26.7 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Pertanian Marpadot Sukses Tanam Cabai, Produksi 52Ton

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Pertanian Marpadot, yang terletak di Desa Parsingguran Kecamatan Pollung, dan Desa Pearung Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) binaan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara bernama Pantur Banjarnahor, sukses menanam cabai. Saat panen, kebun cabai ini bisa produksi 52 ton di dua lahan pertanian.

Jenriko Banjarnahor selaku orang kepercayaan Pantur Banjarnahor kepada sejumlah wartawan, Sabtu (19/3). “Pak Pantur berupaya hidupkan lahan tidak produtif menjadi lahan produktif. Salah satunya, yang sudah kita coba ini untuk tanaman holtikultura jenis cabai,” ujar Jenriko.

Jenriko mengisahkan, sejak pandemic untuk mendongkrak bangkitnya perekeonomian, Pantur membuat gagasan pemikiran dengan mengkonsep dunia usaha pertanian, peternakan, dan perikanan.

Dari gagasan itu, Pantur kemudian menamakan Marpadot. Yang artinya, bagian dari orang yang siap keluar dari zona nyaman yang siap dibentuk didik dan ditempah menjadi pelopor kesuksesaan melalui edukasi, pelatihan dan lainnya. Salah satunya, dari gagasannya itu, terhadap pertanian untuk tanaman holtikultura jenis cabai.

“Yang awalnya, itu terinspirasi dari petani yang membuka lahan pertanian di areal Food Estate,” ujarnya.

Dengan keseriusannya, Pantur berbekal buka lahan 1,5 hektare yang dimilikinya, tepatnya Desa Parsingguran II Kecamatan Pollung.

Hasilnya, telah 23 kali panen dengan perhitungan 1,5 hektare dari 1 batang bisa menghasilkan 1-1,2kg. Dan, jika menanam dalam 1,5 hektare sekitar 42 ribu batang. Jika dikalikan , maka hasil panen cabai 42.021 kg.

Dari bermodal itu, ia kemudian memperluas lahan seluas 1 hektare di Desa Pearung Kecamatan Paranginan. Hasilnya, 14 kali panen. Dengan jumlah total batang 39 ribu batang dengan produksi 10.786 kg.

“Rata-rata harga keseluruhan Rp22.000 per kg,” katanya.

Menurutnya, harga dan iklim menjadi tantangan bagi Marpadot. Kalau tidak hati-hati, maka hasilnya tidak bagus. Begitu juga ketika curah hujan tinggi, bisa menyebabkan tanaman layu kemudian mati.

“Cabai ini kan tidak ada HET (harga eceran tertinggi). Jadi walaupun cabai itu banyak, petani tetap bisa untung,” katanya.

Jenriko menambahkan, atas keberhasilan ini bertujuan mengajak masyarakat untuk sejahtera, dan bertani modern.

Kedua, pengembangan Marpadot adalah pengembangan untuk menangkal pengangguran. “ Ketiga, marpadot bisa menguasai pasar domestik. Paling tidak di Humbahas bisa surplus cabai,” katanya.

Dikisahkan dia lagi, kuseksesan pertanian Pantur ini adalah terinspirasi, bertujuan untuk memotivasi bagi para petani di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dimana dulunya konsep nama ini, dikarenakan dari pertemuan-pertemuannya, mulai keluarga, teman kerja, dan para petani, serta masyarakat. Pantur pun kemudian, menambahkan kata Marpadot ini lagi menjadi Sopo Marpadot.

Sopo diartikan sebagai tempat untuk menerima tamu, juga tempat untuk mengadakan pertemuan atau berkumpul di ruang terbuka. Sedangkan Marpadot, diartikan sebagai orang yang bekerja dengan giat dan semangat (sogot tu jumpa botari mulak (ungkapan untuk pekerja keras). “Dari terjemahan di atas, “Sopo Marpadot” merupakan suatu wadah bagi orang-orang yang bekerja giat dan semangat (marpadot) untuk dapat berdiskusi, bertukar pikiran, berbagi ilmu dan bagi-bagi pengalaman dari capaian usaha yang digelututinya,” katanya

Dari kesuksesan gagasan ini, tambahnya, Sopo Marpadot ini nantinya akan menjadi motivasi untuk maju melalui usaha kemandirian.

“Di samping itu, Sopo Marpadot adalah bagian dari orang yang siap keluar dari zona nyaman, artinya siap untuk dididik dan ditempa menjadi pelopor kesuksesan melalui edukasi, pelatihan dan keterampilan dan pendidikan lainnya,” ujarnya.

Disisi lainnya, Marpadot ini juga mengajak masyarakat untuk tetap semangat dalam mengembangkan pertanian.

