29 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Edy-Ijeck 25,8%; Djarot-Sihar 26%

Menyikapi hasil survei Indo Barometer, Wakil Ketua Tim Pemenangan ERAMAS, Irham Buana mengatakan, dengan jumlah responden 800 orang masih terbilang kecil dan belum mengakomodir pendapat masyarakat Sumut secara keseluruhan. “Hal pertama bahwa Pilkada adalah realitas politik, bukan semata-mata kajian akademik. Sehingga kalau kita lihat dari sisi realitas politik, kemudian dilihat dari lembaga survei lain mendampingi Edy-Ijeck itu justru lebih unggul dibanding calon lain. Dan itu justru signifikan,” katanya.

Pihaknya mengakui, adapun yang perlu dikaji lebih lanjut oleh Indo Barometer sebelum melakukan survei yaitu, melihat view politik dan sosial politik di Sumut. Sebab, iklim di Sumut berbeda dari daerah lain, dimana begitu kaya akan keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan. “Sumut itu multi etnik, multi wilayah dan multi kultur. Pertanyaannya apakah sebaran survei yang dilakukan sudah menyeluruh antarwilayah. Kalau kemudian ditanya pada daerah tertentu berdasarkan etnik dan keyakinan, itu menjadi benar,” katanya.

Hal kedua disebut Irham, harus dilihat apakah survei ini dilakukan pada strata masyarakat mana. Apakah masyarakat kota, desa atau urban lain. “Setidaknya hasil survei menjadi referensi. Tetapi tidak menjadi satu-satunya sumber yang bisa dipakai untuk menyatakan satu calon lebih unggul dibanding calon yang lain,” katanya.

Pihaknya tetap berkeyakinan, sampai kini survei yang dilakukan beberapa lembaga survei atas elektabilitas Edy-Ijeck, masih unggul dan dominan dari pasangan Djarot-Sihar. “Artinya masih diangka 10 sampai 15 persen. Ya sangat tajam jaraknya. Sehingga menurut kami apa yang dirilis Indo Barometer, tidak menjadi gambarn sesungguhnya dari pilihan masyarakat Sumut,” katanya.

Sementara Ketua Bidang Kampanye Pasangan Djoss, Jumiran Abdi menyambut suka cita hasil survei elektabilitas Djarot-Sihar yang mengungguli Eramas sesuai versi Indo Barometer. “Cuma bisa katakan Alhamdulillah, bahwa hasil survei untuk Djarot-Sihar ternyata lebih tinggi. Semoga hasil ini bisa sampai 27 Juni mendatang disaat hari pencoblosan,” katanya.

Jumiran tidak mengetahui ada survei yang dilakukan Indo Barometer untuk Pilgubsu ini. Namun setahu dia, pihaknya memang ada memakai sejumlah lembaga survei lain guna melihat grafik elektabilitas Djarot-Sihar. “Tapi saya pribadi memang gak suka melihat itu (hasil survei). Takut terbuai. Mending fokus saja bekerja sampai hari H semoga hasilnya tetap tertinggi,” katanya. (prn)

Menyikapi hasil survei Indo Barometer, Wakil Ketua Tim Pemenangan ERAMAS, Irham Buana mengatakan, dengan jumlah responden 800 orang masih terbilang kecil dan belum mengakomodir pendapat masyarakat Sumut secara keseluruhan. “Hal pertama bahwa Pilkada adalah realitas politik, bukan semata-mata kajian akademik. Sehingga kalau kita lihat dari sisi realitas politik, kemudian dilihat dari lembaga survei lain mendampingi Edy-Ijeck itu justru lebih unggul dibanding calon lain. Dan itu justru signifikan,” katanya.

Pihaknya mengakui, adapun yang perlu dikaji lebih lanjut oleh Indo Barometer sebelum melakukan survei yaitu, melihat view politik dan sosial politik di Sumut. Sebab, iklim di Sumut berbeda dari daerah lain, dimana begitu kaya akan keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan. “Sumut itu multi etnik, multi wilayah dan multi kultur. Pertanyaannya apakah sebaran survei yang dilakukan sudah menyeluruh antarwilayah. Kalau kemudian ditanya pada daerah tertentu berdasarkan etnik dan keyakinan, itu menjadi benar,” katanya.

Hal kedua disebut Irham, harus dilihat apakah survei ini dilakukan pada strata masyarakat mana. Apakah masyarakat kota, desa atau urban lain. “Setidaknya hasil survei menjadi referensi. Tetapi tidak menjadi satu-satunya sumber yang bisa dipakai untuk menyatakan satu calon lebih unggul dibanding calon yang lain,” katanya.

Pihaknya tetap berkeyakinan, sampai kini survei yang dilakukan beberapa lembaga survei atas elektabilitas Edy-Ijeck, masih unggul dan dominan dari pasangan Djarot-Sihar. “Artinya masih diangka 10 sampai 15 persen. Ya sangat tajam jaraknya. Sehingga menurut kami apa yang dirilis Indo Barometer, tidak menjadi gambarn sesungguhnya dari pilihan masyarakat Sumut,” katanya.

Sementara Ketua Bidang Kampanye Pasangan Djoss, Jumiran Abdi menyambut suka cita hasil survei elektabilitas Djarot-Sihar yang mengungguli Eramas sesuai versi Indo Barometer. “Cuma bisa katakan Alhamdulillah, bahwa hasil survei untuk Djarot-Sihar ternyata lebih tinggi. Semoga hasil ini bisa sampai 27 Juni mendatang disaat hari pencoblosan,” katanya.

Jumiran tidak mengetahui ada survei yang dilakukan Indo Barometer untuk Pilgubsu ini. Namun setahu dia, pihaknya memang ada memakai sejumlah lembaga survei lain guna melihat grafik elektabilitas Djarot-Sihar. “Tapi saya pribadi memang gak suka melihat itu (hasil survei). Takut terbuai. Mending fokus saja bekerja sampai hari H semoga hasilnya tetap tertinggi,” katanya. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/