25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Pengendara Avanza Ngaku Dianiaya Belasan Polantas Langkat

Foto: Well/PM Heru Frans Silaban menunjukkan luka bekas sulutan rokok di tangan kirinya, yang dilakukan oknum Polantas Polres Langkat.
Foto: Well/PM
Heru Frans Silaban menunjukkan luka bekas sulutan rokok di tangan kirinya, yang dilakukan oknum Polantas Polres Langkat.

 

LANGKAT,SUMUTPOS.CO – Belasan oknum polisi lalu lintas Polres Langkat dilapor atas tuduhan melakukan pengeroyokan kepada seorang pengendara mobil Avanza. Heru Frans Ziko Silaban (32) mengaku dicekik, dipukuli dan disulut rokok, lantaran tak terima ditilang dengan denda Rp 1 juta.

Aksi kekerasan yang dilaporkan Heru warga Jl. Lembaga Permasyarakatan, Dusun IV, Desa Tanjung Gusta, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang itu berlangsung di Simpang Wono Sari, Kel. Perdamaian, Kec. Stabat, Kab. Langkat pada Jumat (13/6) siang.

Saat itu, polisi menggelar razia untuk mengantisipasi beredarnya barang-barang terlarang dari Aceh maupun sebaliknya, serta menghambat curanmor. Sejumlah kendaraan diberhentikan. Termasuk Avanza putih BK 1516 IK yang kemudikan Heru Frans Ziko Silaban. Saat itu, Heru Frans Ziko bersama istrinya, Anjelin br Tumanggor (36) dan ibunya, Asmah br Rajagukguk (60). Mereka hendak pulang ke Medan dari P. Brandan. Cerita Heru, lantaran tak bawa SIM karena buru-buru mengikuti prosesi pemakaman abangnya yang meninggal dunia, Heru minta tolong pada oknum Polantas yang belum diketahui namanya itu.

“Distop mobil saya, terus katanya ada razia pemeriksaan surat kendaraan. Jadi saya tunjukin STNK, dan saya bilang kalau SIM saya ketinggalan lantaran buru-buru karena abang saya meninggal. Jadi saya sudah minta tolong sama polisi itu supaya dibantulah, namanya keluarga saya pun lagi kemalangan,” kata Heru, Sabtu (14/6).

Mendengar pernyataan Heru, bukannya merasa iba justru si Polantas tersebut menunjukkan kertas bertuliskan denda Rp 1 juta jika mengemudi tanpa dilengkapi SIM. “Tidak bisa begitu, Anda tahu melanggar dan ini harus ditilang kalau memang tidak ada SIM,” kata Heru menirukan ucapan si Polantas yang menunjukkan kertas bertuliskan daftar harga denda setiap pelanggaran.

Merasa tak bisa lagi dibantu, Heru pun mengatakan agar STNK mobil saja yang ditilang. Namun, lagi-lagi si polantas mengatakan jika mobil milik Heru yang harus di tilang. Mendengar ucapan si polantas tersebut Heru pun memelas agar dibantu lantaran istri dan ibunya ada di dalam mobil.

“Saya bilang gini, tolong dibantulah Pak. Masa istri dan ibu saya harus naik angkot ke Medan kalau mobil saya yang ditahan. Lagi pula kami kelelahan pak karena baru menguburkan abang kami ke Sidempuan sana. Tolong pengertiannya Pak,” kata Heru lagi menerangkan

Bukannya bisa menerima penjelasan Heru, oknum Polantas tersebut malah mengatakan tak mau tahu soal masalah itu. “Tak mau tahu saya soal itu, sekarang mana kunci mobil. Saya tilang,” kata Heru lagi menirukan ucapan polisi itu.

Sikap keras oknum Polantas itu membuat Heru terpaksa mencoba menyodorkan selembar uang Rp 50 ribu dengan harapan diizinkan melanjutkan perjalanan ke Medan.

