TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Kasus 19 warga keracunan setelah mengonsumsi tahu di tiga kelurahan yang ada di Tebingtinggi, membuat Dinas Kesehatan dan dinas terkait melakukan ispeksi mendadak ke pengolahan pabrik tahu di Jalan Prof Dr Hamka Kelurahan Bulian Kota Tebingtinggi, Kamis siang (21/5). Dan ditemukan kacang kedelai busuk dan berulat di sana.
”Ketika kita melakukan inspeksi ke pabrik pengolahan tahu, kita menemukan kacang kedelai busuk dan berulat di dalam tong, dan obat pelengket yang bertuliskan huruf China,” kata Suharni Lubis, Kabid Wabah dan Bencana Dinkes Kota Tebingtinggi, saat dikonfirmasi usai melakukan inspeksi, Kamis (21/5/2015). Pabrik itu dikunjungi setelah Dinkes meminta informasi kesejumlah pedagang yang menjual tahu di pasar-pasar tradisional di Kota Tebingtinggi, dari mana asal tahu tersebut dipasok.
Saat temuan tersebut dikonfirmasi Dinkes ke pegawai pabrik pengolahan tahu, para pegawai mengaku kedelai busuk itu adalah bahan baku untuk diolah menjadi pakan ternak dan gagal produksi.
“Kita mengambil sampel kedelai dan obat yang diduga pengawet untuk diteliti. Sejauh ini, zat beracun apa yang menyebabkan puluhan warga keracunan, belum bisa kami simpulkan,” kata Suharni.
Pihak pengelola pabrik tahu, Lina (40), mengaku tidak mengunakan zat-zat lainnya. Dia mengaku hanya menggunakan kacang kedelai dan obat untuk mengeraskan tahu. “Tidak tau pak. Kami hanya menggunakan bahan kacang kedelai saja,” terangnya sambil menyatakan, tahu yang masuk ke pasar tradisional di Kota Tebingtinggi bukan hanya dari pabrik mereka, tetapi juga dari pabrik tahu di Kota Medan. (ian)
TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Kasus 19 warga keracunan setelah mengonsumsi tahu di tiga kelurahan yang ada di Tebingtinggi, membuat Dinas Kesehatan dan dinas terkait melakukan ispeksi mendadak ke pengolahan pabrik tahu di Jalan Prof Dr Hamka Kelurahan Bulian Kota Tebingtinggi, Kamis siang (21/5). Dan ditemukan kacang kedelai busuk dan berulat di sana.
”Ketika kita melakukan inspeksi ke pabrik pengolahan tahu, kita menemukan kacang kedelai busuk dan berulat di dalam tong, dan obat pelengket yang bertuliskan huruf China,” kata Suharni Lubis, Kabid Wabah dan Bencana Dinkes Kota Tebingtinggi, saat dikonfirmasi usai melakukan inspeksi, Kamis (21/5/2015). Pabrik itu dikunjungi setelah Dinkes meminta informasi kesejumlah pedagang yang menjual tahu di pasar-pasar tradisional di Kota Tebingtinggi, dari mana asal tahu tersebut dipasok.
Saat temuan tersebut dikonfirmasi Dinkes ke pegawai pabrik pengolahan tahu, para pegawai mengaku kedelai busuk itu adalah bahan baku untuk diolah menjadi pakan ternak dan gagal produksi.
“Kita mengambil sampel kedelai dan obat yang diduga pengawet untuk diteliti. Sejauh ini, zat beracun apa yang menyebabkan puluhan warga keracunan, belum bisa kami simpulkan,” kata Suharni.
Pihak pengelola pabrik tahu, Lina (40), mengaku tidak mengunakan zat-zat lainnya. Dia mengaku hanya menggunakan kacang kedelai dan obat untuk mengeraskan tahu. “Tidak tau pak. Kami hanya menggunakan bahan kacang kedelai saja,” terangnya sambil menyatakan, tahu yang masuk ke pasar tradisional di Kota Tebingtinggi bukan hanya dari pabrik mereka, tetapi juga dari pabrik tahu di Kota Medan. (ian)