31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Pengetatan Prokes Perjalanan Selama Nataru, Tidak Ada Putar Balik

SUMUTPOS.CO – Pemerintah tidak akan melakukan penyekatan atau putar balik bagi pelaku perjalanan saat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Namun, masyarakat diimbau dan diminta untuk tetap meningkatkan disiplin Protokol Kesehatan (Prokes) dalam mencegah penyebaran Covid-19.

PUSH-UP: Seorang warga dihukum push-up karena tidak memakai masker saat personel Polres Sergai melakukan operasi yustisi di lokasi wisata Pantai Cermin.

KEPALA Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Rusdi Hartono, menjelaskan dalam pengamanan Nataru, diterjunkan ratusan ribu personel gabungan. Namun begitu partisipasi masyarakat sebagai pelaku perjalanan juga sangat diharapkan supaya potensi lonjakan kasus yang biasanya mengiringi meningkatkan mobilitas warga, dapat ditekan. 

Rusdi mengatakan, untuk pengamanan Nataru, Polri telah rutin menggelar Operasi Lilin yang akan mulai berlangsung 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022. ”Dalam Operasi Lilin kami tidak bekerja sendiri, melainkan akan dibantu TNI, Pemda maupun mitra Polri lainnya,” sebut Rusdi dalam Dialog Produktif dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9)-KPCPEN, secara virtual, Rabu (22/12).

Untuk Operasi Lilin 2021 kali ini, sebut Rusdi, Polri akan menyiapkan 103.190 personel yang diharapkan cukup memadai untuk bisa mengamankan Nataru agar bisa berlangsung aman, damai dan sehat.

Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, kata Rusdi, pasca Nataru 2020 terjadi lonjakan Covid-19. Karena itu, pihaknya akan mengamankan kebijakan pemerintah terkait perjalanan akhir tahun di darat berdasarkan Surat Edaran No 109 tahun 2021. ”Ini akan kita amankan bersama instansi terkait lainnya, serta Inmendagri 66 tahun 2021 tentang pengetatan tempat-tempat yang diduga akan memunculkan kerumunan dan rentan penularan Covid-19 misalnya rumah ibadah, pusat perbelanjaan dan area wisata. Kami dari kepolisian dan instansi terkait lainnya akan amankan instruksi ini,” imbuh Rusdi. 

Untuk pengamanan Nataru 2021, pihak kepolisian akan menyiapkan 1.812 pos pengamanan (Pospam) dan 688 pos pelayanan. Pospam yang tersedia, dapat digunakan untuk check point bagi aktivitas masyarakat yang melakukan perjalanan darat, terkait pengawasan dan pengendalian Covid-19. ”Pada intinya kami siap. Pada 26 November 2021 telah dilakukan rapat koordinasi tingkat menteri di Mabes Polri dengan melibatkan pihak terkait untuk menyatukan persepsi agar penanganan Nataru berjalan aman, damai dan sehat,” ujarnya.

Rusdi mengatakan, bila ternyata pada pemeriksaan random sampling ada pelaku perjalanan yang belum divaksinasi lengkap, yang bersangkutan tidak akan diminta putar balik. ”Namun akan kami arahkan ke sentra vaksinasi untuk melakukan vaksinasi. Demikian juga saat ada tes acak ternyata menunjukkan hasil Antigen reaktif makan akan ditangani sesuai prosedur penanganan Covid-19,” ujarnya.

Pada kesempatan sama, Staf Khusus Bidang Komunikasi Menteri Perhubungan, Adita Irawati menyampaikan, aturan perjalanan yang ditetapkan sudah mengantisipasi berbagai dinamika belakangan ini. Di dalam negeri, kata Adita, angka penularan Covid-19 harian jauh lebih kecil dari beberapa bulan lalu. Ia menyoroti, belakangan ini pergerakan masyarakat cukup tinggi apalagi dengan adanya relaksasi.

