Mambis Tidak Berfungsi
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumatera Utara biasanya menggunakan alat canggih yang biasa disebut Mambis (Mobile Automatic Multi Biometric Identification System). Alat ini digunakan untuk mengecek sidik jari korban bencana alam, ataupun korban kecelakaan lainnya yang tidak dikenal seperti jatuhnya pesawat Hercules beberapa waktu lalu di Medan.
Ketua Tim DVI Polda Sumatera Utara, Komisaris Besar Setyo Purwanto mengatakan, kali ini pihaknya tidak menggunakan Mambis untuk mengecek jenazah korban banjir bandang air terjun Dua Warna, Desa Sirugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, karena adanya perbaikan sistem di Departemen Dalam Negeri (Depdagri).
“Saat peristiwa (banjir bandang) ini terjadi, kami langsung berkordinasi dengan Mabes Polri. Waktu itu, kami berinisiatif untuk menggunakan Mambis seperti kasus-kasus sebelumnya. Ketika alat Mambis kami gunakan, ternyata alat itu tidak terhubung,” ujar Setyo.
Ia menjelaskan, karena alat tersebut tidak terhubung dengan sistem di Depdagri, Tim DVI
terpaksa melakukan pengecekan secara manual. Untuk itu, kata dia, sangat dibutuhkan waktu yang banyak dalam hal pemeriksaan jenazah korban banjir bandang.
Seperti diketahui, Mambis adalah alat pengecekan sidik jari produkan Amerika. Alat ini digunakan untuk mengetahui identitas seseorang dengan cepat hanya dengan menempelkan jari pada finger print. Ketika sidik jari ditempelkan di alat ini, maka akan muncul data identitas sesuai dengan yang tercantum minimal di e-KTP.
Tidak hanya bisa membaca identitas dari sidik jari, alat ini ini juga memiliki tingkat presisi yang tinggi menggunakan teknik iris mata. Hanya dengan meneropong kaca yang terletak dalam alat ini, dengan sendirinya akan muncul data identitas kependudukan seseorang.
Alat ini digunakan oleh Inafis (Indonesian Finger Identification System) dalam melakukan identifikasi para jenazah korban kecelakaan, pembunuhan yang tidak dikenali. (cr-11/mag-3/ala)