25.6 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Satgas Minta PTM Ditutup Jika Ditemukan Kasus Positif Covid-19 Baru

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito meminta agar kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah ditutup jika ditemukan kasus positif baru.

PERIKSA SUHU TUBUH: Seorang guru memeriksa suhu tubuh seorang siswi SMA saat dimulai pembelajaran tatap muka (PTM), baru-baru ini.

“Jika ada kasus positif maka segera lakukan penutupan sekolah untuk segera dilakukan desinfeksi, pelacakan, dan pemeriksaan kontak erat,” tegas Wiki dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (23/9).

Wiki mengemukakan, berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) per tanggal 23 September, dari 47.033 sekolah yang disurvei hanya 2,77 persen sekolah yang menimbulkan kluster kasus selama pembelajaran tatap muka dilakukan.

“Saya meminta kepada satuan pendidikan agar dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka secara hati-hati dan selalu mengutamakan kesehatan dan peserta didik dari penularan Covid-19,” katanya.

Wiki menambahkan, berbagai kasus positif Covid-19 yang terjadi pada peserta didik di berbagai daerah harus dijadikan pelajaran penting bagi daerah lain, sehingga kasus serupa tidak terulang dan PTM dapat dijalankan dengan aman.

Selain itu, lanjut dia, perhatikan juga peluang penularan di luar rumah, perjalanan dan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. “Pastikan siswa dan tenaga pengajar secara disiplin mematuhi protokol kesehatan,” tuturnya.

Wiki mengingatkan, sekecil apapun angka kasus yang ada jika tidak ditindaklanjuti, baik dengan tracing maupun treatment yang tepat maka akan memperluas penularan. Dalam kesempatan itu, Wiku juga menyampaikan, saat ini dashboard perkembangan kasus di lingkungan sekolah per wilayah dapat diakses di sekolah.data.kemdikbud.go.id/kesiapanbelajar. “Dengan fitur ini pemerintah daerah dan masyarakat dapat ikut memonitor angka kasus dan kejadian kluster secara aktual,” ujarnya.

Wiki mengapresiasi seluruh pihak yang mendukung kegiatan belajar mengajar tatap muka, baik pemerintah daerah setempat, tenaga pengajar, orang tua murid, serta peserta didik yang telah bekerja sama sebaik mungkin menjalankan pedoman pelaksanaan PTM sehingga tidak terjadi kenaikan kasus yang signifikan. 

Nadiem Ngotot Buka PTM

Menanggapi Terjadi klaster penularan Covid-19 setelah 1.296 sekolah pasca pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka (PTM), Mendikbudristek Nadiem Makarim mengaku terus melakukan pemantauan hal tersebut. Kata dia, adanya penularan Covid-19 di sekolah bukan berarti PTM dihentikan atau diundur. “Itu terus kita monitor temuannya, bukan berarti PTM akan diundur, jadi masih harus jalan,” ujar Nadiem di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/9).

Nadiem mengatakan, jika ada sekolah melaporkan adanya penularan Covid-19, maka untuk sementara waktu sekolah tersebut ditutup sampai dengan situasi aman. “Tapi kalau sekolahnya masing-masing kalau ada klaster ya harus ditutup segera,” katanya.

Nadiem berujar, pembelajaran tatap muka akan terus dilakukan bagi peserta didik. Namun adanya pembelajaran tatap muka ini harus juga dibarengi dengan protokol kesehatan secara ketat. “PTM terbatas masih dilanjutkan dan prokes dikuatkan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kemendikbudristek mencatat sejauh ini sudah ada 1.296 sekolah yang melaporkan klaster Covid-19 pasca pembukaan sekolah untuk PTM terbatas, total ada 11.615 siswa positif Covid-19.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Paud Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri menyebut data ini didapatkan dari 46.500 sekolah yang sudah melakukan PTM Terbatas per tanggal 20 September 2021.

Dia merinci jumlah klaster Covid-19 paling banyak ada di Sekolah Dasar (SD) sebanyak 581 sekolah, lalu di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 525 sekolah, dan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 241 sekolah.

Sementara di Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 170 sekolah, di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada 70 sekolah, dan di Sekolah Luar Biasa (SLB) ada sebanyak 13 sekolah. Pelajar SD menjadi yang paling banyak terkena Covid-19 akibat PTM Terbatas yakni sebanyak 6.908 orang, dan 3.174 guru SD juga positif Covid-19.

