25 C
Medan
Wednesday, June 19, 2024

Diduga Pemburu Gajah Mati Masih Ada

SUMUTPOS.CO- SEBELUMNYA, seekor gajah ditemukan mati di Sungai Besitang, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Senin pekan kemarin. Belum diketahui apa penyebab kematian satwa liar yang dilindungi negara itu.

Humas Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Rahmat Simbolon mengatakan, estimasi sementara pihaknya terhadap kematian satwa dengan belalai panjang itu, antara diracun atau berkelahi dengan sesama komunitasnya. “Itulah yang belum kita ketahui. Karena waktu tim meninjau ke lapangan, kebetulan tenaga medis tidak berada di tempat,” ujarnya saat ditemui Sumut Pos di kantornya Jalan Selamat No. 137 Kelurahan Sitirejo III Medan Amplas, Rabu (11/2).

Selain dugaan akibat diracun ataupun berkelahi, pihaknya kata Rahmat, juga menduga kematian gajah jantan itu karena coba diburu para hunter (pemburu). Namun begitu, pihaknya tak ingin berspekulasi dan akan melakukan upaya investigasi terkait hal tersebut.

“Ada upaya kita untuk menginvestigasi peristiwa ini. Tapi yang pasti penyebab kematiannya kita belum mengetahui pasti. Untuk sementara kita menduga gajah itu mati karena berkelahi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, pada tahun lalu, peristiwa serupa juga terjadi. Di mana seekor gajah mati ditemukan pihaknya. Namun diakui Rahmat, bahwa kematiannya sudah cukup lama dan baru ditemukan. “Kondisinya sudah dalam tulang belulang. Ya kami kira matinya juga sudah lama sekali,” ujar Rahmat.

Peristiwa seperti itu memang sangat jarang terjadi. Menurut Rahmat kalau kawasan tersebut cukup steril dari para pemburu. Namun begitu, apabila gajah-gajah itu keluar dari kawasan TNGL, diakuinya juga cukup sulit memantaunya.

“Komunitas gajah ini kan sifatnya berpindah-pindah. Kalaupun dia keluar area kita, pasti datangnya dari kawasan TNGL,” sebutnya seraya menambahkan populasi gajah di kawasan TNGL ada sekitar 35-55 ekor. (prn/azw)
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Wilayah III Stabat, Sapto, mengungkapkan, jasad gajah jantan yang ditemukan mati itu berada di luar area TNGL. Meski diyakini bahwa keberadaan satwa tersebut berasal dari TNGL. Dia juga mengakui bahwa peyebab kematian gajah itu belum diketahui. Pihaknya juga menyebutkan bahwa sekitar 3 hari baru menemui bangkai gajah dalam posisi mengapung di sungai. Kata Sapto, pihaknya turut dibantu polisi kehutanan guna mengevakuasi satwa tersebut.

“Mungkin sekitar 3 hari lalu. Informasinya Senin kemarin gajah itu mati. Kita juga tak sempat otopsi. Begitupun saat ditemukan, gadingnya sudah tidak ada,” ungkapnya saat dihubungi Sumut Pos dari Medan.

Dari informasi tim di lapangan, lanjut Sapto, selain ditemukan dalam keadaan mati, gajah jantan itu dihanyutkan ke sungai dengan kondisi badan luka-luka, seperti habis berkelahi dan belalainya terpotong. Setelah tiga hari dari kejadian, tim akhirnya menemukan bangkai gajah tersebut. “Jadi (gajah) sudah kita kubur memakai eskavator tak jauh dari lokasi,” katanya. (prn/azw)

SUMUTPOS.CO- SEBELUMNYA, seekor gajah ditemukan mati di Sungai Besitang, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Senin pekan kemarin. Belum diketahui apa penyebab kematian satwa liar yang dilindungi negara itu.

Humas Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Rahmat Simbolon mengatakan, estimasi sementara pihaknya terhadap kematian satwa dengan belalai panjang itu, antara diracun atau berkelahi dengan sesama komunitasnya. “Itulah yang belum kita ketahui. Karena waktu tim meninjau ke lapangan, kebetulan tenaga medis tidak berada di tempat,” ujarnya saat ditemui Sumut Pos di kantornya Jalan Selamat No. 137 Kelurahan Sitirejo III Medan Amplas, Rabu (11/2).

Selain dugaan akibat diracun ataupun berkelahi, pihaknya kata Rahmat, juga menduga kematian gajah jantan itu karena coba diburu para hunter (pemburu). Namun begitu, pihaknya tak ingin berspekulasi dan akan melakukan upaya investigasi terkait hal tersebut.

“Ada upaya kita untuk menginvestigasi peristiwa ini. Tapi yang pasti penyebab kematiannya kita belum mengetahui pasti. Untuk sementara kita menduga gajah itu mati karena berkelahi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, pada tahun lalu, peristiwa serupa juga terjadi. Di mana seekor gajah mati ditemukan pihaknya. Namun diakui Rahmat, bahwa kematiannya sudah cukup lama dan baru ditemukan. “Kondisinya sudah dalam tulang belulang. Ya kami kira matinya juga sudah lama sekali,” ujar Rahmat.

Peristiwa seperti itu memang sangat jarang terjadi. Menurut Rahmat kalau kawasan tersebut cukup steril dari para pemburu. Namun begitu, apabila gajah-gajah itu keluar dari kawasan TNGL, diakuinya juga cukup sulit memantaunya.

“Komunitas gajah ini kan sifatnya berpindah-pindah. Kalaupun dia keluar area kita, pasti datangnya dari kawasan TNGL,” sebutnya seraya menambahkan populasi gajah di kawasan TNGL ada sekitar 35-55 ekor. (prn/azw)
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Wilayah III Stabat, Sapto, mengungkapkan, jasad gajah jantan yang ditemukan mati itu berada di luar area TNGL. Meski diyakini bahwa keberadaan satwa tersebut berasal dari TNGL. Dia juga mengakui bahwa peyebab kematian gajah itu belum diketahui. Pihaknya juga menyebutkan bahwa sekitar 3 hari baru menemui bangkai gajah dalam posisi mengapung di sungai. Kata Sapto, pihaknya turut dibantu polisi kehutanan guna mengevakuasi satwa tersebut.

“Mungkin sekitar 3 hari lalu. Informasinya Senin kemarin gajah itu mati. Kita juga tak sempat otopsi. Begitupun saat ditemukan, gadingnya sudah tidak ada,” ungkapnya saat dihubungi Sumut Pos dari Medan.

Dari informasi tim di lapangan, lanjut Sapto, selain ditemukan dalam keadaan mati, gajah jantan itu dihanyutkan ke sungai dengan kondisi badan luka-luka, seperti habis berkelahi dan belalainya terpotong. Setelah tiga hari dari kejadian, tim akhirnya menemukan bangkai gajah tersebut. “Jadi (gajah) sudah kita kubur memakai eskavator tak jauh dari lokasi,” katanya. (prn/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/