“Menggapai kesuksesan memang butuh perjuangan dan pengorbanan. Sopo Marpadot nantinya akan menjadi solusi bagi kita untuk tidak langsung menyerah,” pesan Pantur. (des/ram)

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Pertanian Marpadot, yang terletak di Desa Parsingguran Kecamatan Pollung, dan Desa Pearung Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) binaan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara bernama Pantur Banjarnahor, sukses menanam cabai. Saat panen, kebun cabai ini bisa produksi 52 ton di dua lahan pertanian.

Jenriko Banjarnahor selaku orang kepercayaan Pantur Banjarnahor kepada sejumlah wartawan, Sabtu (19/3). “Pak Pantur berupaya hidupkan lahan tidak produtif menjadi lahan produktif. Salah satunya, yang sudah kita coba ini untuk tanaman holtikultura jenis cabai,” ujar Jenriko.

Jenriko mengisahkan, sejak pandemic untuk mendongkrak bangkitnya perekeonomian, Pantur membuat gagasan pemikiran dengan mengkonsep dunia usaha pertanian, peternakan, dan perikanan.

Dari gagasan itu, Pantur kemudian menamakan Marpadot. Yang artinya, bagian dari orang yang siap keluar dari zona nyaman yang siap dibentuk didik dan ditempah menjadi pelopor kesuksesaan melalui edukasi, pelatihan dan lainnya. Salah satunya, dari gagasannya itu, terhadap pertanian untuk tanaman holtikultura jenis cabai.

“Yang awalnya, itu terinspirasi dari petani yang membuka lahan pertanian di areal Food Estate,” ujarnya.

Dengan keseriusannya, Pantur berbekal buka lahan 1,5 hektare yang dimilikinya, tepatnya Desa Parsingguran II Kecamatan Pollung.

Hasilnya, telah 23 kali panen dengan perhitungan 1,5 hektare dari 1 batang bisa menghasilkan 1-1,2kg. Dan, jika menanam dalam 1,5 hektare sekitar 42 ribu batang. Jika dikalikan , maka hasil panen cabai 42.021 kg.

Dari bermodal itu, ia kemudian memperluas lahan seluas 1 hektare di Desa Pearung Kecamatan Paranginan. Hasilnya, 14 kali panen. Dengan jumlah total batang 39 ribu batang dengan produksi 10.786 kg.

“Rata-rata harga keseluruhan Rp22.000 per kg,” katanya.

Menurutnya, harga dan iklim menjadi tantangan bagi Marpadot. Kalau tidak hati-hati, maka hasilnya tidak bagus. Begitu juga ketika curah hujan tinggi, bisa menyebabkan tanaman layu kemudian mati.

“Cabai ini kan tidak ada HET (harga eceran tertinggi). Jadi walaupun cabai itu banyak, petani tetap bisa untung,” katanya.

Jenriko menambahkan, atas keberhasilan ini bertujuan mengajak masyarakat untuk sejahtera, dan bertani modern.

Kedua, pengembangan Marpadot adalah pengembangan untuk menangkal pengangguran. “ Ketiga, marpadot bisa menguasai pasar domestik. Paling tidak di Humbahas bisa surplus cabai,” katanya.

Dikisahkan dia lagi, kuseksesan pertanian Pantur ini adalah terinspirasi, bertujuan untuk memotivasi bagi para petani di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dimana dulunya konsep nama ini, dikarenakan dari pertemuan-pertemuannya, mulai keluarga, teman kerja, dan para petani, serta masyarakat. Pantur pun kemudian, menambahkan kata Marpadot ini lagi menjadi Sopo Marpadot.

Sopo diartikan sebagai tempat untuk menerima tamu, juga tempat untuk mengadakan pertemuan atau berkumpul di ruang terbuka. Sedangkan Marpadot, diartikan sebagai orang yang bekerja dengan giat dan semangat (sogot tu jumpa botari mulak (ungkapan untuk pekerja keras). “Dari terjemahan di atas, “Sopo Marpadot” merupakan suatu wadah bagi orang-orang yang bekerja giat dan semangat (marpadot) untuk dapat berdiskusi, bertukar pikiran, berbagi ilmu dan bagi-bagi pengalaman dari capaian usaha yang digelututinya,” katanya

Dari kesuksesan gagasan ini, tambahnya, Sopo Marpadot ini nantinya akan menjadi motivasi untuk maju melalui usaha kemandirian.

“Di samping itu, Sopo Marpadot adalah bagian dari orang yang siap keluar dari zona nyaman, artinya siap untuk dididik dan ditempa menjadi pelopor kesuksesan melalui edukasi, pelatihan dan keterampilan dan pendidikan lainnya,” ujarnya.

Disisi lainnya, Marpadot ini juga mengajak masyarakat untuk tetap semangat dalam mengembangkan pertanian.

“Menggapai kesuksesan memang butuh perjuangan dan pengorbanan. Sopo Marpadot nantinya akan menjadi solusi bagi kita untuk tidak langsung menyerah,” pesan Pantur. (des/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/