31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Stres, Mansyur 4 Bulan dalam Belenggu

BATUBARA- Mansyur (50) warga Dusun I Desa Lubukhulu, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara harus rela menjalani hidupnya dalam belenggu akibat gangguan jiwa yang dideritanya. Di dalam gubuk kecil yang terbuat dari kayu kelapa beratapkan gubuk yang tertutup beberapa lembar seng itulah Mansyur berada. Kedua kakinya terikat rantai membuatnya harus menjalani hari-harinya di tempat itu.
Saat Metro Siantar (Grup Sumut Pos) menyambanginya di gubuknya tersebut, Mansyur dengan suara lantang dan tegas menjawab saat diwawancara oleh wartawan.

DIBELENGGU: Mansyur terpaksa dibelenggu keluarga karena mengalami gangguan jiwa.//smg/metro sintar
DIBELENGGU: Mansyur terpaksa dibelenggu keluarga karena mengalami gangguan jiwa.//smg/metro sintar

Mansyur yang diduga mengalami gangguan kejiwaan itu, harus rela menjalani aktivitas seperti makan, minum, mandi hingga buang air besar di dalam gubuk kecil tersebut.

Usman BS (70), kakak kandung Usman menjelaskan, menurutnya gejala gangguan jiwa yang di rasakan adiknya itu terjadi, sejak kelas VI. Saat itu adiknya sedang bermain di lapangan sekolah. Ketika pulang ke rumah, tiba-tiba Mansyur menangis, tertawa, dan sering merenung sendiri.

Melihat perubahan yang dialami Mansyur itu keluarga sempat heran. Hanya saja saat ditanya, Mansyur mengaku tidak ada masalah. Begitu pun Mansyur sempat menyelesaikan sekolahnya dan menikah pada usai 25 tahun.

Hanya saja pernikahannya tidak berlangsung lama. Hanya berjalan 3 tahun, dan belum dikaruniai anak. Manysur sempat bekerja di usia 25 hingga 30 tahun sebagai penarik becak.

Sejak menyandang status duda, Mansyur tinggal bersama kerabatnya Rusli (60) selama sekitar 15 tahun. Karena keadaan Mansyur terus memburuk sehingga keluarganya tidak dapat berbuat banyak, dan harus merantainya di sebuah pohon cokelat di belakang rumah kerabatnya itu.

Menurut Usman, mereka terpaksa merantai Mansyur karena kerap buat onar, dan membakar bakar sampah. (mag-9/smg)

Tanpa sepengetahuan keluarganya Mansyur juga pernah pergi tanpa pamitan ke Tanjungtiram, Batubara. Di sana Manysur hidup terkatung-katung.

Mansyur pernah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di Medan, namun hanya bertahan 6 bulan, setelah itu penyakitnya kembali kambuh.
Siti Aisyah (50) dan Rukiyah (73), kakak ipar Mansyur berharap kiranya pemerintah dapat memberikan bantuan pengobatan kepada Mansyur. Termasuk tempat tinggal.(mag-9/smg)

BATUBARA- Mansyur (50) warga Dusun I Desa Lubukhulu, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara harus rela menjalani hidupnya dalam belenggu akibat gangguan jiwa yang dideritanya. Di dalam gubuk kecil yang terbuat dari kayu kelapa beratapkan gubuk yang tertutup beberapa lembar seng itulah Mansyur berada. Kedua kakinya terikat rantai membuatnya harus menjalani hari-harinya di tempat itu.
Saat Metro Siantar (Grup Sumut Pos) menyambanginya di gubuknya tersebut, Mansyur dengan suara lantang dan tegas menjawab saat diwawancara oleh wartawan.

DIBELENGGU: Mansyur terpaksa dibelenggu keluarga karena mengalami gangguan jiwa.//smg/metro sintar
DIBELENGGU: Mansyur terpaksa dibelenggu keluarga karena mengalami gangguan jiwa.//smg/metro sintar

Mansyur yang diduga mengalami gangguan kejiwaan itu, harus rela menjalani aktivitas seperti makan, minum, mandi hingga buang air besar di dalam gubuk kecil tersebut.

Usman BS (70), kakak kandung Usman menjelaskan, menurutnya gejala gangguan jiwa yang di rasakan adiknya itu terjadi, sejak kelas VI. Saat itu adiknya sedang bermain di lapangan sekolah. Ketika pulang ke rumah, tiba-tiba Mansyur menangis, tertawa, dan sering merenung sendiri.

Melihat perubahan yang dialami Mansyur itu keluarga sempat heran. Hanya saja saat ditanya, Mansyur mengaku tidak ada masalah. Begitu pun Mansyur sempat menyelesaikan sekolahnya dan menikah pada usai 25 tahun.

Hanya saja pernikahannya tidak berlangsung lama. Hanya berjalan 3 tahun, dan belum dikaruniai anak. Manysur sempat bekerja di usia 25 hingga 30 tahun sebagai penarik becak.

Sejak menyandang status duda, Mansyur tinggal bersama kerabatnya Rusli (60) selama sekitar 15 tahun. Karena keadaan Mansyur terus memburuk sehingga keluarganya tidak dapat berbuat banyak, dan harus merantainya di sebuah pohon cokelat di belakang rumah kerabatnya itu.

Menurut Usman, mereka terpaksa merantai Mansyur karena kerap buat onar, dan membakar bakar sampah. (mag-9/smg)

Tanpa sepengetahuan keluarganya Mansyur juga pernah pergi tanpa pamitan ke Tanjungtiram, Batubara. Di sana Manysur hidup terkatung-katung.

Mansyur pernah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di Medan, namun hanya bertahan 6 bulan, setelah itu penyakitnya kembali kambuh.
Siti Aisyah (50) dan Rukiyah (73), kakak ipar Mansyur berharap kiranya pemerintah dapat memberikan bantuan pengobatan kepada Mansyur. Termasuk tempat tinggal.(mag-9/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/