Di tingkat SMP terdapat 2.220 siswa dan 1.502 guru positif Covid-19, PAUD terdapat 953 siswa dan 2.007 positif Covid-19. Lalu, 1.915 guru dan 794 siswa SMA positif Covid-19, 609 siswa dan 1.594 guru SMK positif Covid-19, dan 131 siswa dan 112 guru SLB positif Covid-19. Diketahui, pemerintah mulai memperbolehkan sekolah dibuka untuk pembelajaran tatap muka kepada daerah-daerah dengan status PPKM Level 3,2, dan 1.

Penetapan sekolah tatap muka ini diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4, Level 3, Level 2 Coronavirus Disease 2019 di wilayah Jawa dan Bali. Pedoman pembukaan sekolah juga sudah diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri.

Pemko Medan Belum Jadwalkan

Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemko) Medan telah mengizinkan setiap satuan pendidikan ataupun sekolah di Kota Medan untuk menggelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di tengah Pandemi Covid-19. Pasalnya sejak 21 September 2021, Kota Medan telah keluar dari status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 dan turun ke level 3.

Hal itu dipertegas Pemko Medan melalui Surat Edaran (SE) Wali Kota Medan No.443.2/9055 Tentang PPKM Level 3 Serta Mengoptimalkan Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19 di Kota Medan. Dalam Poin ke-2 dalam SE itu disebutkan, pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui PTMT dan atau pembelajaran jarak jauh.

Meskipun telah mengizinkan digelarnya PTMT di Kota Medan, Wali Kota Medan Bobby Nasution mengaku tidak mau tergesa-gesa untuk menentukan jadwal PTMT. Pasalnya, Pemko Medan masih mempertimbangkan rendahnya tingkat Vaksinasi Pelajar di Kota Medan.

Berdasarkan data yang ada di Pemko Medan, dari 103 ribu pelajar SMP se-Kota Medan, baru 4 ribu pelajar yang sudah divaksinasi. Dengan kata lain, capaian Vaksinasi Pelajar di Kota Medan baru terealisasi 3,88 persen.”Belum (belajar tatap muka), masih kejar vaksin pelajar dulu,” ucap Bobby, Kamis (23/9).

Namun begitu, Bobby mengaku jika Pemko Medan akan terus menggenjot proses vaksinasi di kalangan palajar SMP di Kota Medan. Mengingat saat ini, ketersediaan vaksin Covid-19 di Kota Medan terus bertambah. Dalam waktu dekat, Pemko Medan akan melakukan vaksinasi pelajar di masing-masing sekolah. “Lokasi vaksinasinya di sekolah masing-masing. Hari ini vaksin ditambah lagi, kemarin ada 60 ribu dosis, hari ini sudah 100 ribu dosis,” ujar Bobby.

Pun begitu, Pemko Medan belum menetapkan angka minimal capaian vaksinasi tingkat pelajar di Kota Medan. Bobby hanya menyebutkan, vaksinasi pelajar akan terus digencarkan sebelum PTM benar-benar digelar.

Sehari sebelumnya, Rabu (22/9) di Balai Kota Medan, Wali Kota Medan Bobby Nasution, mengatakan bahwa PTMT di Kota Medan telah diizinkan untuk digelar. Hanya saja kali ini, PTM di gelar secara terbatas. Namun begitu, setiap sekolah tetap diminta untuk mempersiapkan protokol kesehatan secara matang di status pendidikan yang menggelar PTMT.

“Semua butuh persiapan yang matang, baik itu sekolah tatap muka ataupun yang lainnya. Kemarin kan sebelum ini sudah dilihat, ketika kasus Covid-19 turun kita langsung gencar melakukan vaksin untuk pelajar yang umurnya sudah diperbolehkan. Tentunya ini perlu persiapan,” ucap Bobby, Rabu (22/9).

Dikatakan Bobby, PTMT pada masa PPKM Level 3 akan dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang benar-benar ketat. Hal itu dilakukan, agar setiap siswa aman dari penularan Covid-19. “Termasuk dalam satu kelas hanya boleh 25 persen, kalau dihitung itu hanya delapan, atau bahkan hanya lima murid dalam satu kelas. Ini caranya sudah pernah kita lakukan sosialisasi,” ujarnya.

Bobby memastikan, penerapan protokol kesehatan tidak hanya di dalam lingkungan sekolah, namun juga di luar sekolah. “Tapi yang paling penting adalah di dalam lingkup sekolahnya aman, di luar sekolahnya juga aman. Misalnya kalau mereka pulangnya dengan angkot, angkot itu kan sudah jelas, hanya boleh 75 persen. Sopirnya juga harus pakai masker, jangan lagi sambil merokok. Patroli, yustisi, prokes. Intinya tatap muka dengan aturan,” pungkasnya. (jpg/map)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito meminta agar kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah ditutup jika ditemukan kasus positif baru.

