Rivalitas dengan Gubsu
Menurut Pengamat Politik Dadang Darmawan, pindahnya Tengku Erry dari Partai Golkar ke Partai NasDem bisa dikarenakan beberapa faktor pengalaman, yakni dukungan partai, posisi tawar dan mempertegas rivalitas.
Soal dukungan, Dadang menyebutkan jika selama ini, Tengku Erry tidak didukung penuh oleh Golkar sebagai Wakil Gubernur Sumut. “Meskipun dia kader Golkar, tetapi tidak di-backup secara politik oleh partainya. Kedua, ini upaya untuk memperkuat posisi tawar politik berkaitan soal rivalitras dengan Gatot Pujo Nugroho (Gubernur) sendiri,” katanya.
Dengan posisi seperti ini, sangat wajar jika Tengku Erry sebagai Wakil Gubernur yang tidak didukung partainya, kemudian memilih loncat ke partai lain. Dengan begitu, ia dapat membangun kekuatan politik sendiri di Sumut melalui ‘kendaraan’ baru pimpinan Surya Paloh itu.
“Yang ketiga, Partai NasDem ini kan partai pemenang (pendukung pemerintah). Sehingga akan menguntungkan dan menambah nilai tawar politik Tengku Erry,” katanya.
Dengan keputusan ini, lanjut Dadang, Tengku Erry bisa membangun kekuatannya sendiri di NasDem. Ini juga dapat dikatakan sebagai bentuk sikap kecewa terhadap Golkar yang justru lebih condong mendukung Gatot yang bukan kader partai. “Namanya juga politik, tentu kalau kepentingannya nyambung, pasti dipilih. Setidaknya ini kan menambah posisi tawar Tengku Erry,” pungkasnya. (bal/rbb)