26 C
Medan
Monday, February 17, 2025

Rimbawan Sumut Siap Kerja Sama Kelola Hutan Konservasi

PEMBELAJARAN
Saor Hutapea mengemukakan, kunjungan ke Tele memiliki nilai pembelajaran positif. Sebelum ke lapangan ia sudah lebih dulu mendengar banyak “cerita miring” tentang kinerja Kehutanan perusahaan TPL. Sesungguhnya, hal itu pula mendorong mereka ingin melihat sendiri fakta di lapangan sebagai dasar pengkajian (analisis). Dan dengan demikian mereka dapat menyampaikan kritik serta saran-saran bersifat positif.

Bagi Saor tidak ada istilah pro atau kontra dalam hal operasional TPL. “Kami hanya berpikir secara positif dan yakin akan lebih baik melihat. Setelah itu menyampaikan kritikan dan saran positif kepada manajemen TPL tanpa melibatkan atau memprovokasi pihak lain,” katanya. Selain itu AKARi sendiri ingin terus menambah wawasan melalui survai biodiversity di KPPN Tele.

Hasilnya, sejauh penjelajahan mereka, mereka mengaku sudah melihat beberapa hal yang masih dikerjakan. Status konsesi adalah kawasan hutan register berfungsi HP (hutan produksi tetap). Bukan hutan adat atau tanah ulayat seperti klaim segelintir pihak.

KPPN, misalnya, kelestariannya masih terjaga dan terpelihara baik. Juga sistem (proses) rotasi tebang-nya,baik. Jalan-jalan di lokasi konsesi pun cukup baik serta bisa pula dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai akses transportasi. Termasuk untuk memanen kemenyan. Di tombak konservasi masih berdiri gubuk-gubuk peristirahatan para penyadap haminjon. Sebagian dari mereka bahkan ikut berperan –sebagai tenaga kerja– dalam pembangunan HTI.

Tim AKARi pun berkesempatan melakukan penanaman bibit klon kemenyan di pinggiran KPPN bersama tim manajemen perusahaan.

Hutapea –kader konservasi alam terbaik-1 Sumut dan terbaik-2 nasional 2003– mengomentari keberadaan greenbelt “bagus dan cukup baik sebagai koridor satwa.” Ia kemudian memuji pelaksanaan nota kesepahaman (MoU – Memorandum of Understanding) perusahaan dengan masyarakat untuk membudiayakan tanaman kemenyan dengan memakai bibit unggul (kloning) hasil persemaian di kompleks pabrik.

Penanamannya di garis konservasi –agar hutan alam dapat menjadi pelindungnya– bertujuan untuk memperkaya (enrichment) jumlah tegakan di areal konservasi dan blok-blok HTI yang cenderung menurun karena ketiadaan peremajaan (replanting) selama ini. Dengan demikian kehadiran perusahaan benar-benar menjadi faktor yang memperbanyak dan bukannya mengurangi atau menghabisi tegakan haminjon seperti dicemaskan dan digembar-gemborkan segelintir orang. Seluruh hasilnya kelak diproyeksikan untuk menambah sumber pendapatan petani.

PEMBELAJARAN
Saor Hutapea mengemukakan, kunjungan ke Tele memiliki nilai pembelajaran positif. Sebelum ke lapangan ia sudah lebih dulu mendengar banyak “cerita miring” tentang kinerja Kehutanan perusahaan TPL. Sesungguhnya, hal itu pula mendorong mereka ingin melihat sendiri fakta di lapangan sebagai dasar pengkajian (analisis). Dan dengan demikian mereka dapat menyampaikan kritik serta saran-saran bersifat positif.

Bagi Saor tidak ada istilah pro atau kontra dalam hal operasional TPL. “Kami hanya berpikir secara positif dan yakin akan lebih baik melihat. Setelah itu menyampaikan kritikan dan saran positif kepada manajemen TPL tanpa melibatkan atau memprovokasi pihak lain,” katanya. Selain itu AKARi sendiri ingin terus menambah wawasan melalui survai biodiversity di KPPN Tele.

Hasilnya, sejauh penjelajahan mereka, mereka mengaku sudah melihat beberapa hal yang masih dikerjakan. Status konsesi adalah kawasan hutan register berfungsi HP (hutan produksi tetap). Bukan hutan adat atau tanah ulayat seperti klaim segelintir pihak.

KPPN, misalnya, kelestariannya masih terjaga dan terpelihara baik. Juga sistem (proses) rotasi tebang-nya,baik. Jalan-jalan di lokasi konsesi pun cukup baik serta bisa pula dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai akses transportasi. Termasuk untuk memanen kemenyan. Di tombak konservasi masih berdiri gubuk-gubuk peristirahatan para penyadap haminjon. Sebagian dari mereka bahkan ikut berperan –sebagai tenaga kerja– dalam pembangunan HTI.

Tim AKARi pun berkesempatan melakukan penanaman bibit klon kemenyan di pinggiran KPPN bersama tim manajemen perusahaan.

Hutapea –kader konservasi alam terbaik-1 Sumut dan terbaik-2 nasional 2003– mengomentari keberadaan greenbelt “bagus dan cukup baik sebagai koridor satwa.” Ia kemudian memuji pelaksanaan nota kesepahaman (MoU – Memorandum of Understanding) perusahaan dengan masyarakat untuk membudiayakan tanaman kemenyan dengan memakai bibit unggul (kloning) hasil persemaian di kompleks pabrik.

Penanamannya di garis konservasi –agar hutan alam dapat menjadi pelindungnya– bertujuan untuk memperkaya (enrichment) jumlah tegakan di areal konservasi dan blok-blok HTI yang cenderung menurun karena ketiadaan peremajaan (replanting) selama ini. Dengan demikian kehadiran perusahaan benar-benar menjadi faktor yang memperbanyak dan bukannya mengurangi atau menghabisi tegakan haminjon seperti dicemaskan dan digembar-gemborkan segelintir orang. Seluruh hasilnya kelak diproyeksikan untuk menambah sumber pendapatan petani.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/