26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Mobil Pembina PP Dibakar OTK di Kabanjahe

Foto: Riza/PM Mobil Pembina PP yang dibakar OTK. Petugas Polres Karo saat melakukan olah TKP.
Foto: Riza/PM
Mobil Pembina PP yang dibakar OTK. Petugas Polres Karo saat melakukan olah TKP.

KABANJAHE, SUMUTPOS.CO – Mobil Pembina Ranting Pemuda Pancasila (PP) Jalan Irian Kabanjahe, Johan Tamba (52) dibakar orang tak dikenal (OTK). Mobil yang terparkir di garasi rumahnya dibakar saat ia dan keluarganya tertidur lelap, Rabu (19/3) sekira pukul 04.30 wib.

Menurut keterangan salah seorang tetangga korban, Branto Saragih didampingi istrinya, Susi br Perangin-angin kepada sejumlah wartawan, pagi itu dirinya terbangun dari tidurnya karena mendengar suara gonggongan anjing dan suara orang berlari dari luar rumah.

“Kuat dugaan saya, suara orang lari itu menuju ke arah sepeda motor yang telah menunggu disimpang gang menuju rumah saya yang berjarak berkisar 30 meter,” ungkap Branto.

Merasa curiga, karena mobilnya jenis Suzuki APV minibus BK 1579 JT diparkir di luar rumah, Branto membuka jendela dan melihat keadaan di luar rumah. Alangkah terkejutnya dirinya ketika melihat kobaran api di mobil milik Johan yang tepat berada di seberang rumahnya. “Kubuka pintu, keluar aku sama istriku. Langsung ku ambil air di ember yang kebetulan terletak di teras rumah, langsung kusirami mobil itu. Saat aku nyiram kobaran api itu, istriku memanggil abang (Johan) itu dari luar rumahnya, karena kebetulan pagar rumahnya terkunci,” papar Branto.

Mendengar teriakan panggilan dari luar rumah, putra sulung korban bernama Roni Tamba terbangun dari tidurnya dan membuka pintu rumah dan melihat Branto telah berupaya memadamkan kobaran api di mobil ayahnya.

“Langsung kubanguni bapak di kamar. Pak..pak..terbakar mobil kita, ku bilang. Langsung bapak bangun, lari bapak ke luar, disiram bapak mobil itu pakai air yang ada di jerigen,” ujar putra korban Roni.

Upaya mereka berdua memadamkan api tidak mudah, karena disekitar mobil itu berceceran bensin dalam jumlah yang cukup banyak, yang sebelumnya telah disiramkan ke badan mobil.

Setelah dengan upaya dan kerja keras mereka, akhirnya api dapat dipadamkan dalam waktu 20 menit. “Andai saja tadi aku tidak terbangun, pasti ceritanya berbeda. Bayangkan saja kalau sampai merembet ke tangki minyaknya, mobil itu bisa meledak dan pasti akan membakar rumah bang Johan dan yang disekitarnya. Untung Tuhan masih melindungi kami dengan menunjukkan kuasaNya. Tapi sempat juga tadi abang itu jatuh waktu nyiram api di mobil itu,” tuturnya sedih.

Setelah api padam, Johan menghubungi sejumlah wartawan yang tiba di lokasi kejadian, dan melapor ke Mapolres Karo, sekira pukul 05.00 WIB. Petugas yang tiba di lokasi langsung melakukan olah TKP dan mencium bau bensin yang menyengat disekitar mobil tersebut. Genangan air yang berada tepat disamping ban mobil itu tampak dipenuhi bensin.

Usai melakukan olah TKP, pihak kepolisian menyarankan agar Johan membuat laporan pengaduan. Pada hari yang sama, sekira pukul 10.35 WIB, Johan Tamba resmi membuat laporan pengaduan ke ruang SPKT Mapolres Karo, diterima langsung Kanit SPKT “C” Polres Karo, Ipda Suko Hastadi, yang tertuang dalam Surat Tanda Penerimaan Laporan, Nomor : STPL-C/SU/RES T.KARO tertanggal 19 Maret 2014.

 

DIDUGA TERKAIT PEMBENTUKAN SUSUNAN PENGURUS

Ketika wartawan menanyakan apakah Johan pernah berselisih paham dengan orang lain atau rekan-rekannya sebelum terjadinya peristiwa ini. Johan mengatakan bahwa, beberapa hari belakangan ini dirinya terlibat dalam kepengurusan organisasi kemasyarakatan, Pemuda Pancasila.

