BOLEH saja memimpikan Danau Toba sebagai destinasi wisata level dunia, menggaet bule-bule datang menghamburkan dollar. Namun, tak bisa disepelekan potensi besar rupiah dari kantong wisatawan domestik. Kuncinya, perbanyak wahana permainan anak-anak.
Soetomo Samsu-Jakarta
Seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, setiap akhir pekan rata-rata 35 ribu pengunjung wisatawan domestik, yang mayoritas datang sekeluarga, memanjakan anak-anak menikmati sejumlah permainan. Mulai kereta gantung (skylift), Istana Anak-anak berupa bangunan mirip istana di dongeng Cinderella, Keong Mas, dan juga Snowbay Waterpark, yang memberikan sensasi petualangan air bagi anak-anak.
“Memang di sini banyak permainan anak-anak yang sangat diminati pengunjung, sepeda air, itu juga sangat diminati,” ujar Kepala Seksi Humas dan Informasi TMII Acep Sumarna kepada koran ini, kemarin (21/1).
Dengan rata-rata pengunjung 35 ribu setiap Sabtu dan Minggu, maka dalam satu hari saja, TMMI yang berisi 33 anjungan dari seluruh provinsi di Indonesia itu, mampu meraup Rp 350 juta. Ini dari tiket masuk saja, yang per kepala Rp 10 ribu. Untuk masuk ke setiap wahana permainan, tiketnya lain lagi.
“Di hari-hari tertentu, long weekend, libur panjang, Natal dan Tahun Baru, pengunjung sehari bisa mencapai 50 ribu,” ujar Acep.
Pengembangan Danau Toba, tampaknya, perlu belajar dari beberapa tempat wisata, seperti TMII itu. Sempat ada kabar, investor asal Austria berhasrat membangun sarana kereta gantung di kawasan Danau Toba. Namun, hingga saat ini belum terdengar kabar lanjutan.
Jika itu terealisasi, Danau Toba bakal menjadi destinasi wisata keluarga juga yang menarik kalangan domestik.
“Kereta gantung merupakan salah satu favorit pengunjung Taman Mini. Animo pengunjung sangat tinggi. Kalau sudah masuk Taman Mini, biasanya naik kereta gantung. Kereta gantung menjadi salah satu ikon kami, selain Keong Emas,” ujar Kepala Humas TMII Jerry Lahama.
Tiga stasiun kereta gantung, A, B dan C, yang berada di kawasan wisata rintisan Ibu Tien Soeharto itu tidak pernah sepi. Tiket per orang Rp 40 ribu.
Redy, anak buah Jerry, menambahkan, berdasar hasil amatannya, biasanya pengunjung TMII, begitu tiba langsung menuju lokasi kereta gantung, sekeluarga. Setelah itu, baru keliling.
Hal lain yang perlu dipikirkan sejak sekarang adalah soal kenyamanan. Jangan sampai begitu parkir, pengunjung Danau Toba sudah disambut preman-preman yang seenaknya saja pasang tarif parkir.
“Dulu pertama kali saya ke sini (TMII, red), tahun 1986, banyak sekali preman, sekarang tidak ada lagi,” ujar Asep. Setelah tak ada lagi preman berkeliaran di TMII, pengunjung naik drastis.
“Kuncinya koordinasi dengan kepolisian dan koramil, juga ketua RT/RW di sekitar sini. Setiap ada kegiatan, kita minta dari kelurahan mengirim hansip untuk ikut pengamanan. Ya itu tadi, kuncinya koordinasi dan sekaligus merangkul. Sekarang nyaman, tidak ada lagi preman-preman yang memalak pengunjung,” ujar Acep. (sam)