25.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Orangtua Keberatan Biaya Pentas Seni di SMPN 4 Gunungsitoli

GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO – Ketua Komite SMP Negeri 4 Gunungsitoli Kota Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara Ketabahan Zebua mengatakan pembiayaan pentas seni di sekolah itu sebesar Rp 125 ribu per siswa bukan pungutan, akan tetapi sebagai dukungan orang tua murid yang sudah disepakati bersama.

“Kalau dibilang pungutan, artinya ada pemaksaan. Sementara yang kita laksanakan cukup meringankan, bagi yang kurang mampu kita beri kelonggaran bisa mencicil sampai bulan April 2023,” kata Ketabahan Zebua kepada Sumut Pos (Rabu, 15/2).

Ketabahan Zebua menjelaskan kegiatan pentas seni tersebut merupakan inisiatif murid SMP Negeri 4 Gunungsitoli. Lalu, pihak sekolah membentuk kepanitiaan dan setelah kepala sekolah menyetujui program itu disampaikan kepada pihak komite.

“Sehingga pada tanggal 15 November 2022 yang lalu komite mengundang orang tua murid rapat, untuk penetapan dan dukungan kegiatan dimaksud yaitu pentas seni yang pelaksanaanya direncanakan pada bulan Mei mendatang,” jelas Ketabahan

“Kegiatan ini bukan unsur pemikiran dari komite, akan tetapi komite dalam hal ini ikut berbarengan mendukung apa yang disampaikan pihak sekolah karena komite adalah mitra sekolah,” sambungnya.

Terpisah, Ama Andriano Zebua salah satu orang tua murid di SMP Negeri 4 Gunungsitoli mengaku hingga saat ini belum menyetor sejumlah uang biaya pelaksanan pentas seni dimaksud. Ia beralasan selain penganggaran pembiayaan yang menyalahi aturan juga cukup memberatkan bagi keuangan keluarganya.

“Ada dua orang pelajar anak saya di sekolah itu, dan sampai sekarang saya belum menyetor. Nominalnya cukup besar dan tentu sangat memberatkan perekonomian keluarga,” keluh Ama Andriano kepada Sumut Pos melalui telfon selularnya (Rabu, 15/2).

“Kalau dihitung dari total murid sebanyak 562, jumlah uangnya cukup fantastis ukuran kegiatan pentas seni, dan saya rasa uang sebesar itu tak habis digunakan, mubazir. Lalu sisanya dikemanakan?,” Tanya dia heran.

Beberapa item kegiatan yang disoroti, seperti marching band, biaya dekorasi sebesar Rp 14 juta serta pengadaan taplak meja. Ia mengungkapkan kegiatan marching band sudah ada juknis di dana BOS yaitu pengembangan diri, sementara pengadaan taplak meja bisa diusulkan melalui dana BOS.

“Lalu semewah apa kegiatan pentas seni ini sampai menghabiskan biaya dekor sebesar itu. Lebih mewah dari acara kepala daerah,” ungkap Ama Andriano yang juga ketua komite di SDN Fodo Gunungsitoli.

“Mestinya program pentas seni ini bukan gawenya komite. Tapi kegiatan OSIS. Komite hanya mitra sekolah, saya tahu karena saya sudah bergumul di dunia pendidikan hampir 17 tahu, dan sampai sekarang saya masih ketua komite di SDN Fodo,” sambungnya.

Ama Andriano mengakui beberapa waktu lalu telah menerima surat undangan rapat terkait kegiatan dimaksud. Namun bagi orang tua murid yang tidak menghadiri rapat wajib menandatangani surat pernyataan dengan konsekuensinya apa pun hasil keputusan rapat dianggap setuju.

“Memang saya tidak hadir saat rapat karena kesibukan. Hanya saja cara mereka seperti menjebak, apa pun keputusan rapat karena tidak hadir dianggap setuju,” pungkasnya.

Ama Andriano berharap kepada kepala sekolah dan komite duduk bersama untuk merevisi kembali pembiayaan pentas seni tersebut. Menurutnya perencanaan anggaran kegiatan pentas seni ini banyak yang tidak sesuai.

