26 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Ekstasi Cuma Rp50 Ribu di Pantai Cermin, Sabu Juga Murah

Foto: Diva Suwanda/Sumut Pos
Kapoldasu, Irjen Paulus Waterpauw, memantau langsung kawasan pesisir Pantai Cermin, gerbang masuknya narkotika jenis sabu seberat 44 Kg jaringan internasional, Malaysia-Indonesia, Kamis (20/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Irjen Paulus Waterpauw memantau langsung kawasan pesisir Pantai Cermin, gerbang masuknya narkotika jenis sabu seberat 44 Kg jaringan internasional, Malaysia-Indonesia, Kamis (20/7). Orang nomor satu di Poldasu ini mengaku penasaran dan ingin melihat langsung kondisi Pos Pol Air Polres Sergai, pasca-terungkapnya personel karena terlibat sindikat jaringan narkoba internasional.

Berdasarkan amatan Sumut Pos, memang jalan menuju kawasan pantai yang berlokasi di Desa Kotapari, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai ini cukup sempit dan jauh dari keramaian kota. Sepanjang kiri dan kanan jalan menuju lokasi yang juga terkenal sebagai kawasan wisata bernama Pantai 88, tampak tembok-tembok tinggi yang merupakan lokasi peternakan ayam. Jalan masuk menuju ke lokasi tersebut juga tidak baik, belum diaspal dan tanpa penerangan jalan.

Warga yang menghuni si sepanjang jalan tersebut juga tak ramai, didominasi etnis Tionghoa yang memiliki peternakan ayam di sana.

Namun perbedaan yang cukup kontras terlihat ketika sampai di lokasi pantai yang menjadi pintu masuk narkoba tersebut. Hiruk pikuk masyarakat pesisir tampak lebih hidup di sana. Ada beberapa kedai yang menjual kebutuhan pengunjung seperti minuman dingin, makanan ringan dan kebutuhan yang diperlukan pecinta wisata di sana.

Menjadi pertanyaan, dengan akses masuk yang kurang memadai, jarak yang cukup jauh sehingga bisa dikategorikan terpencil, kawasan pantai ini lebih bergeliat meski dikelola seminim mungkin.

Irjen Paulus Waterpauw sesampainya di lokasi langsung meninjau lokasi. Mengecek langsung Pos Polisi Air Polres Sergai yang tampak sederhana. Dia kemudian berbincang dengan Kapolres Sergai dan sejumlah personel yang bertugas di sana.

Penasaran, dia merangsek masuk ke dalam komplek wisata bahari kelas merakyat ini. Tampak di tengah-tengah kawasan itu berdiri sebuah rumah panggung yang dilengkapi lampu sorot ditambah soundsystem di empat sudutnya.

Menuju ke bibir pantai yang tampak dibangun pemondokan bagi pengunjung yang ingin menghabiskan waktu di sana, Paulus menemui seorang warga sedang tertidur di salahsatu pondok. Pria yang mengaku bernama Nur ini bernampilan kewanita-wanitaan, berambut gimbal, memakai lipstik, dengan sejumlah tato di lengan kiri dan badannya.

Tak segan, dia bertanya dengan pria tersebut. Jendral bintang dua ini memberikan sejumlah pertanyaan tentang apa yang dia ketahui di pesisir pantai itu. Khususnya soal masuknya puluhan kilogram sabu yang ditangkap BNN, Sabtu (15/7) lalu.

Didampingi sejumlah pejabat Polda, Kepala BNNP Sumut Brigjen Andi Loedianto dan Kapolres Sergai, kurang lebih percakapan mereka berdua berlangsung kuranglebih 20 menit. “Jadi tujuan saya kemari untuk mencari tahu apa yang terjadi di sini, sehingga masyarakat sendiri tidak tahu kalau kawasan itu jadi pintu masuk narkoba, kemarin. Tadi saya tanyai seorang warga, dia mengaku warga sini. Dari dia saya ingin melihat apa kegiatan warga pada umumnya,” kata Paulus, ketika diwawancarai.

Dari hasil peninjauannya, kata Paulus, langkah pertama untuk menjaga pesisir Pantai Timur yang dimanfaatkan sebagai pintu masuk narkoba, akan ditingkatkan jumlah personel khususnya di pos-pos Polisi Air sejajaran Polda Sumut.

“Akan kita tambah personel di setiap pos-pos Polisi Air. Saya akan perintahkan setiap Polres untuk memberikan perhatian serius terhadap kawasan pesisir pantai,” ungkap Paulus.

Dia mengaku, pemberantasan narkoba tidak akan maksimal bila hanya dilakukan Polisi. Paulus mengajak kepada seluruh stakholder dan juga masyarakat agar memberikan informasi tentang keberadaan narkoba di sekitar mereka.

“Tentunya dengan memberdayakan masyarakat pesisir. Semua pihak harus bersama-sama bekerja mengawal pesisir pantai agar tidak disalahgunakan menjadi pintu masuk penyelundup narkotika,” tegasnya.

