30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Erry Dilantik, Kursi Cawagubsu Diincar

Namun, menurut Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jerry Sumampouw, kursi wagub Sumut harus tetap diisi. Alasannya, hal tersebut sudah diatur di UU Pilkada. Bahwa jika masa tugas terisisa lebih dari 18 bulan, maka kekosongan kursi wakil kepala daerah harus diisi melalui pemilihan oleh DPRD. Seperti diketahui, pasangan Gatot-Erry dilantik pada 17 Juni 2013.

“Apalagi ini masih tersisa sekitar dua tahun. Jadi masih cukup panjang. Sesuai aturan juga sudah jelas, harus diisi kursi wakil yang kosong itu,” ujar Jerry kepada koran ini di Jakarta, Rabu (25/5).

Aktivis asal Manado itu mengakui, memang sulit dihindari munculnya kekhawatiran berulangnya kembali fenomena ketidakakuran alias pecah kongsi di Sumut. Hanya saja, lanjutnya, solusinya bukan lantas membiarkan kursi wakil kosong. Kalau itu terjadi, kata Jerry, rakyat Sumut yang akan dirugikan.

“Ingat ya, Sumut itu wilayahnya sangat luas. Kalau hanya gubernur saja, tanpa wakil, maka rakyat yang akan dirugikan karena pembangunan secara merata akan sulit dilakukan,” kata Jerry.

Muncul juga kekhawatiran bakal terjadi kerumitan politik karena dulunya pasangan Gatot-Erry diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hanura, dan sejumlah partai lain. Sementara, saat ini Erry sudah menjadi politikus NasDem.

Namun menurut Jerry, hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh banyak. Aksi dukung mendukung, lanjutnya, sangat dinamis. “Yang dulu mendukung Erry, bisa saja sekarang tidak lagi mendukung, begitu juga sebaliknya,” terang Jerry.

Yang terpenting, lanjutnya, jika para politisi partai pengusung dan para anggota DPRD Sumut mengingikan kejadian pecah kongsi tidak terjadi lagi, maka nama-nama calon wagub harus dikonsultasikan dulu ke Erry. “Tanya dulu ke gubernur, mana yang kiranya cocok,” saran Jerry, aktifis yang konsisten mengamati pemilu dan pilkada ini.

Apakah para politisi mau mekanisme seperti itu? Jerry mengaku pesimistis. Pasalnya, para politisi tidak peduli dengan ada tidaknya potensi pecah kongsi gubernur-wagub. “Karena mereka biasanya punya kepentingan sendiri. Momen seperti ini dijadikan kesempatan mendapatkan uang setoran. Itu praktek selama ini, setor, kasih sesuatu (dari calon, red),” cetusnya.

Bahkan, Jerry curiga, munculnya wacana kursi Sumut 2 tidak perlu diisi, justru akan dimanfaatkan politisi untuk menaikkan daya tawar kepada para kandidat yang sudah lama mengincar kursi wagub.

“Karena sudah pasti ada yang mengincar kursi itu, lantas muncul wacana tak perlu diisi, ya daya tawar DPRD makin kuat. Yang mengincar kursi itu pasti ingin ada pemilihan,” pungkasnya. (bal/dik/sam)

Namun, menurut Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jerry Sumampouw, kursi wagub Sumut harus tetap diisi. Alasannya, hal tersebut sudah diatur di UU Pilkada. Bahwa jika masa tugas terisisa lebih dari 18 bulan, maka kekosongan kursi wakil kepala daerah harus diisi melalui pemilihan oleh DPRD. Seperti diketahui, pasangan Gatot-Erry dilantik pada 17 Juni 2013.

“Apalagi ini masih tersisa sekitar dua tahun. Jadi masih cukup panjang. Sesuai aturan juga sudah jelas, harus diisi kursi wakil yang kosong itu,” ujar Jerry kepada koran ini di Jakarta, Rabu (25/5).

Aktivis asal Manado itu mengakui, memang sulit dihindari munculnya kekhawatiran berulangnya kembali fenomena ketidakakuran alias pecah kongsi di Sumut. Hanya saja, lanjutnya, solusinya bukan lantas membiarkan kursi wakil kosong. Kalau itu terjadi, kata Jerry, rakyat Sumut yang akan dirugikan.

“Ingat ya, Sumut itu wilayahnya sangat luas. Kalau hanya gubernur saja, tanpa wakil, maka rakyat yang akan dirugikan karena pembangunan secara merata akan sulit dilakukan,” kata Jerry.

Muncul juga kekhawatiran bakal terjadi kerumitan politik karena dulunya pasangan Gatot-Erry diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hanura, dan sejumlah partai lain. Sementara, saat ini Erry sudah menjadi politikus NasDem.

Namun menurut Jerry, hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh banyak. Aksi dukung mendukung, lanjutnya, sangat dinamis. “Yang dulu mendukung Erry, bisa saja sekarang tidak lagi mendukung, begitu juga sebaliknya,” terang Jerry.

Yang terpenting, lanjutnya, jika para politisi partai pengusung dan para anggota DPRD Sumut mengingikan kejadian pecah kongsi tidak terjadi lagi, maka nama-nama calon wagub harus dikonsultasikan dulu ke Erry. “Tanya dulu ke gubernur, mana yang kiranya cocok,” saran Jerry, aktifis yang konsisten mengamati pemilu dan pilkada ini.

Apakah para politisi mau mekanisme seperti itu? Jerry mengaku pesimistis. Pasalnya, para politisi tidak peduli dengan ada tidaknya potensi pecah kongsi gubernur-wagub. “Karena mereka biasanya punya kepentingan sendiri. Momen seperti ini dijadikan kesempatan mendapatkan uang setoran. Itu praktek selama ini, setor, kasih sesuatu (dari calon, red),” cetusnya.

Bahkan, Jerry curiga, munculnya wacana kursi Sumut 2 tidak perlu diisi, justru akan dimanfaatkan politisi untuk menaikkan daya tawar kepada para kandidat yang sudah lama mengincar kursi wagub.

“Karena sudah pasti ada yang mengincar kursi itu, lantas muncul wacana tak perlu diisi, ya daya tawar DPRD makin kuat. Yang mengincar kursi itu pasti ingin ada pemilihan,” pungkasnya. (bal/dik/sam)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/