BERASTAGI, SUMUTPOS.CO – Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan rombongan ke lokasi pengungsian bencana alam letusan Gunung Sinabung, Kamis (23/1) siang, diwarnai fenomena mengejutkan. Setelah dihebohkan dengan turunnya dua ekor kambing hutan Sumatera, kali ini giliran warga Desa Doulu, Kec. Berastagi yang digegerkan oleh seekor ular pyton (Sawa Batik).
Berkaitan atau tidak, tapi yang pasti ular sepanjang 6 meter itu memilih melintang di jalan raya tak lama pasca rombongan SBY melintas di Jl. Medan – Berastagi Km 54, Desa Doulu, Kec. Berastagi. Padahal, puluhan tahun menetap di desa itu, warga mengaku tak pernah melihat pemandangan ‘janggal’ tersebut.
Ular tersebut pertama kali mengejutkan beberapa pengendara sepeda motor yang hendak melintas. Spontan para pengendara itu ngerem mendadak dan memberitau warga sekitar, hingga ular tersebut berhasil ditangkap dan dipindahkan dari jalan raya.
“Tadi ada pengendara yang kasi tau kalau ada ular menutupi jalan. Langsunglah kami kesana dan mengangkap ular itu,” ujar Pramudi Bangun, warga Desa Doulu.
Dikisahkan Bangun, ular tersebut menutupi jalan rayatak lama pasca SBY dan rombongan melintas disitu. “Siang itu kami dan warga memang sengaja menunggu kedatangan SBY bang. Ini kami sudah siapkan spanduk,” ucapnya sembari menunjukkan spanduk bergambar SBY yang bertuliskan, “Mejuah – juah!! Selamat Datang Bapak Presiden Beserta Rombongan di Taneh Turang Tanah Karo Simalem, Kehadiran Bupati Karo Kami Tolak”.
Bangun dan puluhan warga sekitar meyakini ular tersebut bukan berasal dari Gunung Sibayak, melainkan dari kawasan hutan Desa Doulu. “Ular itu bukan berasal dari Sibayak bang, melainkan dari kawasan hutan sekitar sini. Memang hutannya masih banyak yang perawan, ataupun belum dijamah. Tapi peristiwa seperti ini baru kali ini kami lihat,” ujarnya.
Saat ditanya apakah ada pengaruh aktivitas vulkanologi Sinabung dengan Siabayak, Pramudi beserta warga mengaku, hingga kini belum ada efek yang ditimbulkan. Bahkan sumber mata air panas, Lau Debuk –debuk juga sampai saat tingkat suhu airnya masih normal. “Sampai saat ini belum ada pengaruh dari erupsi Gunung Sinabung ke Sibayak. Hanya saja yang kita bingungkan mengapa pada saat SBY mau melintas, ular tersebut keluar dari hutan dan melintang di jalan. Apa hewan melata itu mau menyapa pak presiden kita itu kali ya,” kata Pramudi sembari tersenyum.
Sementara itu, sejak pagi di sejumlah titik Kota Berastagi telah dipadati ratusan warga, mulai dari anak – anak hingga orang dewasa. Mereka tampak bersemangat dan antusias menyambut kedatangan Presiden SBY.
Sedang, pasca SBY tiba, erupsi Gunung Sinabung masih belum memperlihatkan penurunan. Data yang diperoleh dari Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sampai pukul 17.00 WIB, telah terjadi 10 kali erupsi disertai luncuran awan panas dan guguran lava pijar.
“Ketinggian kolom debu erupsi pada hari ini 1.000 – 3.000 meter ke arah Timur – Tenggara. Sedangkan, luncuran awan panas setinggi 500 – 4.500 meter mengarah ke lereng Tenggara – Selatan dan guguran lava pijar teramati lebih kurang 2.000 meter mengarah ke lereng Tenggara,” papar Windi Cahya, petugas PPGA Sinabung. Dikatakannya, hingga saat ini aktivitas kegempaan dan tremor Sinabung masih sangat tinggi. Karena itu, ia mengimbau masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan.
PENGUNGSI MINTA PERHATIAN
Pantauan di Kota Kabanjahe, ribuan warga Kab. Taneh Karo tampak antusias menyambut kedatangan Presiden SBY. Sejak pagi, ribuan warga pengungsi sudah memadati areal gedung DPRD Kab. Tanah Karo di Jl. Veteran, Kec. Kabanjahe. Jibunan warga ini sempat memacetkan jalan raya.