Foto: Diva Suwanda/Sumut Pos
Kapoldasu, Irjen Paulus Waterpauw, memantau langsung kawasan pesisir Pantai Cermin, gerbang masuknya narkotika jenis sabu seberat 44 Kg jaringan internasional, Malaysia-Indonesia, Kamis (20/7).

Selanjutnya, Paulus memanggil Kapolres Sergai beserta personelnya. Dia memberikan arahan, baik kepada personel dan jajarannya. Dia memita agar Kapolres Sergai lebih serius mengawasi kawasan pantai ini. “Marilah kita jaga bersama, bantu saya dan Pak Kapolres. Kita jaga bersama kawasan pantai ini. Berikan informasi bila mengetahui tentang peredaran narkoba agar kita berantas,” harapnya.

Ada fakta yang cukup mencegangkan ketika Sumut Pos berkesempatan mewancarai Nur. Pria ini mengatakan, memang kawasan pantai tersebut terkenal sebagai lokasi dunia gemerlap (Dugem) warga sekitar. Bahkan dia mengaku, harga ekstasi di sana lebih murah ketimbang harga di Kota Medan dan kota lainnya. “Ya, tiap malam di sini tempat dugem. Banyak cewek-ceweknya di sini kalau sudah malam,” ujar Nur.

Untuk narkoba, katanya, pengunjung membelinya dari seputaran pantai itu. “Harga ekstasi cuma Rp50 ribu, sabu juga murah. Belinya di dekat-dekat sinilah. Datanglah kalau malam, pasti ramai di sini,” pungkasnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Bea Cukai Heru Pambudi juga mengakui kalau Pantai Timur Sumatera paling rawan penyelundupan narkoba. Dia mengungkapkan, ada dua sektor yang dianggap rawan menjadi sasaran empuk bandar narkoba internasional. “Sektor Barat mulai Selat Malaka dengan Pantai Timurnya, di situ banyak pelabuhan tikus. Sektor Timur di bawah Filipina. Nah, itu yang antara Selat Karimata sampai sebelah Timur Bitung,” papar Heru.

Itulah mengapa pangkalan Bea Cukai ada dua, satu di Tanjungbalai Karimun di sektor Barat, dan satu lagi di sektor Timur. Sementara untuk pelabuhan tikus, kata dia, kebanyakan teridentifikasi di Pantai Timur Sumatera.

“Pantai timur Sumatera inilah yang kemudian kami anggap resikonya relatif leih tinggi. Untuk itu kita lakukan patroli dengan operasi gelar sandi sriwijaya. Paling rawan di sektor barat adalah Selat Malaka,” tukas dia. (dvs/adz)

Foto: Diva Suwanda/Sumut Pos
Kapoldasu, Irjen Paulus Waterpauw, memantau langsung kawasan pesisir Pantai Cermin, gerbang masuknya narkotika jenis sabu seberat 44 Kg jaringan internasional, Malaysia-Indonesia, Kamis (20/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Irjen Paulus Waterpauw memantau langsung kawasan pesisir Pantai Cermin, gerbang masuknya narkotika jenis sabu seberat 44 Kg jaringan internasional, Malaysia-Indonesia, Kamis (20/7). Orang nomor satu di Poldasu ini mengaku penasaran dan ingin melihat langsung kondisi Pos Pol Air Polres Sergai, pasca-terungkapnya personel karena terlibat sindikat jaringan narkoba internasional.

Berdasarkan amatan Sumut Pos, memang jalan menuju kawasan pantai yang berlokasi di Desa Kotapari, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai ini cukup sempit dan jauh dari keramaian kota. Sepanjang kiri dan kanan jalan menuju lokasi yang juga terkenal sebagai kawasan wisata bernama Pantai 88, tampak tembok-tembok tinggi yang merupakan lokasi peternakan ayam. Jalan masuk menuju ke lokasi tersebut juga tidak baik, belum diaspal dan tanpa penerangan jalan.

Warga yang menghuni si sepanjang jalan tersebut juga tak ramai, didominasi etnis Tionghoa yang memiliki peternakan ayam di sana.

Namun perbedaan yang cukup kontras terlihat ketika sampai di lokasi pantai yang menjadi pintu masuk narkoba tersebut. Hiruk pikuk masyarakat pesisir tampak lebih hidup di sana. Ada beberapa kedai yang menjual kebutuhan pengunjung seperti minuman dingin, makanan ringan dan kebutuhan yang diperlukan pecinta wisata di sana.

Menjadi pertanyaan, dengan akses masuk yang kurang memadai, jarak yang cukup jauh sehingga bisa dikategorikan terpencil, kawasan pantai ini lebih bergeliat meski dikelola seminim mungkin.

Irjen Paulus Waterpauw sesampainya di lokasi langsung meninjau lokasi. Mengecek langsung Pos Polisi Air Polres Sergai yang tampak sederhana. Dia kemudian berbincang dengan Kapolres Sergai dan sejumlah personel yang bertugas di sana.