PERIKSA SUHU TUBUH: Seorang guru memeriksa suhu tubuh seorang siswi SMA saat dimulai pembelajaran tatap muka (PTM), baru-baru ini.

“Jika ada kasus positif maka segera lakukan penutupan sekolah untuk segera dilakukan desinfeksi, pelacakan, dan pemeriksaan kontak erat,” tegas Wiki dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (23/9).

Wiki mengemukakan, berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) per tanggal 23 September, dari 47.033 sekolah yang disurvei hanya 2,77 persen sekolah yang menimbulkan kluster kasus selama pembelajaran tatap muka dilakukan.

“Saya meminta kepada satuan pendidikan agar dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka secara hati-hati dan selalu mengutamakan kesehatan dan peserta didik dari penularan Covid-19,” katanya.

Wiki menambahkan, berbagai kasus positif Covid-19 yang terjadi pada peserta didik di berbagai daerah harus dijadikan pelajaran penting bagi daerah lain, sehingga kasus serupa tidak terulang dan PTM dapat dijalankan dengan aman.

Selain itu, lanjut dia, perhatikan juga peluang penularan di luar rumah, perjalanan dan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. “Pastikan siswa dan tenaga pengajar secara disiplin mematuhi protokol kesehatan,” tuturnya.

Wiki mengingatkan, sekecil apapun angka kasus yang ada jika tidak ditindaklanjuti, baik dengan tracing maupun treatment yang tepat maka akan memperluas penularan. Dalam kesempatan itu, Wiku juga menyampaikan, saat ini dashboard perkembangan kasus di lingkungan sekolah per wilayah dapat diakses di sekolah.data.kemdikbud.go.id/kesiapanbelajar. “Dengan fitur ini pemerintah daerah dan masyarakat dapat ikut memonitor angka kasus dan kejadian kluster secara aktual,” ujarnya.

Wiki mengapresiasi seluruh pihak yang mendukung kegiatan belajar mengajar tatap muka, baik pemerintah daerah setempat, tenaga pengajar, orang tua murid, serta peserta didik yang telah bekerja sama sebaik mungkin menjalankan pedoman pelaksanaan PTM sehingga tidak terjadi kenaikan kasus yang signifikan. 

Nadiem Ngotot Buka PTM

Menanggapi Terjadi klaster penularan Covid-19 setelah 1.296 sekolah pasca pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka (PTM), Mendikbudristek Nadiem Makarim mengaku terus melakukan pemantauan hal tersebut. Kata dia, adanya penularan Covid-19 di sekolah bukan berarti PTM dihentikan atau diundur. “Itu terus kita monitor temuannya, bukan berarti PTM akan diundur, jadi masih harus jalan,” ujar Nadiem di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/9).

Nadiem mengatakan, jika ada sekolah melaporkan adanya penularan Covid-19, maka untuk sementara waktu sekolah tersebut ditutup sampai dengan situasi aman. “Tapi kalau sekolahnya masing-masing kalau ada klaster ya harus ditutup segera,” katanya.

Nadiem berujar, pembelajaran tatap muka akan terus dilakukan bagi peserta didik. Namun adanya pembelajaran tatap muka ini harus juga dibarengi dengan protokol kesehatan secara ketat. “PTM terbatas masih dilanjutkan dan prokes dikuatkan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kemendikbudristek mencatat sejauh ini sudah ada 1.296 sekolah yang melaporkan klaster Covid-19 pasca pembukaan sekolah untuk PTM terbatas, total ada 11.615 siswa positif Covid-19.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Paud Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri menyebut data ini didapatkan dari 46.500 sekolah yang sudah melakukan PTM Terbatas per tanggal 20 September 2021.

Dia merinci jumlah klaster Covid-19 paling banyak ada di Sekolah Dasar (SD) sebanyak 581 sekolah, lalu di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 525 sekolah, dan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 241 sekolah.

Sementara di Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 170 sekolah, di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada 70 sekolah, dan di Sekolah Luar Biasa (SLB) ada sebanyak 13 sekolah. Pelajar SD menjadi yang paling banyak terkena Covid-19 akibat PTM Terbatas yakni sebanyak 6.908 orang, dan 3.174 guru SD juga positif Covid-19.

