31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Lihat Gajah di ANECC Yuk…

Foto:RAMSIANA GULTOM/METRO SIANTAR
ATRAKSI: Empat ekor gajah beratraksi dipandu pelatih gajah Mahout, pada pembukaan Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), baru-baru ini.

AEKNAULI, SUMUTPOS.CO -Empat ekor gajah yang diberi nama Ester, Siti, Finny, dan Figo tampil memukau penonton dalam atraksi yang digelar, baru-baru ini. Gajah-gajah itu, bisa bergaya ala foto model, menghormat, salam belalai, joget, dan parade.

Pelatih gajah Mahout, memberikan petunjuk untuk setiap atraksi yang disaksikan ratusan penonton, termasuk para pejabat yang hadir meresmikan Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) ini. Pengunjung diberi kesempatan memberi makan gajah serta foto bersama gajah.

ANECC diresmikan Dirjen Konservasi Sumber Daya Manusia dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno, ditandai dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti.

Acara diawali dengan penyambutan yang menyuguhkan tor-tor sombah. Dengan diiringi musik tradisional Simalungun, para penari menyambut kedatangan para pejabat. Usai itu, acara dilanjut dengan penyerahan hiou kepada undangan dari jajaran Kementerian KLHK.

Ketua Panitia oleh Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumut Hotmauli Sianturi, dalam laporannya menyampaikan, penetapan kawasan Danau Toba sebagai kawasan strategis nasional perlu didukung. Dibukanya ANECC ini merupakan bagian dari dukungan.

“Mulai saat ini, kawasan konservasi gajah ini disebut dengan nama ANECC. Kita harapkan dengan adanya ANECC ini, pariwisata Danau Toba akan semakin maju,” tutur Hotmauli.

Lebih lanjut Hotmauli mengatakan, pengelolaan gajah jinak untuk ekowisata dan pengembangbiakan jangka panjang, telah diprogramkan di ANECC. Selain itu, program penelitian dan edukasi, pengenalan masyarakat umum tentang gajah, serta penelitian dan pengembangan hewan primata, juga akan ada di Aek Nauli.

Sementara Kepala Badan Litbang Kementerian KLHK Agus Justianto, dalam sambutannya menuturkan, tujuan dibukanya ANECC sebagai bentuk kepedulian pemerintah atas gajah Sumatera sebagai satwa yang dilindungi. “Populasi gajah Sumatera kini dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Dengan adanya ANECC ini, maka litbang selaku institusi yang bergerak di bidang penelitian dan kajian ilmiah, mampu bergerak lebih cepat lagi untuk meningkatkan kajian-kajian ilmiah terkait gajah dan hewan primata di kawasan ini,” harapnya, seraya mengatakan, ANECC dibuka untuk umum, dan juga akan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, terkhusus dalam peningkatan ekonomi warga.

Sebelum meresmikan, Dirjen Konservasi Sumber Daya Manusia dan Ekosistem KLHK Wiratno, menjelaskan tentang kondisi gajah Sumatera dan gajah Kalimantan. Terkhusus gajah Sumatera, Wiratno mengatakan, saat ini populasinya hanya berkisar 1.954 ekor. Angka ini hanya sisa 70 persen dari jumlah gajah Sumatera pada 2007.

Penurunan ini diakibatkan adanya pengalihfungsian lahan hutan dan perburuan liar yang meningkat tajam pada 1985 sampai 2008. Oleh sebab itu, Wiratno menganggap, penting adanya peningkatan kualitas dan pengembangan kapasitas gajah Sumatera, serta edukasi yang baik dan benar kepada masyarakat tentang gajah. “Saya berharap ANECC dapat menjadi ajang edukasi dan sumber pengetahuan yang terbuka luas untuk semua pengunjung dan masyarakat,” katanya. (ana/esa/spg/saz)

 

 

Foto:RAMSIANA GULTOM/METRO SIANTAR
ATRAKSI: Empat ekor gajah beratraksi dipandu pelatih gajah Mahout, pada pembukaan Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), baru-baru ini.

AEKNAULI, SUMUTPOS.CO -Empat ekor gajah yang diberi nama Ester, Siti, Finny, dan Figo tampil memukau penonton dalam atraksi yang digelar, baru-baru ini. Gajah-gajah itu, bisa bergaya ala foto model, menghormat, salam belalai, joget, dan parade.

Pelatih gajah Mahout, memberikan petunjuk untuk setiap atraksi yang disaksikan ratusan penonton, termasuk para pejabat yang hadir meresmikan Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) ini. Pengunjung diberi kesempatan memberi makan gajah serta foto bersama gajah.

ANECC diresmikan Dirjen Konservasi Sumber Daya Manusia dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno, ditandai dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti.

Acara diawali dengan penyambutan yang menyuguhkan tor-tor sombah. Dengan diiringi musik tradisional Simalungun, para penari menyambut kedatangan para pejabat. Usai itu, acara dilanjut dengan penyerahan hiou kepada undangan dari jajaran Kementerian KLHK.

Ketua Panitia oleh Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumut Hotmauli Sianturi, dalam laporannya menyampaikan, penetapan kawasan Danau Toba sebagai kawasan strategis nasional perlu didukung. Dibukanya ANECC ini merupakan bagian dari dukungan.

“Mulai saat ini, kawasan konservasi gajah ini disebut dengan nama ANECC. Kita harapkan dengan adanya ANECC ini, pariwisata Danau Toba akan semakin maju,” tutur Hotmauli.

Lebih lanjut Hotmauli mengatakan, pengelolaan gajah jinak untuk ekowisata dan pengembangbiakan jangka panjang, telah diprogramkan di ANECC. Selain itu, program penelitian dan edukasi, pengenalan masyarakat umum tentang gajah, serta penelitian dan pengembangan hewan primata, juga akan ada di Aek Nauli.

Sementara Kepala Badan Litbang Kementerian KLHK Agus Justianto, dalam sambutannya menuturkan, tujuan dibukanya ANECC sebagai bentuk kepedulian pemerintah atas gajah Sumatera sebagai satwa yang dilindungi. “Populasi gajah Sumatera kini dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Dengan adanya ANECC ini, maka litbang selaku institusi yang bergerak di bidang penelitian dan kajian ilmiah, mampu bergerak lebih cepat lagi untuk meningkatkan kajian-kajian ilmiah terkait gajah dan hewan primata di kawasan ini,” harapnya, seraya mengatakan, ANECC dibuka untuk umum, dan juga akan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, terkhusus dalam peningkatan ekonomi warga.

Sebelum meresmikan, Dirjen Konservasi Sumber Daya Manusia dan Ekosistem KLHK Wiratno, menjelaskan tentang kondisi gajah Sumatera dan gajah Kalimantan. Terkhusus gajah Sumatera, Wiratno mengatakan, saat ini populasinya hanya berkisar 1.954 ekor. Angka ini hanya sisa 70 persen dari jumlah gajah Sumatera pada 2007.

Penurunan ini diakibatkan adanya pengalihfungsian lahan hutan dan perburuan liar yang meningkat tajam pada 1985 sampai 2008. Oleh sebab itu, Wiratno menganggap, penting adanya peningkatan kualitas dan pengembangan kapasitas gajah Sumatera, serta edukasi yang baik dan benar kepada masyarakat tentang gajah. “Saya berharap ANECC dapat menjadi ajang edukasi dan sumber pengetahuan yang terbuka luas untuk semua pengunjung dan masyarakat,” katanya. (ana/esa/spg/saz)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/