Kali ini ia dipilih untuk menjadi ketua panitia pelantikan setelah terbentuknya struktur kepengurusan Pimpinan Ranting Pemuda Pancasila Jalan Irian Kabanjahe.

Dengan terbentuknya struktur kepengurusan itu, ia sebagai salah satu tokoh agama dan tokoh masyarakat di Jalan Irian sekitar.

“Tujuan saya jelas, saya ingin mempersatukan lebih erat lagi para pemuda di daerah tempat tinggal saya yakni Jalan Irian atas dan Jalan Irian bawah. Sebelumnya, saya juga telah berupaya dengan membentuk beberapa perkumpulan, namun tidak terwujud. Akhirnya dengan dibentuknya Pemuda Pancasila di Jalan Irian, akhirnya hal itu bisa terwujud,” katanya.

Akan tetapi, lanjutnya, dengan terbentuknya susunan pengurus tersebut yang melalui musyawarah terpilih Ketua Ranting, Jamin Renhard Silalahi dan Sekretaris, Pardi Simalango, ia sempat mendengar adanya informasi bahwa salah seorang oknum yang notabene bukan warga Jalan Irian, terkesan merasa keberatan akan terbentuknya susunan pengurus tersebut dan meminta agar dilakukan perombakan ulang, namun tidak disetujui PAC PP Kabanjahe.

“Saya menduga, oleh karena faktor itulah maka terjadi pembakaran mobil saya dinihari tadi. Saya juga heran, saya tidak pernah berselisih paham dengan siapapun sebelumnya. Keseharian saya hanya berdagang pakaian di Plaza Kabanjahe. Pagi hari setelah sarapan di kedai kopi, saya langsung pergi ke kios untuk berdagang. Kalau malam hari, saya biasanya mengikuti perkumpulan gereja karena saya seorang Sittua (pertua),” ujarnya.

Ia mengaku sangat menyesalkan terjadinya peristiwa ini. “Kenapa setelah terbentuknya kepengurusan ini, dimana peran saya cukup besar untuk merekrut para pemuda calon kader, baru peristiwa ini terjadi. Untuk itu, saya mohon kepada Polres Karo untuk segera mengungkap kasus ini,” harapnya. (iza)

Foto: Riza/PM Mobil Pembina PP yang dibakar OTK. Petugas Polres Karo saat melakukan olah TKP.
Foto: Riza/PM
Mobil Pembina PP yang dibakar OTK. Petugas Polres Karo saat melakukan olah TKP.

KABANJAHE, SUMUTPOS.CO – Mobil Pembina Ranting Pemuda Pancasila (PP) Jalan Irian Kabanjahe, Johan Tamba (52) dibakar orang tak dikenal (OTK). Mobil yang terparkir di garasi rumahnya dibakar saat ia dan keluarganya tertidur lelap, Rabu (19/3) sekira pukul 04.30 wib.

Menurut keterangan salah seorang tetangga korban, Branto Saragih didampingi istrinya, Susi br Perangin-angin kepada sejumlah wartawan, pagi itu dirinya terbangun dari tidurnya karena mendengar suara gonggongan anjing dan suara orang berlari dari luar rumah.

“Kuat dugaan saya, suara orang lari itu menuju ke arah sepeda motor yang telah menunggu disimpang gang menuju rumah saya yang berjarak berkisar 30 meter,” ungkap Branto.

Merasa curiga, karena mobilnya jenis Suzuki APV minibus BK 1579 JT diparkir di luar rumah, Branto membuka jendela dan melihat keadaan di luar rumah. Alangkah terkejutnya dirinya ketika melihat kobaran api di mobil milik Johan yang tepat berada di seberang rumahnya. “Kubuka pintu, keluar aku sama istriku. Langsung ku ambil air di ember yang kebetulan terletak di teras rumah, langsung kusirami mobil itu. Saat aku nyiram kobaran api itu, istriku memanggil abang (Johan) itu dari luar rumahnya, karena kebetulan pagar rumahnya terkunci,” papar Branto.

Mendengar teriakan panggilan dari luar rumah, putra sulung korban bernama Roni Tamba terbangun dari tidurnya dan membuka pintu rumah dan melihat Branto telah berupaya memadamkan kobaran api di mobil ayahnya.

“Langsung kubanguni bapak di kamar. Pak..pak..terbakar mobil kita, ku bilang. Langsung bapak bangun, lari bapak ke luar, disiram bapak mobil itu pakai air yang ada di jerigen,” ujar putra korban Roni.

