ke Tapteng sekira dua bulan lalu. Samasudi datang sendirian, anak-anaknya tidak ikut. Awalnya kedatangan Samasudi hanya jalan-jalan ke rumah tantenya itu. Namun, karena belum memiliki ongkos pulang ke kampung, Samasudi kemudian bekerja sebagai buruh sadap getah di kebun milik Marolop Sihombing. Kebun karet itu berjarak sekitar 5 km dari jalan protokol Jalinsum Sibolga-Barus.

“Dia bekerja manderes untuk cari ongkos pulang. Upahnya bagi dua dari hasil penjualan getah yang disadapnya dengan pemilik kebun. Katanya dia baru dua kali gajian, karena memang cuaca kebanyakan hujan belakangan ini, jadi getah sedikit,” ujar Moniati.

Kabar duka itu pun telah disampaikan kepada pihak keluarga di kampung almarhum. Rencananya pihak keluarga akan datang besok ( hari ini,red). “Besok (hari ini,red) keluarga dari kampung akan datang. Rencananya menunggu mereka datang baru dikebumikan. Mayatnya tidak dibawa ke kampung, tapi akan dikebumikan di pekuburan umum di Pargadungan, Kecamatan Tapian Nauli,” kata Moniati.

Moniati sendiri mengaku tidak punya firasat apapun akan datangnya peristiwa duka tersebut. Namun mereka mengaku sangat kehilangan. Apalagi mengingat nasib keempat anak almarhum yang kini yatim piatu.

“Dia sudah menduda sejak 7 tahun lalu. Istrinya meninggal dunia. Jadi anak-anaknya sekarang tinggal dengan keluarga kakek dan nenek mereka di Nias. Kasihan nasib mereka,” tutur Moniati.

“Mungkin inilah jalan Tuhan untuk menjemput dia,” kata Moniati Gea (46).

Amatan wartawan Rabu (15/1) siang di rumah duka terlihat tidak banyak pelayat. Mungkin karena almarhum merupakan orang pendatang baru dan belum cukup dikenal di kampung itu. Di dalam rumah panggung papan itu hanya terlihat tantenya dan suaminya, dua menantu dari tantenya, seorang keponakan almarhum, putri tante almarhum. Kursi-kursi plastik yang disiapakan di bawah tenda di depan rumah duka terlihat kosong. (wis/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/