26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Serapan Barang & Jasa, Tambang Emas Martabe Utamakan Pemasok Lokal

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru, Sumatera Utara, memiliki sistem rantai pasokan yang dibangun dengan cermat. Tujuannya, untuk memastikan penggunaan pendekatan yang konsisten dalam menentukan asal geografis dari mana barang-barang PTAR bersumber dan persyaratan pengiriman yang digunakan.

“Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan proporsi produk dan layanan yang dekat dengan operasinya, khususnya Tambang Emas Martabe. Mengingat lokasi situs PTAR yang terpencil (Batangtoru, Tapsel, red) dan tetap membutuhkan pasokan secara konsisten dan dapat diandalkan, maka PTAR memiliki strategi logistik khusus telah dirancang untuk mendukung proyek,” kata Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources Katarina Siburian Hardono, seperti dikutip Sumut Pos dari Laporan Keberlanjutan 2019 PTAR berjudul Bersama dalam Keberagaman, kemarin.

Strategi logistik, kata Katarina, dirancang dengan mempertimbangkan sifat, asal, dan volume barang curah yang diperlukan untuk mengoperasikan tambang serta rute dan moda transportasi yang paling efektif. Untuk memastikan efisiensi strategi ini dan meminimalkan keseluruhan total biaya pengiriman barang yang dikonsumsi di lokasi, maka barang harus bersumber dan dikirim dalam metodologi standar.

“PTAR memprioritaskan pengadaan dari pemasok lokal yang memiliki reputasi baik, selama pemasok lokal dapat memasok barang dengan dasar yang kompetitif (harga, kualitas, waktu pasokan, garansi, dan persyaratan komersial lainnya) dibandingkan dengan pemasok dari lokasi lain,” tegasnya.

Pemasok, lanjut Katarina, terutama untuk barang yang berhubungan dengan peralatan khusus, juga harus memiliki dukungan dari pabrikan asli dan distributor/dealer. “Jika barang tidak tersedia secara lokal dengan dasar kompetitif, maka barang-barang dibeli dari daerah lain di Indonesia dan pemasok luar negeri,” kata dia.

Tahun 2019, Tambang Emas Martabe telah menyerap barang dan jasa dari kontraktor/ vendor lokal dengan total nilai $ 28,17 juta.

PTAR memiliki empat kategori pemasok, yakni: pemasok lokal-lokal, yaitu merupakan pemasok yang berasal dari 15 desa terdampak (DAV). Kemudian pemasok lokal, yaitu merupakan pemasok yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan, Tapanuli Tengah, dan Sibolga. Selanjutnya pemasok nasional, merupakan pemasok yang berasal dari wilayah lainnya di Indonesia. Dan pemasok internasional, merupakan pemasok yang berasal dari luar negeri.

“Secara khusus, pemasok lokal yang dimaksud merupakan pemasok yang berasal dari 15 desa terdampak (DAV),” katanya.

PTAR memiliki kebijakan untuk mendukung pemasok lokal, khususnya terkait pembelian barang dan jasa dengan tetap memperhatikan biaya dan pemenuhan kualitas.

Pada akhir tahun 2019, PTAR mencatat memiliki 638 pemasok aktif, di antaranya 471 atau 74% di antaranya merupakan pemasok lokal dan nasional.

Pemasok Nasional merupakan pemasok yang tercatat di wilayah lain di Indonesia.

Pembayaran untuk penyediaan barang dan jasa oleh pemasok lokal mencapai USD11,4 juta (pengurangan nilai dari tahun 2018 disebabkan oleh konsumsi diesel yang lebih rendah setelah beralih ke daya jaringan PLN dibandingkan penggunaan genset di site). (mea)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru, Sumatera Utara, memiliki sistem rantai pasokan yang dibangun dengan cermat. Tujuannya, untuk memastikan penggunaan pendekatan yang konsisten dalam menentukan asal geografis dari mana barang-barang PTAR bersumber dan persyaratan pengiriman yang digunakan.

“Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan proporsi produk dan layanan yang dekat dengan operasinya, khususnya Tambang Emas Martabe. Mengingat lokasi situs PTAR yang terpencil (Batangtoru, Tapsel, red) dan tetap membutuhkan pasokan secara konsisten dan dapat diandalkan, maka PTAR memiliki strategi logistik khusus telah dirancang untuk mendukung proyek,” kata Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources Katarina Siburian Hardono, seperti dikutip Sumut Pos dari Laporan Keberlanjutan 2019 PTAR berjudul Bersama dalam Keberagaman, kemarin.

Strategi logistik, kata Katarina, dirancang dengan mempertimbangkan sifat, asal, dan volume barang curah yang diperlukan untuk mengoperasikan tambang serta rute dan moda transportasi yang paling efektif. Untuk memastikan efisiensi strategi ini dan meminimalkan keseluruhan total biaya pengiriman barang yang dikonsumsi di lokasi, maka barang harus bersumber dan dikirim dalam metodologi standar.

“PTAR memprioritaskan pengadaan dari pemasok lokal yang memiliki reputasi baik, selama pemasok lokal dapat memasok barang dengan dasar yang kompetitif (harga, kualitas, waktu pasokan, garansi, dan persyaratan komersial lainnya) dibandingkan dengan pemasok dari lokasi lain,” tegasnya.

Pemasok, lanjut Katarina, terutama untuk barang yang berhubungan dengan peralatan khusus, juga harus memiliki dukungan dari pabrikan asli dan distributor/dealer. “Jika barang tidak tersedia secara lokal dengan dasar kompetitif, maka barang-barang dibeli dari daerah lain di Indonesia dan pemasok luar negeri,” kata dia.

Tahun 2019, Tambang Emas Martabe telah menyerap barang dan jasa dari kontraktor/ vendor lokal dengan total nilai $ 28,17 juta.

PTAR memiliki empat kategori pemasok, yakni: pemasok lokal-lokal, yaitu merupakan pemasok yang berasal dari 15 desa terdampak (DAV). Kemudian pemasok lokal, yaitu merupakan pemasok yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan, Tapanuli Tengah, dan Sibolga. Selanjutnya pemasok nasional, merupakan pemasok yang berasal dari wilayah lainnya di Indonesia. Dan pemasok internasional, merupakan pemasok yang berasal dari luar negeri.

“Secara khusus, pemasok lokal yang dimaksud merupakan pemasok yang berasal dari 15 desa terdampak (DAV),” katanya.

PTAR memiliki kebijakan untuk mendukung pemasok lokal, khususnya terkait pembelian barang dan jasa dengan tetap memperhatikan biaya dan pemenuhan kualitas.

Pada akhir tahun 2019, PTAR mencatat memiliki 638 pemasok aktif, di antaranya 471 atau 74% di antaranya merupakan pemasok lokal dan nasional.

Pemasok Nasional merupakan pemasok yang tercatat di wilayah lain di Indonesia.

Pembayaran untuk penyediaan barang dan jasa oleh pemasok lokal mencapai USD11,4 juta (pengurangan nilai dari tahun 2018 disebabkan oleh konsumsi diesel yang lebih rendah setelah beralih ke daya jaringan PLN dibandingkan penggunaan genset di site). (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/