 ”Namun di sisi lain, sejauh ini tidak ada lonjakan kasus. Oleh karena itu, untuk perjalanan domestik tidak ada penyekatan melainkan pengetatan protokol kesehatan untuk aktivitas masyarakat, misalnya pariwisata dibatasi aktivitasnya, yang tidak ada pengelola akan ditutup. Hulu dan hilir berjalan seiring mengantisipasi situasi yang berkembang,” tutur Adita.

Selain mematuhi syarat perjalanan seluruh moda transportasi kendaraan umum atau pribadi (wajib vaksin lengkap, hasil negatif tes Antigen 1×24 jam dan menggunakan aplikasi PeduliLindungi), Adita mengingatkan agar masyarakat bersikap bijaksana dalam menetapkan agenda bepergian. “Umumnya mobilitas dapat meningkatkan kasus meskipun sampai sejauh ini data belum menunjukkan hal itu. Namun kita harus hati-hati menghadapi berbagai kemungkinan,” ujar Adita.

Dia menambahkan, pada prinsipnya kapasitas moda transportasi tidak terlalu berbeda dari sebelumnya hanya pengetatan protokol kesehatan dan lebih tegas di lapangan dan dilakukan dengan cara-cara humanis. “Tidak akan ada penyekatan namun pengetatan prokes. Kami batasi di hulunya, masyarakat pergi ada tujuannya. Yang kita identifikasi masyarakat melakukan liburan untuk tujuan wisata. Yang menjadi perhatian adalah potensi penumpukan di kawasan wisata khususnya yang tidak ada pengelolanya, misalnya wisata alam. Ini akan kita batasi. Sedangkan di hilir, saat masyarakat sudah melakukan perjalanan, maka prokes akan diketatkan dengan pengawasan melekat, termasuk ada pos untuk random checking guna memastikan masyarakat penuhi aspek keselamatan, termasuk kelaikan kendaraan,” tutur Adita.

Dia menambahkan, agar berjalan lancar perlu ada kolaborasi antar kementerian dan lembaga dan partisipasi masyarakat dibutuhkan, karena tujuannya adalah agar masyarakat melakukan mobilitas tanpa khawatir. ”Masyarakat harus mau bekerja sama untuk kepentingan bersama,” ajak Adita.

Saat ini, ujarnya, Kemenhub belum memiliki data terkait kemungkinan adanya transmisi di moda transportasi. “Yang ada adalah penularan terjadi pada aktivitas di luar moda transportasi selama pandemi, karena umumnya mereka yang melakukan perjalanan umumnya sudah diskrining kesehatan, termasuk tes Antigen, apalagi sudah ada vaksinasi,” ujar Adita.

Hal ini dikatakannya harus ditangkap sebagai momentum yang harus dipertahankan, agar moda transportasi tetap tidak menjadi tempat transmisi virus. Sedangkan untuk menghindari transmisi lokal, Adita berpesan agar masyarakat patuh prokes 5M, karena hal tersebut adalah keharusan pada saat ini.

Menanggapi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait perjalanan selama Nataru, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Agus Taufik Mulyono menyambut baik. ”Masyarakat Transportasi Indonesia setuju dan mendukung Surat Edaran No 109 tahun 2021 tentang pengaturan perjalanan darat dalam rangka Nataru. Tidak ada alasan masyarakat untuk tidak menerima peraturan itu karena tujuannya untuk menyelamatkan jiwa dan meningkatkan produktivitas hidup,” ujarnya.

Agus menekankan, penyadaran masyarakat dalam mematuhi aturan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau daerah namun jadi tanggung jawab bersama. “Intinya, rakyat harus paham kalau diatur untuk sehat. Kita harus waspada agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Agus.

Pemerintah pusat, kata Agus, telah menetapkan aturan perjalanan dari simpul utama ke simpul utama perjalanan. Berdampingan dengan hal tersebut, perlu pula diterapkan pengaturan terkait mobilitas lokal di tempat tujuan, guna menghindari terjadinya transmisi lokal. Untuk itu, Agus menekankan pentingnya sinkronisasi kebijakan antara pusat dan daerah. “Secara umum masyarakat sudah divaksin namun jika tidak taat prokes bisa menyusahkan orang lain. Karenanya, jangan ragu untuk saling mengingatkan orang lain yang tidak patuh prokes atau berkerumun agar transmisi lokal bisa dicegah,” pungkasnya.

