MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dua orang jamaah calon haji (Calhaj) asal Kabupaten Asahan yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 3 Embarkasi Medan, terpaksa dilarikan ke rumah sakit di Madinah dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Selasa (16/7) pagi sekira pukul 06.35 waktu Arab Saudi. Kedua calhaj tersebut didiagnosa mengalami anemia berat dan dehidrasin
Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) Kabupaten Asahan, Mahmudin Lubis melalui Kepala Subbag Informasi dan Humas Kanwil Kemenag Sumut Abdul Azhim menyebutkan, calhaj yang diopname di Rumah Sakit King Fadh Arab Saudi adalah Muhammad Usnan Silalahi Bin Abdul Rahman Silalahi dengan manifes 337 warga Pulau Rakyat Tua Dusun 1. Dia diagnosa dokter menderita anemia berat.
Sedangkan calhaj yang dirawat di KKHI Madinah yakni Ernawati Binti Ahmad Mukhtar dengan manifest 238 warga Jalan Kemuning, Dusun IX, Simpang Empat. Dia didiagnosa dokter setempat menderita dehidrasi.
“Sampai sejauh ini, kedua jamaah masih dalam kondisi perawatan dan masih ditunggui oleh TKHI Kabupaten Asahan, dr Hidayat juga para medisnya Siti Mardiah dan Ranji,” ujar Abdul Azhim.
Sementara itu, lanjutnya, 384 calhaj asal Kabupaten Asahan lainnya masih dalam kondisi kesehatan yang prima. “Namun demikian, kami lebih suka memakai masker penutup wajah jika keluar dari hotel dikarenakan banyak jamaah calon haji yang sudah tiba di Madinah, datang dari berbagai negara dan tentunya mulai banyak debu juga walaupun cuaca di Madinah saat ini masih dengan suhu normal 32 derajat celcius,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan, 386 calhaj kloter 3/MES asal Kabupaten Asahan ditempatkan di dua hotel yang berbeda. Karom 1 sampai 5 berada di Hotel Al Eiman Taibah Madinah dengan jarak 700 meter ke Masjid Nabawi atau kira-kira 10 menit perjalanan dari hotel ke masjid tersebut. Sedangkan Karom 6 sampai 9 berada di Hotel Al Eiman Royal Madinah dengan jarak 500 meter ke Masjid Nabawi atau kira-kira 5 menit perjalanan dari hotel menuju masjid.
Terima Living Cost
Wakil Kepala Bidang Penerimaan dan Pemberangkatan Jamaah Calon Haji Embarkasi Medan, Torang Rambe menyampaikan, setelah tadi malam dilakukan pemeriksaan kesehatan, menerima gelang berkode batang (barcode). Maka, kepada para jamaah Kloter 5 asal Kabupaten Mandailing Natal hari ini para jamaah akan menerima pasport dan living cost (uang saku) dan biometrik, di Aula Madinatul Hujjaj.
Sementara, Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh Ikhwan Siddiqi, menyampaikan kepada Humas Kemenag Mandailing Natal Armen Rahmad Hasibuan para calon jamaah haji akan menerima paspor dan living cost sebesar 1.500 riyal.
Living cost ini dipergunakan oleh para jamaah untuk biaya hidup selama di Tanah Suci, seperti biaya bayar dam, tambahan biaya makan selama berada di Tanah Suci, qurban dan sebagainya, dan jangan dipergunakan seluruhnya atau sebagian untuk belanja hal-hal yang tidak mendukung dari pelaksanaan ibadah haji.
Ikhwan Siddiqi juga menekankan kepada para jamaah untuk dapat menjaga dan menyimpan living cost ini jangan sampai tercecer atau hilang, apalagi mengingat 40,82 persen jamaah Mandailing Natal berusia lanjut dan risti. “Apalagi mengingat para jamaah ini baru pertama kali melihat dan memegang uang riyal, dan bepergian ke luar negeri utamanya Arab Saudi,” ungkapnya.
Kepala Subbag Informasi dan Humas Kanwil Kemenag Sumut Abdul Azhim menambahkan, kloter 5 akan berangkat dari aula Madinatul Hujjah Selasa (16/7) malam. Pasalnya sesuai jadwal, kloter 5 berangkat dari Bandara Kuala Namu Rabu (17/7) pukul 00.40 WIB dinihari.
Jual Tanah
Muhammad Rum Batubara, seorang jemaah calon haji (calhaj) kloter 5 asal Mandailing Natal (Madina), sangat beruntung bisa berangkat menunaikan rukun kelima ke Tanah Suci, Makkah. Soalnya, pria yang berusia 64 tahun ini bukanlah dari keluarga mapan. Dirinya hanya seorang petani, yang setiap harinya mengutip getah karet untuk dijual kepada pengepul di Desa Lumbangolok, Kecamatan Siabu, Kabupaten Madina.
Demi bisa berangkat ke Tanah Suci, menunaikan rukun Islam ke lima bersama istrinya tercinta, Bahria Nasution, dia rela menjual tanah seluas satu hektare. Uang hasil jual tanah itulah digunakannya untuk mendaftar haji pada 2011 lalu. Menunggu 8 tahun, akhirnya kakek dari 9 orang cucu ini berangkat ke Tanah Suci tahun ini. “Saya jual tanah satu hektare biar bisa berangkat haji. Terus tahun 2011, saya sama nenekmu (Bahria) mendaftar haji,” ungkapnya saat ditemui Sumut Pos, Selasa (16/7).
Dengan Bahasa Indonesia yang masih terbata-bata, sebelum mendaftar, ayah dari 6 orang anak ini mengatakan, dirinya merupakan petani kampung, yang setiap harinya hanya mengutip getah karet untuk dijual kepada pengepul karet di Desa Lumban Golok, Kecamatan Siabu, Kabupaten Madina.
“Hanya petani karet, saya. Memang saya punya lahan sendiri, lalu hasilnya saya jual ke pengepul karet,” katanya, sambil menyantap hidangan makanannya.
Pria yang karib disapa Oppung Rum Batubara ini mengaku tak menyesal telah menjual tanahnya untuk menunaikan ibadah haji. Menurutnya, bisa menunaikan rukun Islam kelima merupakan suatu kebahagiaan dan kewajiban bagi yang mampu. “Adalah tanah saya sekarang sedikit-sedikit lagi, cukuplah untuk hidup berdua sama nenekmu di kampung,” katanya.
Seperti katanya, kakek dan nenek pasangan suami istri ini, hanya tinggal berdua saja di kampung halamannya. Jelas saja, tidak ada perasaan sedih baginya meninggalkan orang-orang yang disayanginya.
“Anak saya 6 sudah merantau semua, kalau cucu saya 9. Jadi kami cuma tinggal berdua saja,” imbuhnya.
Oppung inipun telah siap mengambil risiko, bila selama menjalankan ibadah di Tanah Suci terjadi sesuatu hal kepadanya dan istrinya. “Memang saya punya penyakit gula, tapi saya sudah ikhlas dan khusuk menjalankan ibadah di sana,” urainya.
Saat ini katanya lagi, dirinya hanya ingin melihat Baitullah, seperti kerinduan umat muslim pada umumnya. “Saya cuma berdoa, kesehatan dan keselamatan kembali ke Tanah Air,” pungkasnya. (man)