Upaya mereka berdua memadamkan api tidak mudah, karena disekitar mobil itu berceceran bensin dalam jumlah yang cukup banyak, yang sebelumnya telah disiramkan ke badan mobil.

Setelah dengan upaya dan kerja keras mereka, akhirnya api dapat dipadamkan dalam waktu 20 menit. “Andai saja tadi aku tidak terbangun, pasti ceritanya berbeda. Bayangkan saja kalau sampai merembet ke tangki minyaknya, mobil itu bisa meledak dan pasti akan membakar rumah bang Johan dan yang disekitarnya. Untung Tuhan masih melindungi kami dengan menunjukkan kuasaNya. Tapi sempat juga tadi abang itu jatuh waktu nyiram api di mobil itu,” tuturnya sedih.

Setelah api padam, Johan menghubungi sejumlah wartawan yang tiba di lokasi kejadian, dan melapor ke Mapolres Karo, sekira pukul 05.00 WIB. Petugas yang tiba di lokasi langsung melakukan olah TKP dan mencium bau bensin yang menyengat disekitar mobil tersebut. Genangan air yang berada tepat disamping ban mobil itu tampak dipenuhi bensin.

Usai melakukan olah TKP, pihak kepolisian menyarankan agar Johan membuat laporan pengaduan. Pada hari yang sama, sekira pukul 10.35 WIB, Johan Tamba resmi membuat laporan pengaduan ke ruang SPKT Mapolres Karo, diterima langsung Kanit SPKT “C” Polres Karo, Ipda Suko Hastadi, yang tertuang dalam Surat Tanda Penerimaan Laporan, Nomor : STPL-C/SU/RES T.KARO tertanggal 19 Maret 2014.

 

DIDUGA TERKAIT PEMBENTUKAN SUSUNAN PENGURUS

Ketika wartawan menanyakan apakah Johan pernah berselisih paham dengan orang lain atau rekan-rekannya sebelum terjadinya peristiwa ini. Johan mengatakan bahwa, beberapa hari belakangan ini dirinya terlibat dalam kepengurusan organisasi kemasyarakatan, Pemuda Pancasila.

Kali ini ia dipilih untuk menjadi ketua panitia pelantikan setelah terbentuknya struktur kepengurusan Pimpinan Ranting Pemuda Pancasila Jalan Irian Kabanjahe.

Dengan terbentuknya struktur kepengurusan itu, ia sebagai salah satu tokoh agama dan tokoh masyarakat di Jalan Irian sekitar.

“Tujuan saya jelas, saya ingin mempersatukan lebih erat lagi para pemuda di daerah tempat tinggal saya yakni Jalan Irian atas dan Jalan Irian bawah. Sebelumnya, saya juga telah berupaya dengan membentuk beberapa perkumpulan, namun tidak terwujud. Akhirnya dengan dibentuknya Pemuda Pancasila di Jalan Irian, akhirnya hal itu bisa terwujud,” katanya.

Akan tetapi, lanjutnya, dengan terbentuknya susunan pengurus tersebut yang melalui musyawarah terpilih Ketua Ranting, Jamin Renhard Silalahi dan Sekretaris, Pardi Simalango, ia sempat mendengar adanya informasi bahwa salah seorang oknum yang notabene bukan warga Jalan Irian, terkesan merasa keberatan akan terbentuknya susunan pengurus tersebut dan meminta agar dilakukan perombakan ulang, namun tidak disetujui PAC PP Kabanjahe.

“Saya menduga, oleh karena faktor itulah maka terjadi pembakaran mobil saya dinihari tadi. Saya juga heran, saya tidak pernah berselisih paham dengan siapapun sebelumnya. Keseharian saya hanya berdagang pakaian di Plaza Kabanjahe. Pagi hari setelah sarapan di kedai kopi, saya langsung pergi ke kios untuk berdagang. Kalau malam hari, saya biasanya mengikuti perkumpulan gereja karena saya seorang Sittua (pertua),” ujarnya.

Ia mengaku sangat menyesalkan terjadinya peristiwa ini. “Kenapa setelah terbentuknya kepengurusan ini, dimana peran saya cukup besar untuk merekrut para pemuda calon kader, baru peristiwa ini terjadi. Untuk itu, saya mohon kepada Polres Karo untuk segera mengungkap kasus ini,” harapnya. (iza)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/