27.8 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Ribuan Ternak Babi Mati di Dairi Diserang Virus Hog Cholera

TIM GABUNGAN: Koordinator tim gabungan juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Posma Tua Manurung serta Kepala Dinas Pertania, Herlina Lumban Tobing memberikan keterangan pers terkait tindakan dilakukan Pemkab Dairi terhadap serangan penyakit ternak babi.
TIM GABUNGAN: Koordinator tim gabungan juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Posma Tua Manurung serta Kepala Dinas Pertania, Herlina Lumban Tobing memberikan keterangan pers terkait tindakan dilakukan Pemkab Dairi terhadap serangan penyakit ternak babi.
RUDY SITANGGANG/SUMUTPOS

Ribuan ternak babi yang mati di 13 Kecamatan di Kabupaten Dairi, ternyata dikarenakan serangan virus Hog Cholera.

Hal itu diungkapkan koordinator tim gabungan, juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi, Posma Tua Manurung dalam keterangan persnya mengatakan, hasil analisis serangan wabah penyakit ternak babi yang terjadi di 13 Kecamatan, diakibatkan adanya serangan virus Hog Cholera. Dan telah sesuai dari hasil pemeriksaan 12 sampel yang dilakukan Balai Veteriner Regional I Medan.

Dari pemeriksaan itu, 3 sampel dinyatakan positif Hog Cholera. Sedangkan 9 sampel masih masih dalam proses pemeriksaan lanjutan sebagai suspect African Swine Fever (ASF).

“Namun sampai saat ini, hasil pemeriksaan yang ke 9 sampel dimaksud belum ada dan kita masih menunggu hasilnya dari Kementerian Pertanian melalui Dirjen Peternakan,”terang Manurung.

Disampaikan Posma, ternak babi yang terserang virus pertama sekali diketahui paling banyak terjadi di Kecamatan Sidikalang. Diduga, penyebaran virus bersumber dari ternak babi yang masuk melalui transaksi jual beli ternak babi dari luar Dairi.

Pasalnya, menurut Posma, virus tersebut juga telah menyerang ternak babi di wilayah Medan, Deli Serdang, Humbahas, Tobasa, Samosir serta Tapanuli Utara. Posma juga menegaskan, untuk pencegahan dan penanggulangan, tim telah melakukan tindakan preventif yakni melaksanakan peningkatan biosecurity atau pencegahan dengan desinfeksi kandang dan vasinasi.

Melakukan pengambilan sampel darah dan organ untuk pemeriksaan laboratorium di Balai Veteriner Medan.

Selain itu, tim gabungan dari Dinas Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, PUPR, Satpol PP, BPBD serta Camat se Dairi, ini juga membuat imbauan kepada masyarakat melalui surat edaran.

Herlina menyampaikan, berdasarkan laporan PPL, akibat serangan penyakit itu jumlah ternak babi yang mati hingga, 17 Oktober 2019 sudah 1.004 ekor dengan nilai kerugian ditaksir sekitar Rp500 juta.

Posma mengatakan, untuk menekan dan meminimalisir perkembangan dan penyebaran wabah penyakit itu, masyarakat dihimbau untuk tidak sembarangan membuang bangkai ternak kealiran sungai maupun tempat terbuka.

Ditanya soal konvensasi kepada peternak yang mengalami kerugian akibat ternak babi mereka mati?

Posma dan Herlina mengaku belum ada konvensasi. Namun saat ini Pemkab Dairi sedang mengkaji apakah kejadian ini bisa dijadikan tanggap darurat karena kematian ternak itu sudah mewabah.”Yang jelas, Bupati Eddy KA Berutu terus berupaya bagaimana cara mengatasi permasalahan yang menimpa ternak babi masyarakat tersebut. Disebutkan Posma, Bupati hari ini bertolak ke Jakarta untuk menemui menteri Pertanian supaya pemerintah pusat memberikan atensi terhadap musibah dialami peternak babi, katannya.

