25.6 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Standar ‘Nol Bahaya’ bagi Karyawan dan Kontraktor

Foto: Istimewa Pekerja Tambang Emas Martabe yang telah memiliki SIMPER mengecek kondisi kendaraan ADT sebelum mengoperasikan. SIMPER menjadi salah satu indikator utama untuk memastikan implementasi K3 bagi seluruh pekerja di wilayah tambang Tambang Emas Martabe dalam mengoperasikan kendaraan bermotor dan alat-alat berat.
Foto: Istimewa
Pekerja Tambang Emas Martabe yang telah memiliki SIMPER mengecek kondisi kendaraan ADT sebelum mengoperasikan. SIMPER menjadi salah satu indikator utama untuk memastikan implementasi K3 bagi seluruh pekerja di wilayah tambang Tambang Emas Martabe dalam mengoperasikan kendaraan bermotor dan alat-alat berat.

BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – Sejak G-Resources Group Limited (selanjutnya disebut G-Resources) mengakuisisi Proyek Martabe di 2009, perusahaan terus berupaya mengelola praktik terbaik di industri tambang mineral untuk hasil yang berkelanjutan di Tambang Emas Martabe.

”Kami menetapkan standar ‘nol bahaya’ bagi karyawan dan kontraktor serta berusaha mengurangi risiko kecelakaan serendah mungkin. Untuk mencapai ini, Tambang Emas Martabe menerapkan sistem manajemen keselamatan sesuai praktik terbaik industri dan kebutuhan spesifik di tambang.” Demikian laporan Laporan Keberlanjutan Tambang Emas Martabe sejalan dengan pedoman Global Reporting Initiative (GRI) yang diterima redaksi SUMUTPOS.CO, hari ini.

Salah satu pertimbangan penting perusahaan tambang yang berbasis di Hong Kong ini adalah, bahwa sejumlah besar tenaga kerja Tambang Emas Martabe merupakan warga masyarakat lokal yang belum memiliki pengalaman bekerja di lingkungan industri.

”Sistem manajemen keselamatan kami kembangkan dengan pemahaman bahwa menghilangkan kecelakaan memerlukan perhatian pada kondisi tempat kerja serta kompetensi maupun perilaku pekerja. Tingkat kecelakaan kerja yang berakibat luka untuk Tambang Emas Martabe adalah 0,45 per satu juta jam kerja. Angka ini mengagumkan untuk operasional tambang,” kata pihak perusahaan.

G-Resources Group Limited yang tercatat secara resmi pada Bursa Hong Kong ini memiliki 20 karyawan di kantor pusat Hong Kong. PT Agincourt memiliki 747 karyawan di lokasi Tambang Emas Martabe, di mana 24 staf di antaranya bekerja di kantor Jakarta.

”Sebanyak 68 persen dari total angkatan kerja kami berasal dari masyarakat lokal, termasuk 1.184 karyawan dari desa-desa sekitar dan 466 karyawan dari wilayah lain di dalam Kabupaten Tapanuli Selatan,” katanya.

Mayoritas karyawan yang bekerja di Tambang Emas Martabe direkrut secara lokal dan belum memiliki pengalaman bekerja di lingkungan pertambangan ataupun industri. Karenanya, pelatihan dan pengembangan kompetensi karyawan sangatlah penting bagi kesuksesan perusahaan. ”Kami mengutamakan pengembangan keahlian teknis dan keterampilan manajemen karyawan untuk terus membangun kapasitas kami sebagai perusahaan yang berkelanjutan dan berkinerja tinggi. Sepanjang tahun 2014, sebanyak 97 program pelatihan sudah dilakukan dengan rata-rata 38 jam pelatihan per karyawan,” kata perusahaan.

Adapun pemegang saham perusahaan G-Resources terbesar hingga 31 Maret 2015 adalah CST Mining Group Limited (16,68%), dan Blackrock Inc. (8,02%).

Semua kegiatan eksplorasi dan produksi pada saat ini berpusat di Tambang Emas Martabe, terletak di Provinsi Sumatera Utara, yang sepenuhnya dikelola oleh PT Agincourt Resources.