Namun oleh si polantas itu malah meminta Rp 275 ribu agar Heru tak ditilang. “Dia minta Rp 275 ribu supaya bisa dibantu. Saya tak ada megang uang lagi karena sudah habis kan biaya kemalangan. Jadi di situ mulailah saya kesal, masa tak pakai hati nurani polisinya,” terang Heru.

Hal itu membuat Heru terlibat cek-cok dengan anggota Polantas yang menyetop mobilnya. Kekesalan Heru kian memuncak dan menyebut anggota Polantas tersebut tak memakai otaknya dan tak punya nurani. Pernyataan Heru itu pula membuat personel polantas, antara lain disebut Iptu E, Ipda S dan Ipda H tersulut emosi hingga adu mulut terjadi dan menjadi tontonan para pengguna jalan lainnya.

“Ributlah di situ, saya sudah memelas minta tolong masa tak bisa dibantu. Saya sudah akui saya salah, tapi malah dipersulit. Istri dan ibu saya ada di mobil, masa mereka tega melihat ibu saya yang sudah tua harus turun dan naik angkot kalau mobil ditahan,” tambah Heru kesal.

Kemarahan Heru pun menjadi perhatian belasan petugas polantas lainnya. Disitulah petugas lainnya meramai-ramaikan Heru yang mengaku dicekik dan dipukuli di depan istri dan ibunya. Atas insiden itu, Heru menderita luka memar di leher, tangan dan luka sulutan rokok di lengan kirinya.

Arogan belasan Polantas itu akhirnya berakhir setelah Heru dengan kondisi tak kuasa langsung pergi dengan mobilnya berangkat ke Polres Langkat. “Ada sekitar 15 orang yang mukulin saya, kayak binatang sayz dibuat. Jadi tontonan warga sekitar, saya diangkat dipukulin dan disulut rokok. Siap dipukulin langsung dibiarkan saja begitu, STNK mobil saya ditahan tanpa ada surat tilangnya, makanya saya langsung ke Polres Langkat melapor,” terang Heru

Atas insiden itu, Heru berharap ia mendapat keadilan lantaran haknya sebagai masyarakat dirampas. Ia pun melaporkan peristiwa itu sebagaimana tertuang dalam Nomor: LP/388/VI/2014/SU/LKT. “Saya minta keadilan, saya akan teruskan ini sampai ke Polda Sumatera Utara,” katanya.

Saat mengetahui kejadian ini, Waka Polres Langkat, Kompol Beny M Saragih telah menemui korban dengan maksud memberikan pandangan. Namun korban tetap bersikeras melanjutkan masalah ini hingga tidak ditemukan titik terang.

“Saya kecewa dengan apa yang dikatakan Wakapolres Langkat, atas kejadian ini. Saya diminta untuk memaafkan apa yang telah dilakukan polisi-polisi itu kepada saya. Saya disini meminta perlindungan hukum dan meneruskan laporan ini,” ungkapnya.

Lanjutnya, dirinya mengatakan kalau ada sekitar 15 orang yang memukulinya namun tidak mengetahui namanya. Ia hanya tanda dengan oknum polisi tersebut. “Aku namanya tidak kenal, tapi aku kenal satu orang yang orangnya badannya tinggi, besar, hitam, modelnya kayak orang Aceh gitu. Polisi itulah yang pertama sekali menyundul kepala saya dengan kepalanya. Dan kemudian saya terjatuh langsung dipegangi oleh belasan polisi yang memukuli saya, dan saya sempat mau dimasukkan ke mobil, saya sempat berontak, dan kemudian usai dipukuli saya ditinggalkan begitu saja,” kesalnya.

Sementara itu istri korban, Angel boru Tumanggor, mengatakan saat di lokasi dirinya sempat memeluk tubuh suaminya yang dipukuli oleh belasan polisi. “Aku cuma bisa memeluk suamiku saja, tapi polisinya nggak perduli walaupun aku disitu terjatuh memeluk suamiku. Bahkan mertuaku itu sampe terjatuh karena sempat ditarik oleh polisinya,” ungkapnya.(wel/bay/bd)

Foto: Well/PM Heru Frans Silaban menunjukkan luka bekas sulutan rokok di tangan kirinya, yang dilakukan oknum Polantas Polres Langkat.
Foto: Well/PM
Heru Frans Silaban menunjukkan luka bekas sulutan rokok di tangan kirinya, yang dilakukan oknum Polantas Polres Langkat.