Konvoi Bakal Ditindak

Polda Sumut melarang masyarakat melakukan pawai atau konvoi pada malam Tahun Baru 2022. Hal ini dikarenakan situasi masih diselimuti Pandemi Covid-19. Apabila ada masyarakat yang tetap nekat menggelar pawai atau konvoi, Polda Sumut akan memberikan tindakan tegas.

“Kita tidak memberikan izin perhelatan pawai yang mengundang kerumunan, sehingga dapat menciptakan klaster baru Covid-19 saat Perayaan Nataru,” tegas Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak melalui Kabid Humas Kombes Pol Hadi Wahyudi, Rabu (22/12).

Hadi mengimbau kepada masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan (Prokes) dengan ketat, memakai masker, jaga jarak serta tidak berkerumunan. “Imbauan Prokes ini disampaikan dengan ditingkatkannya Operasi Yustisi menjelang Natal dan Tahun Baru, dalam upaya menekan penyebaran Covid-19,” jelasnya.

Dikatakannya, Polda Sumut akan menempatkan personel di setiap gereja dan obyek vital untuk melakukan pengamanan, serta meminta pihak gereja agar membagi jadwal ibadah, mematuhi kapasitas gereja tidak lebih dari 50 persen, kapasitas tempat wisata 50 persen, kapasitas mal, tempat hiburan, dan rumah makan juga 50 persen. “Polda Sumut dan Kodam I Bukit Barisan terus membangun koordinasi dengan para pengurus gereja, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda untuk mendukung pengamanan saat Natal nanti,” pungkasnya.

Sebelumnya, Hadi mengungkapkan, untuk pengamanan Nataru, Polda Sumut gabungan akan mempersiapkan sedikitnya 11.456 personel. Selain itu 121 Pos Pengamanan (Pospam) terpadu dan 102 Check Point juga akan disiapkan, baik di antar provinsi dan kabupaten/ kota di Sumut. (gus/dwi)

SUMUTPOS.CO – Pemerintah tidak akan melakukan penyekatan atau putar balik bagi pelaku perjalanan saat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Namun, masyarakat diimbau dan diminta untuk tetap meningkatkan disiplin Protokol Kesehatan (Prokes) dalam mencegah penyebaran Covid-19.

PUSH-UP: Seorang warga dihukum push-up karena tidak memakai masker saat personel Polres Sergai melakukan operasi yustisi di lokasi wisata Pantai Cermin.

KEPALA Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Rusdi Hartono, menjelaskan dalam pengamanan Nataru, diterjunkan ratusan ribu personel gabungan. Namun begitu partisipasi masyarakat sebagai pelaku perjalanan juga sangat diharapkan supaya potensi lonjakan kasus yang biasanya mengiringi meningkatkan mobilitas warga, dapat ditekan. 

Rusdi mengatakan, untuk pengamanan Nataru, Polri telah rutin menggelar Operasi Lilin yang akan mulai berlangsung 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022. ”Dalam Operasi Lilin kami tidak bekerja sendiri, melainkan akan dibantu TNI, Pemda maupun mitra Polri lainnya,” sebut Rusdi dalam Dialog Produktif dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9)-KPCPEN, secara virtual, Rabu (22/12).

Untuk Operasi Lilin 2021 kali ini, sebut Rusdi, Polri akan menyiapkan 103.190 personel yang diharapkan cukup memadai untuk bisa mengamankan Nataru agar bisa berlangsung aman, damai dan sehat.

Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, kata Rusdi, pasca Nataru 2020 terjadi lonjakan Covid-19. Karena itu, pihaknya akan mengamankan kebijakan pemerintah terkait perjalanan akhir tahun di darat berdasarkan Surat Edaran No 109 tahun 2021. ”Ini akan kita amankan bersama instansi terkait lainnya, serta Inmendagri 66 tahun 2021 tentang pengetatan tempat-tempat yang diduga akan memunculkan kerumunan dan rentan penularan Covid-19 misalnya rumah ibadah, pusat perbelanjaan dan area wisata. Kami dari kepolisian dan instansi terkait lainnya akan amankan instruksi ini,” imbuh Rusdi. 