“Cara mereka ini sama saja kepala sekolah memperalat komite untuk menggalang dana kepada orang tua murid, dan ini menyalahi. Kalau mereka dapat merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan uang pada saat sekarang, mungkin mereka tidak melakukan ini,”ketusnya. (adl/ram)

GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO – Ketua Komite SMP Negeri 4 Gunungsitoli Kota Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara Ketabahan Zebua mengatakan pembiayaan pentas seni di sekolah itu sebesar Rp 125 ribu per siswa bukan pungutan, akan tetapi sebagai dukungan orang tua murid yang sudah disepakati bersama.

“Kalau dibilang pungutan, artinya ada pemaksaan. Sementara yang kita laksanakan cukup meringankan, bagi yang kurang mampu kita beri kelonggaran bisa mencicil sampai bulan April 2023,” kata Ketabahan Zebua kepada Sumut Pos (Rabu, 15/2).

Ketabahan Zebua menjelaskan kegiatan pentas seni tersebut merupakan inisiatif murid SMP Negeri 4 Gunungsitoli. Lalu, pihak sekolah membentuk kepanitiaan dan setelah kepala sekolah menyetujui program itu disampaikan kepada pihak komite.

“Sehingga pada tanggal 15 November 2022 yang lalu komite mengundang orang tua murid rapat, untuk penetapan dan dukungan kegiatan dimaksud yaitu pentas seni yang pelaksanaanya direncanakan pada bulan Mei mendatang,” jelas Ketabahan

“Kegiatan ini bukan unsur pemikiran dari komite, akan tetapi komite dalam hal ini ikut berbarengan mendukung apa yang disampaikan pihak sekolah karena komite adalah mitra sekolah,” sambungnya.

Terpisah, Ama Andriano Zebua salah satu orang tua murid di SMP Negeri 4 Gunungsitoli mengaku hingga saat ini belum menyetor sejumlah uang biaya pelaksanan pentas seni dimaksud. Ia beralasan selain penganggaran pembiayaan yang menyalahi aturan juga cukup memberatkan bagi keuangan keluarganya.

“Ada dua orang pelajar anak saya di sekolah itu, dan sampai sekarang saya belum menyetor. Nominalnya cukup besar dan tentu sangat memberatkan perekonomian keluarga,” keluh Ama Andriano kepada Sumut Pos melalui telfon selularnya (Rabu, 15/2).

“Kalau dihitung dari total murid sebanyak 562, jumlah uangnya cukup fantastis ukuran kegiatan pentas seni, dan saya rasa uang sebesar itu tak habis digunakan, mubazir. Lalu sisanya dikemanakan?,” Tanya dia heran.

Beberapa item kegiatan yang disoroti, seperti marching band, biaya dekorasi sebesar Rp 14 juta serta pengadaan taplak meja. Ia mengungkapkan kegiatan marching band sudah ada juknis di dana BOS yaitu pengembangan diri, sementara pengadaan taplak meja bisa diusulkan melalui dana BOS.

“Lalu semewah apa kegiatan pentas seni ini sampai menghabiskan biaya dekor sebesar itu. Lebih mewah dari acara kepala daerah,” ungkap Ama Andriano yang juga ketua komite di SDN Fodo Gunungsitoli.

“Mestinya program pentas seni ini bukan gawenya komite. Tapi kegiatan OSIS. Komite hanya mitra sekolah, saya tahu karena saya sudah bergumul di dunia pendidikan hampir 17 tahu, dan sampai sekarang saya masih ketua komite di SDN Fodo,” sambungnya.

Ama Andriano mengakui beberapa waktu lalu telah menerima surat undangan rapat terkait kegiatan dimaksud. Namun bagi orang tua murid yang tidak menghadiri rapat wajib menandatangani surat pernyataan dengan konsekuensinya apa pun hasil keputusan rapat dianggap setuju.

“Memang saya tidak hadir saat rapat karena kesibukan. Hanya saja cara mereka seperti menjebak, apa pun keputusan rapat karena tidak hadir dianggap setuju,” pungkasnya.

Ama Andriano berharap kepada kepala sekolah dan komite duduk bersama untuk merevisi kembali pembiayaan pentas seni tersebut. Menurutnya perencanaan anggaran kegiatan pentas seni ini banyak yang tidak sesuai.

“Cara mereka ini sama saja kepala sekolah memperalat komite untuk menggalang dana kepada orang tua murid, dan ini menyalahi. Kalau mereka dapat merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan uang pada saat sekarang, mungkin mereka tidak melakukan ini,”ketusnya. (adl/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/