 

LANGKAT,SUMUTPOS.CO – Belasan oknum polisi lalu lintas Polres Langkat dilapor atas tuduhan melakukan pengeroyokan kepada seorang pengendara mobil Avanza. Heru Frans Ziko Silaban (32) mengaku dicekik, dipukuli dan disulut rokok, lantaran tak terima ditilang dengan denda Rp 1 juta.

Aksi kekerasan yang dilaporkan Heru warga Jl. Lembaga Permasyarakatan, Dusun IV, Desa Tanjung Gusta, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang itu berlangsung di Simpang Wono Sari, Kel. Perdamaian, Kec. Stabat, Kab. Langkat pada Jumat (13/6) siang.

Saat itu, polisi menggelar razia untuk mengantisipasi beredarnya barang-barang terlarang dari Aceh maupun sebaliknya, serta menghambat curanmor. Sejumlah kendaraan diberhentikan. Termasuk Avanza putih BK 1516 IK yang kemudikan Heru Frans Ziko Silaban. Saat itu, Heru Frans Ziko bersama istrinya, Anjelin br Tumanggor (36) dan ibunya, Asmah br Rajagukguk (60). Mereka hendak pulang ke Medan dari P. Brandan. Cerita Heru, lantaran tak bawa SIM karena buru-buru mengikuti prosesi pemakaman abangnya yang meninggal dunia, Heru minta tolong pada oknum Polantas yang belum diketahui namanya itu.

“Distop mobil saya, terus katanya ada razia pemeriksaan surat kendaraan. Jadi saya tunjukin STNK, dan saya bilang kalau SIM saya ketinggalan lantaran buru-buru karena abang saya meninggal. Jadi saya sudah minta tolong sama polisi itu supaya dibantulah, namanya keluarga saya pun lagi kemalangan,” kata Heru, Sabtu (14/6).

Mendengar pernyataan Heru, bukannya merasa iba justru si Polantas tersebut menunjukkan kertas bertuliskan denda Rp 1 juta jika mengemudi tanpa dilengkapi SIM. “Tidak bisa begitu, Anda tahu melanggar dan ini harus ditilang kalau memang tidak ada SIM,” kata Heru menirukan ucapan si Polantas yang menunjukkan kertas bertuliskan daftar harga denda setiap pelanggaran.

Merasa tak bisa lagi dibantu, Heru pun mengatakan agar STNK mobil saja yang ditilang. Namun, lagi-lagi si polantas mengatakan jika mobil milik Heru yang harus di tilang. Mendengar ucapan si polantas tersebut Heru pun memelas agar dibantu lantaran istri dan ibunya ada di dalam mobil.

“Saya bilang gini, tolong dibantulah Pak. Masa istri dan ibu saya harus naik angkot ke Medan kalau mobil saya yang ditahan. Lagi pula kami kelelahan pak karena baru menguburkan abang kami ke Sidempuan sana. Tolong pengertiannya Pak,” kata Heru lagi menerangkan

Bukannya bisa menerima penjelasan Heru, oknum Polantas tersebut malah mengatakan tak mau tahu soal masalah itu. “Tak mau tahu saya soal itu, sekarang mana kunci mobil. Saya tilang,” kata Heru lagi menirukan ucapan polisi itu.

Sikap keras oknum Polantas itu membuat Heru terpaksa mencoba menyodorkan selembar uang Rp 50 ribu dengan harapan diizinkan melanjutkan perjalanan ke Medan.