Untuk pengamanan Nataru 2021, pihak kepolisian akan menyiapkan 1.812 pos pengamanan (Pospam) dan 688 pos pelayanan. Pospam yang tersedia, dapat digunakan untuk check point bagi aktivitas masyarakat yang melakukan perjalanan darat, terkait pengawasan dan pengendalian Covid-19. ”Pada intinya kami siap. Pada 26 November 2021 telah dilakukan rapat koordinasi tingkat menteri di Mabes Polri dengan melibatkan pihak terkait untuk menyatukan persepsi agar penanganan Nataru berjalan aman, damai dan sehat,” ujarnya.

Rusdi mengatakan, bila ternyata pada pemeriksaan random sampling ada pelaku perjalanan yang belum divaksinasi lengkap, yang bersangkutan tidak akan diminta putar balik. ”Namun akan kami arahkan ke sentra vaksinasi untuk melakukan vaksinasi. Demikian juga saat ada tes acak ternyata menunjukkan hasil Antigen reaktif makan akan ditangani sesuai prosedur penanganan Covid-19,” ujarnya.

Pada kesempatan sama, Staf Khusus Bidang Komunikasi Menteri Perhubungan, Adita Irawati menyampaikan, aturan perjalanan yang ditetapkan sudah mengantisipasi berbagai dinamika belakangan ini. Di dalam negeri, kata Adita, angka penularan Covid-19 harian jauh lebih kecil dari beberapa bulan lalu. Ia menyoroti, belakangan ini pergerakan masyarakat cukup tinggi apalagi dengan adanya relaksasi.

 ”Namun di sisi lain, sejauh ini tidak ada lonjakan kasus. Oleh karena itu, untuk perjalanan domestik tidak ada penyekatan melainkan pengetatan protokol kesehatan untuk aktivitas masyarakat, misalnya pariwisata dibatasi aktivitasnya, yang tidak ada pengelola akan ditutup. Hulu dan hilir berjalan seiring mengantisipasi situasi yang berkembang,” tutur Adita.

Selain mematuhi syarat perjalanan seluruh moda transportasi kendaraan umum atau pribadi (wajib vaksin lengkap, hasil negatif tes Antigen 1×24 jam dan menggunakan aplikasi PeduliLindungi), Adita mengingatkan agar masyarakat bersikap bijaksana dalam menetapkan agenda bepergian. “Umumnya mobilitas dapat meningkatkan kasus meskipun sampai sejauh ini data belum menunjukkan hal itu. Namun kita harus hati-hati menghadapi berbagai kemungkinan,” ujar Adita.

Dia menambahkan, pada prinsipnya kapasitas moda transportasi tidak terlalu berbeda dari sebelumnya hanya pengetatan protokol kesehatan dan lebih tegas di lapangan dan dilakukan dengan cara-cara humanis. “Tidak akan ada penyekatan namun pengetatan prokes. Kami batasi di hulunya, masyarakat pergi ada tujuannya. Yang kita identifikasi masyarakat melakukan liburan untuk tujuan wisata. Yang menjadi perhatian adalah potensi penumpukan di kawasan wisata khususnya yang tidak ada pengelolanya, misalnya wisata alam. Ini akan kita batasi. Sedangkan di hilir, saat masyarakat sudah melakukan perjalanan, maka prokes akan diketatkan dengan pengawasan melekat, termasuk ada pos untuk random checking guna memastikan masyarakat penuhi aspek keselamatan, termasuk kelaikan kendaraan,” tutur Adita.

Dia menambahkan, agar berjalan lancar perlu ada kolaborasi antar kementerian dan lembaga dan partisipasi masyarakat dibutuhkan, karena tujuannya adalah agar masyarakat melakukan mobilitas tanpa khawatir. ”Masyarakat harus mau bekerja sama untuk kepentingan bersama,” ajak Adita.

