30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jembatan Lae Pora Ambruk

AMBRUK: Kondisi Jembatan Lae Pora yang ambruk di Kecamatan Silima Pungga-Pungga.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
AMBRUK: Kondisi Jembatan Lae Pora yang ambruk di Kecamatan Silima Pungga-Pungga. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Baru dua bulan selesai dari tahap pembangunan, Jembatan di Dusun Lae Pora, Desa Lae Ambat, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi, ambruk. Akibatnya, akses petani menuju lahan lahan pertanian sempat terputus.

Menurut pemerhati pembangunan di Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Binsar Sinaga mengatakan, ambruknya jembatan yang terjadi sekitar 2 minggu lalu telah merugikan warga sekitar, khususnya para petani yang memiliki lahan pertanian.

Binsar mengatakan, ambruknya jembatan membuat petani sulit mengangkat sarana produksi (Saprodi) dan hasil panen. Padahal, puluhan hektare areal perladangan itu sangat produktif dan terdapat tanaman perkebunan sawit, karet, kakao (coklat), kopi serta sejumlah tanaman muda seperti jagung.

Ambruknya jembatan itu juga berdampak pada harga jual hasil pertanian yang menurun hingga Rp200-300 per kilogram. Binsar menyebutkan, jembatan Lae Pora sudah 2 kali dibangun dengan menggunakan dana desa tahun 2018 sebesar Rp170juta.

Dan tahun 2019 kembali dibangun dengan menggunakan dana desa sebesar Rp110 juta.

Binsar mengatakan, ambruknya jembatan patut dipertanyakan. Sebab, jembatan ambruk karena konstruksi tidak sesuai rencana anggaran biaya (RAB). “Diduga pondasi tidak kokoh sehingga mudah ambruk. Supaya petani bisa mengangkut hasil pertanian, warga memasang papan di atas badan jembatan darurat supaya bisa dilalui,”ungkapnya.

Kepala Desa Lae Ambat, Manampin Sitorus per telepon, Kamis (19/12) membenarkan ambruknya jembatan Lae Pora.

Manampin menyebut, jembatan rusak pada, 2 Desember 2019 lalu akibat hujan deras yang mengguyur di desa tersebut.

Terkait pembangunan jembatan, Manampin mengaku pembangunannya hanya sekali pada tahun 2018. “Memang tahun 2018 sudah direncanakan pembangunan, tetapi tidak jadi dan uangnya Silpa. Tahun lalu hanya membangun tembok penahan tanah (TPT) di lokasi itu bukan jembatan,” ucap Manampin. Dan dana pembangunan jembatan yang ambruk sebesar Rp110 juta. (rud/han)

AMBRUK: Kondisi Jembatan Lae Pora yang ambruk di Kecamatan Silima Pungga-Pungga.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
AMBRUK: Kondisi Jembatan Lae Pora yang ambruk di Kecamatan Silima Pungga-Pungga. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Baru dua bulan selesai dari tahap pembangunan, Jembatan di Dusun Lae Pora, Desa Lae Ambat, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi, ambruk. Akibatnya, akses petani menuju lahan lahan pertanian sempat terputus.

Menurut pemerhati pembangunan di Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Binsar Sinaga mengatakan, ambruknya jembatan yang terjadi sekitar 2 minggu lalu telah merugikan warga sekitar, khususnya para petani yang memiliki lahan pertanian.

Binsar mengatakan, ambruknya jembatan membuat petani sulit mengangkat sarana produksi (Saprodi) dan hasil panen. Padahal, puluhan hektare areal perladangan itu sangat produktif dan terdapat tanaman perkebunan sawit, karet, kakao (coklat), kopi serta sejumlah tanaman muda seperti jagung.

Ambruknya jembatan itu juga berdampak pada harga jual hasil pertanian yang menurun hingga Rp200-300 per kilogram. Binsar menyebutkan, jembatan Lae Pora sudah 2 kali dibangun dengan menggunakan dana desa tahun 2018 sebesar Rp170juta.

Dan tahun 2019 kembali dibangun dengan menggunakan dana desa sebesar Rp110 juta.

Binsar mengatakan, ambruknya jembatan patut dipertanyakan. Sebab, jembatan ambruk karena konstruksi tidak sesuai rencana anggaran biaya (RAB). “Diduga pondasi tidak kokoh sehingga mudah ambruk. Supaya petani bisa mengangkut hasil pertanian, warga memasang papan di atas badan jembatan darurat supaya bisa dilalui,”ungkapnya.

Kepala Desa Lae Ambat, Manampin Sitorus per telepon, Kamis (19/12) membenarkan ambruknya jembatan Lae Pora.

Manampin menyebut, jembatan rusak pada, 2 Desember 2019 lalu akibat hujan deras yang mengguyur di desa tersebut.

Terkait pembangunan jembatan, Manampin mengaku pembangunannya hanya sekali pada tahun 2018. “Memang tahun 2018 sudah direncanakan pembangunan, tetapi tidak jadi dan uangnya Silpa. Tahun lalu hanya membangun tembok penahan tanah (TPT) di lokasi itu bukan jembatan,” ucap Manampin. Dan dana pembangunan jembatan yang ambruk sebesar Rp110 juta. (rud/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/