31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

PLTA Batangtoru Zero Tolerance terhadap Pengganggu Satwa Liar

Seekor Orangutan Sumatera tampak menggendong bayinya-Ilustrasi.

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Manajemen PLTA Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, menegaskan pihaknya menerapkan kebijakan zero tolerance kepada semua karyawan PLTA yang merusak, membawa, atau mengganggu tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, termasuk orangutan di lokasi pembangunan PLTA.

“PLTA Batang Toru bahkan telah melakukan aksi nyata mengadakan pelatihan untuk membentuk kader konservasi berbasis kearifan lokal masyarakat yang melibatkan BBKSDA Sumut dan tujuh desa sekitar area PLTA Batang Toru. Edukasi kepada masyarakat sekitar untuk melindungi satwa liar termasuk orangutan juga telah dilakukan melalui diskusi dan penyebaran flyer, ini penting sekali,” kata Firman Taufick, Director of Communications and External Affairs PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE), Kamis (11/7/2019). Hal itu disampaikannya menyikapi aksi penembakan terhadap Hope –satwa langka Orangutan yang dilindungi di Aceh.

Firman mengatakan menyesalkan penembakan itu, hanya gara-gara Hope mendatangi perkebunan sawit dan permukiman warga. Ia juga bersyukur, karena kini kondisi Hope sudah membaik pascamenjalani perawatan. “Upaya-upaya penyembuhan yang dilakukan BKSDA Aceh dan semua pihak menyelamatkan orangutan itu patut diapresiasi,” katanya.

Dia menilai, kearifan lokal penting ditumbuhkembangkan untuk menjaga satwa liar dilindungi agar tidak terjadi perburuan, apalagi sampai memperjualbelikan satwa liar seperti orangutan.

Ia menambahkan, pihaknya membentuk kader konservasi berbasis kearifan lokal masyarakat, agar masyarakat mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk berpartisipasi dalam keberlangsungan hidup Orangutan di Batangtoru.

“Cukup efektif di mana dari generasi ke generasi hidup berdampingan orangutan merupakan prinsip-prinsip yang akan diutamakan PLTA Batang Toru. Penguatan pemahaman dan keterampilan telah kita lakukan sejak Mei 2019,” jelasnya.

Menurut Firman, masyarakat salah satu elemen penting dalam perlindungan Orangutan, karena merekalah hari ke hari berinteraksi dengan Orangutan. (rel)

Seekor Orangutan Sumatera tampak menggendong bayinya-Ilustrasi.

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Manajemen PLTA Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, menegaskan pihaknya menerapkan kebijakan zero tolerance kepada semua karyawan PLTA yang merusak, membawa, atau mengganggu tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, termasuk orangutan di lokasi pembangunan PLTA.

“PLTA Batang Toru bahkan telah melakukan aksi nyata mengadakan pelatihan untuk membentuk kader konservasi berbasis kearifan lokal masyarakat yang melibatkan BBKSDA Sumut dan tujuh desa sekitar area PLTA Batang Toru. Edukasi kepada masyarakat sekitar untuk melindungi satwa liar termasuk orangutan juga telah dilakukan melalui diskusi dan penyebaran flyer, ini penting sekali,” kata Firman Taufick, Director of Communications and External Affairs PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE), Kamis (11/7/2019). Hal itu disampaikannya menyikapi aksi penembakan terhadap Hope –satwa langka Orangutan yang dilindungi di Aceh.

Firman mengatakan menyesalkan penembakan itu, hanya gara-gara Hope mendatangi perkebunan sawit dan permukiman warga. Ia juga bersyukur, karena kini kondisi Hope sudah membaik pascamenjalani perawatan. “Upaya-upaya penyembuhan yang dilakukan BKSDA Aceh dan semua pihak menyelamatkan orangutan itu patut diapresiasi,” katanya.

Dia menilai, kearifan lokal penting ditumbuhkembangkan untuk menjaga satwa liar dilindungi agar tidak terjadi perburuan, apalagi sampai memperjualbelikan satwa liar seperti orangutan.

Ia menambahkan, pihaknya membentuk kader konservasi berbasis kearifan lokal masyarakat, agar masyarakat mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk berpartisipasi dalam keberlangsungan hidup Orangutan di Batangtoru.

“Cukup efektif di mana dari generasi ke generasi hidup berdampingan orangutan merupakan prinsip-prinsip yang akan diutamakan PLTA Batang Toru. Penguatan pemahaman dan keterampilan telah kita lakukan sejak Mei 2019,” jelasnya.

Menurut Firman, masyarakat salah satu elemen penting dalam perlindungan Orangutan, karena merekalah hari ke hari berinteraksi dengan Orangutan. (rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/