Namun oleh si polantas itu malah meminta Rp 275 ribu agar Heru tak ditilang. “Dia minta Rp 275 ribu supaya bisa dibantu. Saya tak ada megang uang lagi karena sudah habis kan biaya kemalangan. Jadi di situ mulailah saya kesal, masa tak pakai hati nurani polisinya,” terang Heru.

Hal itu membuat Heru terlibat cek-cok dengan anggota Polantas yang menyetop mobilnya. Kekesalan Heru kian memuncak dan menyebut anggota Polantas tersebut tak memakai otaknya dan tak punya nurani. Pernyataan Heru itu pula membuat personel polantas, antara lain disebut Iptu E, Ipda S dan Ipda H tersulut emosi hingga adu mulut terjadi dan menjadi tontonan para pengguna jalan lainnya.

“Ributlah di situ, saya sudah memelas minta tolong masa tak bisa dibantu. Saya sudah akui saya salah, tapi malah dipersulit. Istri dan ibu saya ada di mobil, masa mereka tega melihat ibu saya yang sudah tua harus turun dan naik angkot kalau mobil ditahan,” tambah Heru kesal.

Kemarahan Heru pun menjadi perhatian belasan petugas polantas lainnya. Disitulah petugas lainnya meramai-ramaikan Heru yang mengaku dicekik dan dipukuli di depan istri dan ibunya. Atas insiden itu, Heru menderita luka memar di leher, tangan dan luka sulutan rokok di lengan kirinya.

Arogan belasan Polantas itu akhirnya berakhir setelah Heru dengan kondisi tak kuasa langsung pergi dengan mobilnya berangkat ke Polres Langkat. “Ada sekitar 15 orang yang mukulin saya, kayak binatang sayz dibuat. Jadi tontonan warga sekitar, saya diangkat dipukulin dan disulut rokok. Siap dipukulin langsung dibiarkan saja begitu, STNK mobil saya ditahan tanpa ada surat tilangnya, makanya saya langsung ke Polres Langkat melapor,” terang Heru

Atas insiden itu, Heru berharap ia mendapat keadilan lantaran haknya sebagai masyarakat dirampas. Ia pun melaporkan peristiwa itu sebagaimana tertuang dalam Nomor: LP/388/VI/2014/SU/LKT. “Saya minta keadilan, saya akan teruskan ini sampai ke Polda Sumatera Utara,” katanya.

Saat mengetahui kejadian ini, Waka Polres Langkat, Kompol Beny M Saragih telah menemui korban dengan maksud memberikan pandangan. Namun korban tetap bersikeras melanjutkan masalah ini hingga tidak ditemukan titik terang.

“Saya kecewa dengan apa yang dikatakan Wakapolres Langkat, atas kejadian ini. Saya diminta untuk memaafkan apa yang telah dilakukan polisi-polisi itu kepada saya. Saya disini meminta perlindungan hukum dan meneruskan laporan ini,” ungkapnya.

Lanjutnya, dirinya mengatakan kalau ada sekitar 15 orang yang memukulinya namun tidak mengetahui namanya. Ia hanya tanda dengan oknum polisi tersebut. “Aku namanya tidak kenal, tapi aku kenal satu orang yang orangnya badannya tinggi, besar, hitam, modelnya kayak orang Aceh gitu. Polisi itulah yang pertama sekali menyundul kepala saya dengan kepalanya. Dan kemudian saya terjatuh langsung dipegangi oleh belasan polisi yang memukuli saya, dan saya sempat mau dimasukkan ke mobil, saya sempat berontak, dan kemudian usai dipukuli saya ditinggalkan begitu saja,” kesalnya.

Sementara itu istri korban, Angel boru Tumanggor, mengatakan saat di lokasi dirinya sempat memeluk tubuh suaminya yang dipukuli oleh belasan polisi. “Aku cuma bisa memeluk suamiku saja, tapi polisinya nggak perduli walaupun aku disitu terjatuh memeluk suamiku. Bahkan mertuaku itu sampe terjatuh karena sempat ditarik oleh polisinya,” ungkapnya.(wel/bay/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/