25 C
Medan
Saturday, June 1, 2024

Dewi Nepal Harus Mengerjakan PR

Seorang Kumari disembah, namun hidupnya juga penuh aturan.
Seorang Kumari disembah, namun hidupnya juga penuh aturan.

SUMUTPOS.CO – Samita Bajracharya adalah gadis Nepal berusia 12 tahun yang tinggal bersama keluarganya, rajin belajar dan menikmati bermain kecapi versi Nepal.

Tapi sampai saat ini ia juga disembah oleh orang-orang yang percaya dia adalah seorang titisan dewi yang bereinkarnasi.

Sepanjang jalan raya yang sibuk di Lalitpur, dekat Kathmandu, sebuah lorong mengarah ke halaman terbuka.

Di sudut belakang, terdapat sebuah rumah sederhana dengan tanda merah di luar yang hanya bertuliskan “Hidup Dewi”.

Sebuah tangga kayu sempit mengarah ke lantai dua, di mana sang dewi menghabiskan sebagian besar masa kecilnya.

Dia disebut Kumari yang berarti “gadis muda yang belum menikah”.

Dia dipuja oleh umat Hindu dan Buddha Klik di Nepal yang percaya dia adalah reinkarnasi dari dewi Hindu Durga.

Bagaimana rasanya ketika Samita terpilih menjadi Kumari?

“Saya merasa bahagia dan sedih,” kata ibu dari Samita.

“Di satu sisi, saya merasa senang karena ketika putri Anda menjadi dewi, memiliki dewi di rumah adalah hal yang menyenangkan.

Tapi saya juga jadi takut karena saya tidak yakin kita akan mampu mengikuti semua aturan,” tambahnya.

 

KUMARI

Kumari Devi adalah anak perempuan yang belum menstruasi dan dipercaya sebagai reinkarnasi dewi Hindu, Durga, atau Taleju di Nepal

Mereka dipilih berdasarkan ciri-ciri fisik tapi juga mereka harus melalui sejumlah tes

Ada beberapa Kumari di Nepal, yang terpenting di Kathmandu, tinggal di istana dan disebut Kumari Bahal

Sang dewi diyakini meninggalkan tubuh Kumari ketika ia menstruasi

Kumari dipilih dari klan Shakya atau Bajracharya dari komunitas Newari di Kathmandu

 

BANYAK ATURAN

Terdapat banyak aturan yang harus dijalankan seorang Kumari.

Ibu Samita contohnya harus merias wajah putrinya dengan desain yang rumit.

Gadis itu juga tidak diperbolehkan pergi ke luar kecuali untuk festival.

Dalam kesempatan lain, kakinya tidak boleh menginjak tanah.

Selain itu, Kumari tidak diizinkan untuk berbicara dengan orang lain selain keluarga dan teman dekatnya.

Seorang Kumari juga tetap harus menjalankan kewajibannya yang lain seperti belajar dengan seorang guru privat dan mengerjakan pekerjaan rumah.

 

KEHIDUPAN KUMARI

Pendahulu Samita, Chanira Bajracharya, menceritakan lebih rinci mengenai kehidupan seorang Kumari.

Chanira, 19 tahun, menjadi Kumari ketika dia baru berusia lima tahun.

“Menjadi seorang dewi adalah seperti menjadi putri dan Anda mendapatkan segala sesuatu di rumah,” katanya.

“Saya tidak pernah rindu ingin pergi ke luar, tetapi sangat menikmati tinggal di rumah dan menjadi bagian dari kehidupan ilahi.”

Kehidupan ilahi tersebut berakhir tiba-tiba ketika Chanira berusia 15, pada hari pertama dia haid.

Tiba-tiba ia bukan lagi seorang Kumari dan transisi tersebut sulit baginya.

“Ketika saya harus keluar rumah untuk pertama kalinya, saya tidak tahu bagaimana harus berjalan dengan baik,” katanya.

Selama bertahun-tahun menjadi Kumari, seorang guru privat mengajarnya di rumah.

Ia pun akhirnya harus pergi ke sekolah dengan anak-anak lain.

