31.7 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Sering Dimarahi, Siswa SMP Gantung Diri

BOSAR MALIGAS- Akibat sering dimarahi ibu kandungnya, Kiki Eka Oktavia (16)  siswa SMPN Bosar Maligas, warga Huta II, Nagori Pengkolan, Kecamatan Bosar Maligas, Simalungun berbuat nekad. Anak baru gede (ABG)itu gantung diri dengan menggunakan kain panjang di dalam kamar tidurnya, Kamis (20/12) sekira pukul 20.30 WIB.

Menurut infromasi yang dihimpun, Kiki sempat menulis surat wasiat yang ditujukan kepada ibunya yang isinya, “Kepada Orangtuaku Sayang” di akhir isi wasiat tertulis, “Aku diperlakukan seperti anak pungut”.

Diketahuinya, Kiki bunuh diri, saat adiknya, Alpin  pulang dan tidak melihat Kiki dan kedua orangtuanya. Alpin sempat curiga ketika melihat seluruh lampu rumahnya padam. Karena rasa penasaran itu, Alpin semakin berniat pulang walau kedua orangtuanya belum kembali.

Sampai di rumah, Alpin menyalakan seluruh lampu sembari memanggil si kakak, “Kak ki, kak ki. Kakak dimana?”. Biasanya kalau orangtua tidak di rumah, Kiki menonton televisi, tapi saat itu televisi tidak menyala.

Pencarian terus dilakukan dengan menelusuri seluruh ruangan yang ada di dalam rumah. Tiba di kamar depan, dimana ruang kamar tersebut tidak memiliki pintu hanya bermodalkan penutup gorden. Setelah membuka gorden, Alpin sontak terkejut melihat jasadya kakaknya tergantung.

Atas kejadian tersebut, Alpin berlari menuju rumah Chandra memberitahu kejadian. Kabar buruk menjalar di kampung, beberapa warga menuju rumah korban, sementara yang lain bergegas memberitahu Adi Retno ayah korban yang masih di tempat perwiritan dan warga lain menjemput Ida ibu korban yang bekerja di warung tempat Ratna. Disusul ayahnya, Adi yang sedang wirit.  Salah satu dari mereka ada juga yang melapor ke pihak kepolisian.

Keramaian terjadi, warga menyemut di rumah korban. Berselang waktu beberapa petugas personil Polsek Bosar Masligas terjun lokasi untuk melakukan olah Tempat kejadian perkara (TKP). Dari hasil olah TKP, petugas mengamankan barang bukti berupa, I lembar surat wasiat, 1 buah Hp merek Noika type 1280 warna orange, 1 potong kain panjang bermotif batik warna kuning, 1 potong celana pendek berwarna biru merah, 1 potong baju kaos lengan panjang biru merah, 1 potong pakaian dalam BH warna kuning, dan 1 potong celana dalam warna ungu bintik hitam.

Petugas sempat menawarkan kepada keluarga korban untuk melakukan visum, namun orangtua korban tidak setuju karena dianggap putri pertamanya itu meninggal murni karena gantung diri.

Ketika konfirmasi Metro dengan Kapolsek Bosar Maligas AKP Ramli Simanjorang melalui Kanit Reskrim Iptu Rahmat. Dia membenarkan adanya kasus bunuh diri di Huta II Nagori Pengkolan, Kecamatan Bosar Maligas. Siswa SMP kelas III, namun pihak keluarga tidak bersedia untuk melakukan visum. Untuk saat ini pihaknya sudah mengamankan beberapa barang bukti yang dikenakan korban. (mag-4)

BOSAR MALIGAS- Akibat sering dimarahi ibu kandungnya, Kiki Eka Oktavia (16)  siswa SMPN Bosar Maligas, warga Huta II, Nagori Pengkolan, Kecamatan Bosar Maligas, Simalungun berbuat nekad. Anak baru gede (ABG)itu gantung diri dengan menggunakan kain panjang di dalam kamar tidurnya, Kamis (20/12) sekira pukul 20.30 WIB.

Menurut infromasi yang dihimpun, Kiki sempat menulis surat wasiat yang ditujukan kepada ibunya yang isinya, “Kepada Orangtuaku Sayang” di akhir isi wasiat tertulis, “Aku diperlakukan seperti anak pungut”.

Diketahuinya, Kiki bunuh diri, saat adiknya, Alpin  pulang dan tidak melihat Kiki dan kedua orangtuanya. Alpin sempat curiga ketika melihat seluruh lampu rumahnya padam. Karena rasa penasaran itu, Alpin semakin berniat pulang walau kedua orangtuanya belum kembali.

Sampai di rumah, Alpin menyalakan seluruh lampu sembari memanggil si kakak, “Kak ki, kak ki. Kakak dimana?”. Biasanya kalau orangtua tidak di rumah, Kiki menonton televisi, tapi saat itu televisi tidak menyala.

Pencarian terus dilakukan dengan menelusuri seluruh ruangan yang ada di dalam rumah. Tiba di kamar depan, dimana ruang kamar tersebut tidak memiliki pintu hanya bermodalkan penutup gorden. Setelah membuka gorden, Alpin sontak terkejut melihat jasadya kakaknya tergantung.

Atas kejadian tersebut, Alpin berlari menuju rumah Chandra memberitahu kejadian. Kabar buruk menjalar di kampung, beberapa warga menuju rumah korban, sementara yang lain bergegas memberitahu Adi Retno ayah korban yang masih di tempat perwiritan dan warga lain menjemput Ida ibu korban yang bekerja di warung tempat Ratna. Disusul ayahnya, Adi yang sedang wirit.  Salah satu dari mereka ada juga yang melapor ke pihak kepolisian.

Keramaian terjadi, warga menyemut di rumah korban. Berselang waktu beberapa petugas personil Polsek Bosar Masligas terjun lokasi untuk melakukan olah Tempat kejadian perkara (TKP). Dari hasil olah TKP, petugas mengamankan barang bukti berupa, I lembar surat wasiat, 1 buah Hp merek Noika type 1280 warna orange, 1 potong kain panjang bermotif batik warna kuning, 1 potong celana pendek berwarna biru merah, 1 potong baju kaos lengan panjang biru merah, 1 potong pakaian dalam BH warna kuning, dan 1 potong celana dalam warna ungu bintik hitam.

Petugas sempat menawarkan kepada keluarga korban untuk melakukan visum, namun orangtua korban tidak setuju karena dianggap putri pertamanya itu meninggal murni karena gantung diri.

Ketika konfirmasi Metro dengan Kapolsek Bosar Maligas AKP Ramli Simanjorang melalui Kanit Reskrim Iptu Rahmat. Dia membenarkan adanya kasus bunuh diri di Huta II Nagori Pengkolan, Kecamatan Bosar Maligas. Siswa SMP kelas III, namun pihak keluarga tidak bersedia untuk melakukan visum. Untuk saat ini pihaknya sudah mengamankan beberapa barang bukti yang dikenakan korban. (mag-4)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/