MINTA UANG TEBUSAN
Kepala Desa Pangaribuan, Rijal Simanjuntak mengaku, selama melarikan DY yang berstatus anak salah satu warganya itu, Hasan kerap meminta uang tebusan pada orangtua DY. Dan setelah dijanjikan dengan membawa anak gadis itu pulang, warga yang mengetahuinya pun emosi. “Saya yang menghubungi polisi waktu itu dan membawa korban ke kantor kepala desa. Karena saya lihat kondisinya juga sangat parah, lalu setelah polisi datang langsung dibawa ke rumah sakit,” ungkap Rijal.
Saat kejadian itu lanjut Rijal, dirinya sedang pangkas dan tidak mengetahui bagaimana aksi main hakim sendiri itu terjadi.
Begitupun, ia mengakui sebelum pihak keluarga DY berkali-kali dihubungi Hasan untuk minta uang tebusan. “Sewaktu ditanya lewat telepon, keberadaan mereka tidak tentu, nanti di Batam, tiba-tiba sudah di Pekanbaru terus entah dimana lagi katanya. Yang buat keluarga gadis yang dilarikannya itu emosi, korban malah sempat meminta uang tebusan sebesar Rp15 juta,” kata Rijal.
Ia menuturkan, Hasan sudah 3 minggu melarikan DY. Ia juga sempat beberapa kali mencari keberadaan DY, bahkan ikut melapor ke Polres Tapsel pada 7 Agustus lalu. Makanya, setelah korban diketahui datang dan sudah dalam kondisi babak belur dihakimi massa, ia langsung mengabarkannya pada pihak yang berwajib.
“Kita juga tidak mau hal seperti ini terjadi, tapi karena emosi warga yang sudah memuncak dan tidak dapat dikontrol lagi hingga menyebabkan hal ini sampai terjadi,” ucapnya.
Mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, Rijal juga sudah memberikan keterangan pada pihak Polres Tapsel dan pihak kepling ditempat tinggal korban. “Kita sudah berkordinasi dengan pihak polres dan juga pihak kepling tempat korban. Dan kita mengimbau agar permasalahan ini jangan sampai mengundang keributan dan hal-hal yang diinginkan lainnya,” pungkas pria yang ikut membantu biaya perobatan korban sewaktu di rumah sakit.
Selama ini lanjut Ijal, korban dan DY memang pacaran, tapi tak mendapat restu dari orangtua si cewek. (yza/smg/deo)