Di tingkat SMP terdapat 2.220 siswa dan 1.502 guru positif Covid-19, PAUD terdapat 953 siswa dan 2.007 positif Covid-19. Lalu, 1.915 guru dan 794 siswa SMA positif Covid-19, 609 siswa dan 1.594 guru SMK positif Covid-19, dan 131 siswa dan 112 guru SLB positif Covid-19. Diketahui, pemerintah mulai memperbolehkan sekolah dibuka untuk pembelajaran tatap muka kepada daerah-daerah dengan status PPKM Level 3,2, dan 1.

Penetapan sekolah tatap muka ini diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4, Level 3, Level 2 Coronavirus Disease 2019 di wilayah Jawa dan Bali. Pedoman pembukaan sekolah juga sudah diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri.

Pemko Medan Belum Jadwalkan

Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemko) Medan telah mengizinkan setiap satuan pendidikan ataupun sekolah di Kota Medan untuk menggelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di tengah Pandemi Covid-19. Pasalnya sejak 21 September 2021, Kota Medan telah keluar dari status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 dan turun ke level 3.

Hal itu dipertegas Pemko Medan melalui Surat Edaran (SE) Wali Kota Medan No.443.2/9055 Tentang PPKM Level 3 Serta Mengoptimalkan Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19 di Kota Medan. Dalam Poin ke-2 dalam SE itu disebutkan, pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui PTMT dan atau pembelajaran jarak jauh.

Meskipun telah mengizinkan digelarnya PTMT di Kota Medan, Wali Kota Medan Bobby Nasution mengaku tidak mau tergesa-gesa untuk menentukan jadwal PTMT. Pasalnya, Pemko Medan masih mempertimbangkan rendahnya tingkat Vaksinasi Pelajar di Kota Medan.

Berdasarkan data yang ada di Pemko Medan, dari 103 ribu pelajar SMP se-Kota Medan, baru 4 ribu pelajar yang sudah divaksinasi. Dengan kata lain, capaian Vaksinasi Pelajar di Kota Medan baru terealisasi 3,88 persen.”Belum (belajar tatap muka), masih kejar vaksin pelajar dulu,” ucap Bobby, Kamis (23/9).

Namun begitu, Bobby mengaku jika Pemko Medan akan terus menggenjot proses vaksinasi di kalangan palajar SMP di Kota Medan. Mengingat saat ini, ketersediaan vaksin Covid-19 di Kota Medan terus bertambah. Dalam waktu dekat, Pemko Medan akan melakukan vaksinasi pelajar di masing-masing sekolah. “Lokasi vaksinasinya di sekolah masing-masing. Hari ini vaksin ditambah lagi, kemarin ada 60 ribu dosis, hari ini sudah 100 ribu dosis,” ujar Bobby.

Pun begitu, Pemko Medan belum menetapkan angka minimal capaian vaksinasi tingkat pelajar di Kota Medan. Bobby hanya menyebutkan, vaksinasi pelajar akan terus digencarkan sebelum PTM benar-benar digelar.

Sehari sebelumnya, Rabu (22/9) di Balai Kota Medan, Wali Kota Medan Bobby Nasution, mengatakan bahwa PTMT di Kota Medan telah diizinkan untuk digelar. Hanya saja kali ini, PTM di gelar secara terbatas. Namun begitu, setiap sekolah tetap diminta untuk mempersiapkan protokol kesehatan secara matang di status pendidikan yang menggelar PTMT.

“Semua butuh persiapan yang matang, baik itu sekolah tatap muka ataupun yang lainnya. Kemarin kan sebelum ini sudah dilihat, ketika kasus Covid-19 turun kita langsung gencar melakukan vaksin untuk pelajar yang umurnya sudah diperbolehkan. Tentunya ini perlu persiapan,” ucap Bobby, Rabu (22/9).

Dikatakan Bobby, PTMT pada masa PPKM Level 3 akan dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang benar-benar ketat. Hal itu dilakukan, agar setiap siswa aman dari penularan Covid-19. “Termasuk dalam satu kelas hanya boleh 25 persen, kalau dihitung itu hanya delapan, atau bahkan hanya lima murid dalam satu kelas. Ini caranya sudah pernah kita lakukan sosialisasi,” ujarnya.

Bobby memastikan, penerapan protokol kesehatan tidak hanya di dalam lingkungan sekolah, namun juga di luar sekolah. “Tapi yang paling penting adalah di dalam lingkup sekolahnya aman, di luar sekolahnya juga aman. Misalnya kalau mereka pulangnya dengan angkot, angkot itu kan sudah jelas, hanya boleh 75 persen. Sopirnya juga harus pakai masker, jangan lagi sambil merokok. Patroli, yustisi, prokes. Intinya tatap muka dengan aturan,” pungkasnya. (jpg/map)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/