Saat ditemui, salah seorang warga bernama Marni br Ginting (52), warga Desa Berastepu yang mengungsi di Posko GBKP Klasis Kabanjahe, Jl. Garamata, Kec. Kabanjahe meminta pemerintah Indonesia lebih memperhatikan nasib semua pengungsi. Sebab, selama ini mereka hanya diperhatikan oleh Gereja GBKP saja. “Kita minta supaya kita ini yang njadi korban erupsi Gunung Sinabung lebih diperhatikan. Sebab, selama ini hanya Gereja GBKP saja yang memperhatikan kami,” ucapnya.
Lebih lanjut, ibu 4 orang anak ini meminta erupsi Gunung Sinabung dijadikan sebagai bencana nasional. Sebab, sudah hampir 4 bulan terakhir ini mereka tidak dapat bekerja seperti biasanya. “Kebun kami sudah pada rusak. Maka itu kami minta supaya pemerintah memperhatikan kami. Disamping itu juga, kami minta supaya biaya sekolah anak-anak kami digratiskan. Soalnya, sudah tak ada lagi yang kami kerjakan,” pintanya yang diamini warga lain.
Terpisah, dalam pidatonya Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pihaknya sudah menyiapkan konsep dalam penanganan bencana. “Sebelum berangkat, saya sudah memiliki konsep. Insya Allah besok pagi (Jumat pagi) saya tetapkan,” ucapnya.
Dirinya beralasan masih membutuhkan masukan dari kunjungan di beberapa lokasi pengungsian yang disinggahinya. Selain itu, presiden akan menggelar rapat khusus membahas penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung ini bersama Gubernur Sumatera Utara H Gatot Pujo Nugroho, Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi dan para menteri beserta Kapolri, Jendral Pol Sutarman dan Panglima Jendral TNI, Moeldoko. Rapat ini lanjutnya, akan digelar di Posko Pengungsi Gereja St Petrus Paulus, Jl. Irian Barat, Kabanjahe, sekaligus tempat persiden SBY beserta rombongan menginap bersama para pengungsi.
Dalam kunjungannya tersebut, SBY juga meninjau 3 lokasi posko pengungsian diantaranya, Posko Pengungsian Mesjid Agung Kabanjahe, GBKP Asrama Kodim dan Posko Gereja St Petrus dan Paulus (Paroki). Sambil mendampingi Presiden berdialog dengan pengungsi, Gubernur Sumatera Utara H Gatot Pujo Nugroho secara khusus meminta agar pemerintah pusat segera membantu penyediaan hunian sementara dan relokasi bagi 3.437 warga dari beberapa desa yang masuk 3 km sekitar Gunung Sinabung.
“Yang paling mendesak adalah relokasi bagi warga yang tinggal di radius 3 kilometer dari Gunung Sinabung. Jumlah mereka sebanyak 3.437 jiwa atau 921 KK yang berasal dari 5 desa,” ujarnya. Selain dampak pengungsian, Gatot juga melaporkan erupsi selama 4 bulan terakhir telah menimbulkan kerugian material bagi masyarakat.
Abu vulkanik, ujarnya, telah mengakibatkan kerusakan lahan pertanian tanaman pangan seluas 1.837 hektar, hortikultura seluas 5.716 hektar, tanaman buah seluas 1.630 dan tanaman bio farmaka seluas 1,7 hektar, serta tanaman perkebunan seluas 2.856 hektar. Selain itu, infrastruktur jalan, gedung sekolah, pemukiman masyarakat, rumah ibadah juga mengalami kerusakan berat sedang dan ringan berjumlah lebih kurang 1.288 unit. Pemkab Karo memprediksi kerugian materil akibat bencana ini mencapai Rp 1 triliun.
Kunjungan SBY ke Kabanjahe merupakan yang kedua kalinya setelah kunjungan pada tahun 2010 lalu. Menurut SBY, sejak tahun 2010 dirinya sudah 21 kali meninjau lokasi bencana, dan khusus bagi Gunung Sinabung ini adalah yang kedua kalinya. Dalam melakukan kunjungannya ini, SBY didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan anaknya yang menjabat Sekjend DPP Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono dan beberapa menteri dari Kabninet Bersatu Jilid II serta Kapolri, Jendral Pol Sutarman dan Panglima Jendral TNI, Moeldoko. (riz/ind/bay/deo)