Ia menjelaskan, terkait peristiwa tersebut, saat ini KNKT tengah melakukan penelitian sekaligus investigasi. Termasuk mendatangkan teknologi canggih dari luar Sumut dan luar negeri, guna melacak seluruh penumpang yang menjadi korban berikut bangkai kapal yang sudah karam. “Jadi sudah ada tim terpadu sebanyak lima tim. Masing-masing tim juga sudah ditunjuk koordinatornya yang dikomandoi Basarnas,” katanya.
Pihaknya belum mau membeberkan secara rinci soal kondisi sarana angkutan yang ada di Danau Toba. Hanya saja mengakui bahwa memang banyak aspek yang perlu dibenahi ke depan. Selain infrastruktur angkutan, SDM sampai ketentuan pelayaran yang baik dan mengutamakan keselamatan penumpang. “Kita pun sering undang para operator kapal untuk sosialisasi dan memberi pengetahuan tentang pelayaran yang baik. Termasuk pelampung yang wajib tersedia di setiap kapal penumpang,” ungkapnya.
Apalagi saat ini, lanjut dia, di sana sudah ada Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) yang mencakup urusan angkutan danau. Bahkan di sana kegiatan sosialisasi intens dilakukan, kemudian sudah ada juga Badan Otorita Danau Toba dalam rangka pengembangan kawasan pariwisata di daerah itu. “Kata kuncinya sarana transportasi ini memang harus kita benahi. Kalau tidak bisa kacau nanti buat peningkatan pariwisata Danau Toba, dan ekonomi masyarakat di sana,” sebut Agustinus.
Pemprov kata dia tidak hanya menjadikan kejadian ini sebagai peringatan keras bagi Pemkab Samosir, melainkan kabupaten dan kota lain di sekitar kawasan Danau Toba. Dimana untuk meningkatkan segala sarana, prasarana dan fasilitas pendukung yang dibutuhkan termasuk peningkatan SDM agar kejadian tersebut tidak kembali terulang. “Tentunya ini juga menjadi catatan bagi kami melakukan pembenahan lebih baik ke depannya. Sehingga tidak ada lagi korban jiwa seperti KM Sinar Bangun ini,” katanya.
Pihaknya juga menyadari bahwa banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Namun dalam kaitan peristiwa ini, pihaknya enggan menyebut kelalaian menjadi faktor utama penyebab KM Sinar Bangun karam. “Seperti sarana prasarana yang belum memadai, SDM dan juga cuaca. Kita tidak boleh menafsirkan yang lain-lain dululah, kan KNKT sedang bekerja saat ini bersama lima tim yang telah dibentuk. Kita lihat saja nanti apa hasil kerja tim dan KNKT ya,” katanya.
Diketahui, jalur pelayaran Pelabuhan Simanindo menuju Pelabuhan Tigaras itu termasuk bagian terdalam Danau Toba, 300-500 meter. Seperti palung dengan dasar lumpur dimana setiap benda tenggelam kayak masuk spon raksasa yang mustahil timbul ke permukaan. Bahkan menurut informasi, jalur ke Tigaras juga jalur paling berangin di Danau Toba karena perairannya paling luas. Disinggung mengenai adakah kajian mengenai hal ini, dia mengungkapkan sejauh ini belum ada detail kajian khusus terhadap hal dimaksud. “Basarnas yang mungkin punya alat khusus yang mampu mendeteksi sampai dikedalaman tertentu, mudah-mudahan dapat hasil yang positif,” katanya seraya belum mendapat data soal inventaris izin kapal motor yang dikelola perseorangan di kawasan tersebut.(tau/syn/idr/adi/jpg/kim/prn)