“Semua teman sekelas saya takut untuk berbicara dengan saya karena saya adalah mantan dewi dan saya diperlakukan sedikit berbeda,” tambah Chanira. (BBC)

Seorang Kumari disembah, namun hidupnya juga penuh aturan.
Seorang Kumari disembah, namun hidupnya juga penuh aturan.

SUMUTPOS.CO – Samita Bajracharya adalah gadis Nepal berusia 12 tahun yang tinggal bersama keluarganya, rajin belajar dan menikmati bermain kecapi versi Nepal.

Tapi sampai saat ini ia juga disembah oleh orang-orang yang percaya dia adalah seorang titisan dewi yang bereinkarnasi.

Sepanjang jalan raya yang sibuk di Lalitpur, dekat Kathmandu, sebuah lorong mengarah ke halaman terbuka.

Di sudut belakang, terdapat sebuah rumah sederhana dengan tanda merah di luar yang hanya bertuliskan “Hidup Dewi”.

Sebuah tangga kayu sempit mengarah ke lantai dua, di mana sang dewi menghabiskan sebagian besar masa kecilnya.

Dia disebut Kumari yang berarti “gadis muda yang belum menikah”.

Dia dipuja oleh umat Hindu dan Buddha Klik di Nepal yang percaya dia adalah reinkarnasi dari dewi Hindu Durga.

Bagaimana rasanya ketika Samita terpilih menjadi Kumari?

“Saya merasa bahagia dan sedih,” kata ibu dari Samita.

“Di satu sisi, saya merasa senang karena ketika putri Anda menjadi dewi, memiliki dewi di rumah adalah hal yang menyenangkan.

Tapi saya juga jadi takut karena saya tidak yakin kita akan mampu mengikuti semua aturan,” tambahnya.

 

KUMARI

Kumari Devi adalah anak perempuan yang belum menstruasi dan dipercaya sebagai reinkarnasi dewi Hindu, Durga, atau Taleju di Nepal

Mereka dipilih berdasarkan ciri-ciri fisik tapi juga mereka harus melalui sejumlah tes

Ada beberapa Kumari di Nepal, yang terpenting di Kathmandu, tinggal di istana dan disebut Kumari Bahal

Sang dewi diyakini meninggalkan tubuh Kumari ketika ia menstruasi

Kumari dipilih dari klan Shakya atau Bajracharya dari komunitas Newari di Kathmandu

 

BANYAK ATURAN

Terdapat banyak aturan yang harus dijalankan seorang Kumari.

Ibu Samita contohnya harus merias wajah putrinya dengan desain yang rumit.

Gadis itu juga tidak diperbolehkan pergi ke luar kecuali untuk festival.

Dalam kesempatan lain, kakinya tidak boleh menginjak tanah.

Selain itu, Kumari tidak diizinkan untuk berbicara dengan orang lain selain keluarga dan teman dekatnya.

Seorang Kumari juga tetap harus menjalankan kewajibannya yang lain seperti belajar dengan seorang guru privat dan mengerjakan pekerjaan rumah.

 

KEHIDUPAN KUMARI

Pendahulu Samita, Chanira Bajracharya, menceritakan lebih rinci mengenai kehidupan seorang Kumari.

Chanira, 19 tahun, menjadi Kumari ketika dia baru berusia lima tahun.

“Menjadi seorang dewi adalah seperti menjadi putri dan Anda mendapatkan segala sesuatu di rumah,” katanya.

“Saya tidak pernah rindu ingin pergi ke luar, tetapi sangat menikmati tinggal di rumah dan menjadi bagian dari kehidupan ilahi.”

Kehidupan ilahi tersebut berakhir tiba-tiba ketika Chanira berusia 15, pada hari pertama dia haid.

Tiba-tiba ia bukan lagi seorang Kumari dan transisi tersebut sulit baginya.

“Ketika saya harus keluar rumah untuk pertama kalinya, saya tidak tahu bagaimana harus berjalan dengan baik,” katanya.

Selama bertahun-tahun menjadi Kumari, seorang guru privat mengajarnya di rumah.

Ia pun akhirnya harus pergi ke sekolah dengan anak-anak lain.

“Semua teman sekelas saya takut untuk berbicara dengan saya karena saya adalah mantan dewi dan saya diperlakukan sedikit berbeda,” tambah Chanira. (BBC)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/