25.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Harga Tomat Anjlok, Petani di Karo Menjerit

Foto: Solideo/Sumut Pos
Salah satu ladang tomat petani di Karo yang sedang panen.

KARO, SUMUTPOS.CO -Para petani di Kabupaten Karo terancam bangkrut, karena harga tomat terjun bebas ke harga terendah, yakni Rp300-700/kilo. Padahal, para petani harus mengeluarkan biaya lebih mahal untuk perawatan. Apalagi saat ini cuaca tak menentu, dimana hujan panas sering datang bersamaan, hingga menyebabkan daun dan buah tomat gosong.

Untuk mencegah penyakit gosong tersebut, petani harus meningkatkan penyemprotan pestisida dan insektisida yang harganya kian melambung. “Ini harga termurah beberapa tahun terakhir ini. Biasanya semurah-murahnya tomat, tidak pernah jatuh ke Rp300 per kilo. Paling murah Rp1.500-2.000 per kilo,” lirih Ginting, salah seorang petani tomat di Kecamatan Barusjahe, Jumat (23/3) siang.

Dikatakan Ginting, dilihat dari modal awal dan biaya perawatan yang harus dikeluarkan, harga Rp1.500 per kilo saja petani masih belum balik modal. Untuk menanam 1.000 batang tomat, petani harus menghabiskan uang minimal Rp5-7 juta. “Makanya kalau harga segini, jangankan modal. Untuk biaya panen termasuk beli keranjang serta ongkos kirim pasar saja tidak dapat. Hancur kalilah kami petani tomat ini sekarang,” keluh Ginting. Mirisnya lagi, sudahlah harga terjun bebas, mereka juga kesulitan menjual tomat tersebut ke pasar. Pengepul menolak membeli dengan dalih stok masih banyak. “Sudahlah murah, menjualnya saja kami kesulitan. Tak ada pengepul yang mau beli, hingga banyak tomat yang dibiarkan membusuk di pajak sana,” beberny.

Petani makin terjepit, karena saat ini harga pupuk dan obat-obatan terus naik. Ditambah lagi kebutuhan sehari-hari termasuk keperluan anak sekolah. Karena itu, para petani berharap pemerintah segera mencari solusi untuk mengatasi persoalan ini. “Kami berharap pemerintah mencari pasar baru untuk mengatasi masalah harga,” harapnya.

Data yang dihimpun, saat ini panen tomat tengah melimpah. Dalam sehari saja, puluhan ton tomat masuk ke pasar holtikutura Tigapanah. Padahal pemasaran tomat hanya ke Medan dan Siantar. “Tomat sekarang lagi banjir, dari Simalungun dan Aceh pun banyak. Jadi kita kesulitan memasarkan. Ketimbang rugi, bagus kami tak ambil tomat,” kata Nd Fitri, salah seorang pengepul di Pasar Tigapanah. (deo/han)

Foto: Solideo/Sumut Pos
Salah satu ladang tomat petani di Karo yang sedang panen.

KARO, SUMUTPOS.CO -Para petani di Kabupaten Karo terancam bangkrut, karena harga tomat terjun bebas ke harga terendah, yakni Rp300-700/kilo. Padahal, para petani harus mengeluarkan biaya lebih mahal untuk perawatan. Apalagi saat ini cuaca tak menentu, dimana hujan panas sering datang bersamaan, hingga menyebabkan daun dan buah tomat gosong.

Untuk mencegah penyakit gosong tersebut, petani harus meningkatkan penyemprotan pestisida dan insektisida yang harganya kian melambung. “Ini harga termurah beberapa tahun terakhir ini. Biasanya semurah-murahnya tomat, tidak pernah jatuh ke Rp300 per kilo. Paling murah Rp1.500-2.000 per kilo,” lirih Ginting, salah seorang petani tomat di Kecamatan Barusjahe, Jumat (23/3) siang.

Dikatakan Ginting, dilihat dari modal awal dan biaya perawatan yang harus dikeluarkan, harga Rp1.500 per kilo saja petani masih belum balik modal. Untuk menanam 1.000 batang tomat, petani harus menghabiskan uang minimal Rp5-7 juta. “Makanya kalau harga segini, jangankan modal. Untuk biaya panen termasuk beli keranjang serta ongkos kirim pasar saja tidak dapat. Hancur kalilah kami petani tomat ini sekarang,” keluh Ginting. Mirisnya lagi, sudahlah harga terjun bebas, mereka juga kesulitan menjual tomat tersebut ke pasar. Pengepul menolak membeli dengan dalih stok masih banyak. “Sudahlah murah, menjualnya saja kami kesulitan. Tak ada pengepul yang mau beli, hingga banyak tomat yang dibiarkan membusuk di pajak sana,” beberny.

Petani makin terjepit, karena saat ini harga pupuk dan obat-obatan terus naik. Ditambah lagi kebutuhan sehari-hari termasuk keperluan anak sekolah. Karena itu, para petani berharap pemerintah segera mencari solusi untuk mengatasi persoalan ini. “Kami berharap pemerintah mencari pasar baru untuk mengatasi masalah harga,” harapnya.

Data yang dihimpun, saat ini panen tomat tengah melimpah. Dalam sehari saja, puluhan ton tomat masuk ke pasar holtikutura Tigapanah. Padahal pemasaran tomat hanya ke Medan dan Siantar. “Tomat sekarang lagi banjir, dari Simalungun dan Aceh pun banyak. Jadi kita kesulitan memasarkan. Ketimbang rugi, bagus kami tak ambil tomat,” kata Nd Fitri, salah seorang pengepul di Pasar Tigapanah. (deo/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/