Saat ini, ujarnya, Kemenhub belum memiliki data terkait kemungkinan adanya transmisi di moda transportasi. “Yang ada adalah penularan terjadi pada aktivitas di luar moda transportasi selama pandemi, karena umumnya mereka yang melakukan perjalanan umumnya sudah diskrining kesehatan, termasuk tes Antigen, apalagi sudah ada vaksinasi,” ujar Adita.

Hal ini dikatakannya harus ditangkap sebagai momentum yang harus dipertahankan, agar moda transportasi tetap tidak menjadi tempat transmisi virus. Sedangkan untuk menghindari transmisi lokal, Adita berpesan agar masyarakat patuh prokes 5M, karena hal tersebut adalah keharusan pada saat ini.

Menanggapi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait perjalanan selama Nataru, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Agus Taufik Mulyono menyambut baik. ”Masyarakat Transportasi Indonesia setuju dan mendukung Surat Edaran No 109 tahun 2021 tentang pengaturan perjalanan darat dalam rangka Nataru. Tidak ada alasan masyarakat untuk tidak menerima peraturan itu karena tujuannya untuk menyelamatkan jiwa dan meningkatkan produktivitas hidup,” ujarnya.

Agus menekankan, penyadaran masyarakat dalam mematuhi aturan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau daerah namun jadi tanggung jawab bersama. “Intinya, rakyat harus paham kalau diatur untuk sehat. Kita harus waspada agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Agus.

Pemerintah pusat, kata Agus, telah menetapkan aturan perjalanan dari simpul utama ke simpul utama perjalanan. Berdampingan dengan hal tersebut, perlu pula diterapkan pengaturan terkait mobilitas lokal di tempat tujuan, guna menghindari terjadinya transmisi lokal. Untuk itu, Agus menekankan pentingnya sinkronisasi kebijakan antara pusat dan daerah. “Secara umum masyarakat sudah divaksin namun jika tidak taat prokes bisa menyusahkan orang lain. Karenanya, jangan ragu untuk saling mengingatkan orang lain yang tidak patuh prokes atau berkerumun agar transmisi lokal bisa dicegah,” pungkasnya.

Konvoi Bakal Ditindak

Polda Sumut melarang masyarakat melakukan pawai atau konvoi pada malam Tahun Baru 2022. Hal ini dikarenakan situasi masih diselimuti Pandemi Covid-19. Apabila ada masyarakat yang tetap nekat menggelar pawai atau konvoi, Polda Sumut akan memberikan tindakan tegas.

“Kita tidak memberikan izin perhelatan pawai yang mengundang kerumunan, sehingga dapat menciptakan klaster baru Covid-19 saat Perayaan Nataru,” tegas Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak melalui Kabid Humas Kombes Pol Hadi Wahyudi, Rabu (22/12).

Hadi mengimbau kepada masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan (Prokes) dengan ketat, memakai masker, jaga jarak serta tidak berkerumunan. “Imbauan Prokes ini disampaikan dengan ditingkatkannya Operasi Yustisi menjelang Natal dan Tahun Baru, dalam upaya menekan penyebaran Covid-19,” jelasnya.

Dikatakannya, Polda Sumut akan menempatkan personel di setiap gereja dan obyek vital untuk melakukan pengamanan, serta meminta pihak gereja agar membagi jadwal ibadah, mematuhi kapasitas gereja tidak lebih dari 50 persen, kapasitas tempat wisata 50 persen, kapasitas mal, tempat hiburan, dan rumah makan juga 50 persen. “Polda Sumut dan Kodam I Bukit Barisan terus membangun koordinasi dengan para pengurus gereja, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda untuk mendukung pengamanan saat Natal nanti,” pungkasnya.

Sebelumnya, Hadi mengungkapkan, untuk pengamanan Nataru, Polda Sumut gabungan akan mempersiapkan sedikitnya 11.456 personel. Selain itu 121 Pos Pengamanan (Pospam) terpadu dan 102 Check Point juga akan disiapkan, baik di antar provinsi dan kabupaten/ kota di Sumut. (gus/dwi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/