Ditambahkannya, penyakit yang menyerang ternak babi saat ini merupakan penyakit yang tidak zoonosis atau tidak dapat menular ke manusia atau sebaliknya. “Bagi peternak yang tidak memiliki lahan untuk menguburnya, dapat melaporkan ke Pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup dengan menghubungi ke nomor telepon ini 081265568585,” ujar Posma. (rud/han)

TIM GABUNGAN: Koordinator tim gabungan juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Posma Tua Manurung serta Kepala Dinas Pertania, Herlina Lumban Tobing memberikan keterangan pers terkait tindakan dilakukan Pemkab Dairi terhadap serangan penyakit ternak babi.
TIM GABUNGAN: Koordinator tim gabungan juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Posma Tua Manurung serta Kepala Dinas Pertania, Herlina Lumban Tobing memberikan keterangan pers terkait tindakan dilakukan Pemkab Dairi terhadap serangan penyakit ternak babi.
RUDY SITANGGANG/SUMUTPOS

Ribuan ternak babi yang mati di 13 Kecamatan di Kabupaten Dairi, ternyata dikarenakan serangan virus Hog Cholera.

Hal itu diungkapkan koordinator tim gabungan, juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi, Posma Tua Manurung dalam keterangan persnya mengatakan, hasil analisis serangan wabah penyakit ternak babi yang terjadi di 13 Kecamatan, diakibatkan adanya serangan virus Hog Cholera. Dan telah sesuai dari hasil pemeriksaan 12 sampel yang dilakukan Balai Veteriner Regional I Medan.

Dari pemeriksaan itu, 3 sampel dinyatakan positif Hog Cholera. Sedangkan 9 sampel masih masih dalam proses pemeriksaan lanjutan sebagai suspect African Swine Fever (ASF).

“Namun sampai saat ini, hasil pemeriksaan yang ke 9 sampel dimaksud belum ada dan kita masih menunggu hasilnya dari Kementerian Pertanian melalui Dirjen Peternakan,”terang Manurung.

Disampaikan Posma, ternak babi yang terserang virus pertama sekali diketahui paling banyak terjadi di Kecamatan Sidikalang. Diduga, penyebaran virus bersumber dari ternak babi yang masuk melalui transaksi jual beli ternak babi dari luar Dairi.

Pasalnya, menurut Posma, virus tersebut juga telah menyerang ternak babi di wilayah Medan, Deli Serdang, Humbahas, Tobasa, Samosir serta Tapanuli Utara. Posma juga menegaskan, untuk pencegahan dan penanggulangan, tim telah melakukan tindakan preventif yakni melaksanakan peningkatan biosecurity atau pencegahan dengan desinfeksi kandang dan vasinasi.

Melakukan pengambilan sampel darah dan organ untuk pemeriksaan laboratorium di Balai Veteriner Medan.

Selain itu, tim gabungan dari Dinas Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, PUPR, Satpol PP, BPBD serta Camat se Dairi, ini juga membuat imbauan kepada masyarakat melalui surat edaran.

Herlina menyampaikan, berdasarkan laporan PPL, akibat serangan penyakit itu jumlah ternak babi yang mati hingga, 17 Oktober 2019 sudah 1.004 ekor dengan nilai kerugian ditaksir sekitar Rp500 juta.

Posma mengatakan, untuk menekan dan meminimalisir perkembangan dan penyebaran wabah penyakit itu, masyarakat dihimbau untuk tidak sembarangan membuang bangkai ternak kealiran sungai maupun tempat terbuka.

Ditanya soal konvensasi kepada peternak yang mengalami kerugian akibat ternak babi mereka mati?

Posma dan Herlina mengaku belum ada konvensasi. Namun saat ini Pemkab Dairi sedang mengkaji apakah kejadian ini bisa dijadikan tanggap darurat karena kematian ternak itu sudah mewabah.”Yang jelas, Bupati Eddy KA Berutu terus berupaya bagaimana cara mengatasi permasalahan yang menimpa ternak babi masyarakat tersebut. Disebutkan Posma, Bupati hari ini bertolak ke Jakarta untuk menemui menteri Pertanian supaya pemerintah pusat memberikan atensi terhadap musibah dialami peternak babi, katannya.

Ditambahkannya, penyakit yang menyerang ternak babi saat ini merupakan penyakit yang tidak zoonosis atau tidak dapat menular ke manusia atau sebaliknya. “Bagi peternak yang tidak memiliki lahan untuk menguburnya, dapat melaporkan ke Pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup dengan menghubungi ke nomor telepon ini 081265568585,” ujar Posma. (rud/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/