G-Resources memiliki 95 persen saham PT Agincourt Resources, sementara 5 persen saham lainnya dimiliki oleh PT Artha Nugraha Agung, sebuah badan usaha yang 70 persen sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30 persen dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Utara. (mea)

Foto: Istimewa Pekerja Tambang Emas Martabe yang telah memiliki SIMPER mengecek kondisi kendaraan ADT sebelum mengoperasikan. SIMPER menjadi salah satu indikator utama untuk memastikan implementasi K3 bagi seluruh pekerja di wilayah tambang Tambang Emas Martabe dalam mengoperasikan kendaraan bermotor dan alat-alat berat.
Foto: Istimewa
Pekerja Tambang Emas Martabe yang telah memiliki SIMPER mengecek kondisi kendaraan ADT sebelum mengoperasikan. SIMPER menjadi salah satu indikator utama untuk memastikan implementasi K3 bagi seluruh pekerja di wilayah tambang Tambang Emas Martabe dalam mengoperasikan kendaraan bermotor dan alat-alat berat.

BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – Sejak G-Resources Group Limited (selanjutnya disebut G-Resources) mengakuisisi Proyek Martabe di 2009, perusahaan terus berupaya mengelola praktik terbaik di industri tambang mineral untuk hasil yang berkelanjutan di Tambang Emas Martabe.

”Kami menetapkan standar ‘nol bahaya’ bagi karyawan dan kontraktor serta berusaha mengurangi risiko kecelakaan serendah mungkin. Untuk mencapai ini, Tambang Emas Martabe menerapkan sistem manajemen keselamatan sesuai praktik terbaik industri dan kebutuhan spesifik di tambang.” Demikian laporan Laporan Keberlanjutan Tambang Emas Martabe sejalan dengan pedoman Global Reporting Initiative (GRI) yang diterima redaksi SUMUTPOS.CO, hari ini.

Salah satu pertimbangan penting perusahaan tambang yang berbasis di Hong Kong ini adalah, bahwa sejumlah besar tenaga kerja Tambang Emas Martabe merupakan warga masyarakat lokal yang belum memiliki pengalaman bekerja di lingkungan industri.

”Sistem manajemen keselamatan kami kembangkan dengan pemahaman bahwa menghilangkan kecelakaan memerlukan perhatian pada kondisi tempat kerja serta kompetensi maupun perilaku pekerja. Tingkat kecelakaan kerja yang berakibat luka untuk Tambang Emas Martabe adalah 0,45 per satu juta jam kerja. Angka ini mengagumkan untuk operasional tambang,” kata pihak perusahaan.

G-Resources Group Limited yang tercatat secara resmi pada Bursa Hong Kong ini memiliki 20 karyawan di kantor pusat Hong Kong. PT Agincourt memiliki 747 karyawan di lokasi Tambang Emas Martabe, di mana 24 staf di antaranya bekerja di kantor Jakarta.

”Sebanyak 68 persen dari total angkatan kerja kami berasal dari masyarakat lokal, termasuk 1.184 karyawan dari desa-desa sekitar dan 466 karyawan dari wilayah lain di dalam Kabupaten Tapanuli Selatan,” katanya.

Mayoritas karyawan yang bekerja di Tambang Emas Martabe direkrut secara lokal dan belum memiliki pengalaman bekerja di lingkungan pertambangan ataupun industri. Karenanya, pelatihan dan pengembangan kompetensi karyawan sangatlah penting bagi kesuksesan perusahaan. ”Kami mengutamakan pengembangan keahlian teknis dan keterampilan manajemen karyawan untuk terus membangun kapasitas kami sebagai perusahaan yang berkelanjutan dan berkinerja tinggi. Sepanjang tahun 2014, sebanyak 97 program pelatihan sudah dilakukan dengan rata-rata 38 jam pelatihan per karyawan,” kata perusahaan.

Adapun pemegang saham perusahaan G-Resources terbesar hingga 31 Maret 2015 adalah CST Mining Group Limited (16,68%), dan Blackrock Inc. (8,02%).

Semua kegiatan eksplorasi dan produksi pada saat ini berpusat di Tambang Emas Martabe, terletak di Provinsi Sumatera Utara, yang sepenuhnya dikelola oleh PT Agincourt Resources.

G-Resources memiliki 95 persen saham PT Agincourt Resources, sementara 5 persen saham lainnya dimiliki oleh PT Artha Nugraha Agung, sebuah badan usaha yang 70 persen sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30 persen dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Utara. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/