Penasaran, dia merangsek masuk ke dalam komplek wisata bahari kelas merakyat ini. Tampak di tengah-tengah kawasan itu berdiri sebuah rumah panggung yang dilengkapi lampu sorot ditambah soundsystem di empat sudutnya.

Menuju ke bibir pantai yang tampak dibangun pemondokan bagi pengunjung yang ingin menghabiskan waktu di sana, Paulus menemui seorang warga sedang tertidur di salahsatu pondok. Pria yang mengaku bernama Nur ini bernampilan kewanita-wanitaan, berambut gimbal, memakai lipstik, dengan sejumlah tato di lengan kiri dan badannya.

Tak segan, dia bertanya dengan pria tersebut. Jendral bintang dua ini memberikan sejumlah pertanyaan tentang apa yang dia ketahui di pesisir pantai itu. Khususnya soal masuknya puluhan kilogram sabu yang ditangkap BNN, Sabtu (15/7) lalu.

Didampingi sejumlah pejabat Polda, Kepala BNNP Sumut Brigjen Andi Loedianto dan Kapolres Sergai, kurang lebih percakapan mereka berdua berlangsung kuranglebih 20 menit. “Jadi tujuan saya kemari untuk mencari tahu apa yang terjadi di sini, sehingga masyarakat sendiri tidak tahu kalau kawasan itu jadi pintu masuk narkoba, kemarin. Tadi saya tanyai seorang warga, dia mengaku warga sini. Dari dia saya ingin melihat apa kegiatan warga pada umumnya,” kata Paulus, ketika diwawancarai.

Dari hasil peninjauannya, kata Paulus, langkah pertama untuk menjaga pesisir Pantai Timur yang dimanfaatkan sebagai pintu masuk narkoba, akan ditingkatkan jumlah personel khususnya di pos-pos Polisi Air sejajaran Polda Sumut.

“Akan kita tambah personel di setiap pos-pos Polisi Air. Saya akan perintahkan setiap Polres untuk memberikan perhatian serius terhadap kawasan pesisir pantai,” ungkap Paulus.

Dia mengaku, pemberantasan narkoba tidak akan maksimal bila hanya dilakukan Polisi. Paulus mengajak kepada seluruh stakholder dan juga masyarakat agar memberikan informasi tentang keberadaan narkoba di sekitar mereka.

“Tentunya dengan memberdayakan masyarakat pesisir. Semua pihak harus bersama-sama bekerja mengawal pesisir pantai agar tidak disalahgunakan menjadi pintu masuk penyelundup narkotika,” tegasnya.

Foto: Diva Suwanda/Sumut Pos
Kapoldasu, Irjen Paulus Waterpauw, memantau langsung kawasan pesisir Pantai Cermin, gerbang masuknya narkotika jenis sabu seberat 44 Kg jaringan internasional, Malaysia-Indonesia, Kamis (20/7).

Selanjutnya, Paulus memanggil Kapolres Sergai beserta personelnya. Dia memberikan arahan, baik kepada personel dan jajarannya. Dia memita agar Kapolres Sergai lebih serius mengawasi kawasan pantai ini. “Marilah kita jaga bersama, bantu saya dan Pak Kapolres. Kita jaga bersama kawasan pantai ini. Berikan informasi bila mengetahui tentang peredaran narkoba agar kita berantas,” harapnya.

Ada fakta yang cukup mencegangkan ketika Sumut Pos berkesempatan mewancarai Nur. Pria ini mengatakan, memang kawasan pantai tersebut terkenal sebagai lokasi dunia gemerlap (Dugem) warga sekitar. Bahkan dia mengaku, harga ekstasi di sana lebih murah ketimbang harga di Kota Medan dan kota lainnya. “Ya, tiap malam di sini tempat dugem. Banyak cewek-ceweknya di sini kalau sudah malam,” ujar Nur.

Untuk narkoba, katanya, pengunjung membelinya dari seputaran pantai itu. “Harga ekstasi cuma Rp50 ribu, sabu juga murah. Belinya di dekat-dekat sinilah. Datanglah kalau malam, pasti ramai di sini,” pungkasnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Bea Cukai Heru Pambudi juga mengakui kalau Pantai Timur Sumatera paling rawan penyelundupan narkoba. Dia mengungkapkan, ada dua sektor yang dianggap rawan menjadi sasaran empuk bandar narkoba internasional. “Sektor Barat mulai Selat Malaka dengan Pantai Timurnya, di situ banyak pelabuhan tikus. Sektor Timur di bawah Filipina. Nah, itu yang antara Selat Karimata sampai sebelah Timur Bitung,” papar Heru.

Itulah mengapa pangkalan Bea Cukai ada dua, satu di Tanjungbalai Karimun di sektor Barat, dan satu lagi di sektor Timur. Sementara untuk pelabuhan tikus, kata dia, kebanyakan teridentifikasi di Pantai Timur Sumatera.

“Pantai timur Sumatera inilah yang kemudian kami anggap resikonya relatif leih tinggi. Untuk itu kita lakukan patroli dengan operasi gelar sandi sriwijaya. Paling rawan di sektor barat adalah Selat Malaka,” tukas dia. (dvs/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru