30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Ratusan Ibu-ibu Serbu Kantor KPU

Komisioner KPU Langkat Divisi Logistik, Agus Arifin S.Sos, mencoba berdialog dengan ibu-ibu yang berdemo di depan kantor KPU Langkat. Para ibu minta pekerjaan melipat kertas suara Pilpres.
Komisioner KPU Langkat Divisi Logistik, Agus Arifin S.Sos, mencoba berdialog dengan ibu-ibu yang berdemo di depan kantor KPU Langkat. Para ibu minta pekerjaan melipat kertas suara Pilpres.

 

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Kehilangan pekerjaan musiman membuat ratusan ibu-ibu menyerbu kantor KPU Langkat di Jl. Imam Bonjol, Stabat, kemarin (25/6). Mereka menuntut pekerjaan melipat kertas suara pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan digelar 9 Juli mendatang.

Selama ini kaum ibu ini diikutsertakan dalam pekerjaan pelipatan surat suara, baik pada pilkada gubernur, pilkada bupati, pemilihan anggota legislative. Namun sekarang belum ada kabar kapan rencana pelipatan kertas suara itu.

”Biasanya setiap pemilu kami yang melipat surat suara ini. Namun kali ini menurut kawan-kawan, kami tidak lagi diberikan melipat surat suara. Makanya kami hari ini (kemarin) datang kemari untuk menanyakan mengenai pelipatan surat suara itu,” ujar Waginten (53), warga Kwala Bingai Stabat.

Dia dan sejumlah ibu-ibu yang datang, meminta agar pekerjaan melipat surat suara pilpres tersebut, juga dikerjakan mereka seperti sebelum-sebelumnya. “Selama ini begitu dan pileg yang lalu juga kami yang melipat. Hasilnya juga tak seberapanya, tetapi lumayanlah. Apalagi ini mau puasa, kan bisa untuk tambah-tambahan biaya,” bebernya.

Menurut informasi yang mereka terima, sudah ada masyarakat yang akan melipat kertas suara itu. Tak mau pekerjaan mereka diambil, mereka pun datang menuntut agar juga dipekerjakan.

Secara terpisah salah seorang ibu rumah tangga lainnya, Ida bertanya kapan lagi pelipatan kertas suara itu dilakukan. “Kami hanya mencari makan, bukan mencari kaya dan berharap dapat pekerjaan, bukan banyak kali upahnya, namun kami bisa belanja kebutuhan sehari-hari,” katanya.

Melihat ramainya para omak-omak yang datang, Komisioner KPU Langkat Divisi Logistik, Agus Arifin S.Sos, mencoba berdialog memberi penjelasan mengenai rencana pelipatan surat suara pilpres itu. ”Memang benar kalau besok (26/6) KPU Langkat akan melakukan pelipatan surat suara. Tapi karena jumlah surat suaranya kali ini itu sedikit, maka akan dikerjakan oleh staf sekretariat dan juga beberapa orang pekerja saja yang melakukannya,” jelasnya.

“Lagi pula pekerjaan tersebut hanya membutuhkan paling banyak 50 orang yang melipat surat itu. Pekerjaan tersebut akan selesai dalam satu hari saja, makanya inisiatif ini kita ambil agar tidak runyam dan juga lebih menjamin tentang keamanan. Juga mempermudah pengawasannya, makanya kita tidak menerima pekerja seperti pileg yang lalu, surat suaranya sangat banyak,” tegasnya.

Ditambahkan Agus, pilpres ini jumlah surat suaranya hanya 728.700 lembar. Terdiri dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) ditambah dengan surat suara cadangan 2 persen. “Jumlah DPT 714.017 ditambah cadangan 14.683 lembar. Jadi kami berharap kepada para ibu-ibu ini agar memaklumi keadaannya. Tidak ada maksud-maksud lain atau menyepelekan jasa mereka pada pelipatan surat suara yang lalu. Tapi lebih memandang bahwa untuk efektif dan efesiensi kerja saja yang harus kita utamakan,” jelas Agus.

Usai mendengarkan penyampaian tersebut para omak-omak tersebut membubarkan diri walau dengan wajah yang kecewa dan juga mengumpat. Karena harus rela tak dapat job melipat surat suara di pilpres ini.

Terpisah, Ketua KPU Langkat Adelina Sarah Sitepu mengaku merencanakan melipat surat hari ini (26/6). “Kemungkinan besok sudah selesai dan saat ini seluruh surat suara sudah berada di Gedung Olah Raga (GOR). Sejak 22 Juni malam surat suara itu datangnya Bang dan kita tempatkan di GOR karena KPU tidak punya gudang, jadi ya di sanalah,” terangnya.

Diakuinya, KPU Langkat menjadwalkan, paling lambat seluruh surat suara itu sudah diterima PPK pada 4 Juli. “Tentunya dalam pengawalan pihak kepolisian dan juga Panwas. Pelipatan juga kita tetap melakukan pengawasan yang bekerjasama dengan pihak Polres Langkat serta Panwas Langkat demi menjaga hal hal yang tidak kita inginkan,” tambahnya.

“Pilpres kali ini sedikit beda dengan pilpres sebelumnya. Kali ini tiap-tiap TPS kita sediakan 2 kotak surat suara dan 2 bilik suara. Ini dilakukan agar lebih mempermudah para pemilih melakukan pencoblosan dan juga waktu pencoblosan dan penghitungan suara di TPS lebih cepat selesai,” jelas Feby panggilan Adelina Sarah.

Sementara, Humas KPU Langkat Tengku Benyamin, kepada wartawan, Rabu (25/6) berkata, selain surat suara, kebutuhan logistik lainnya yang sudah diterima KPU yakni tinta sidik jari dan daftar pasangan calon pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebanyak 1.861 lembar yang nantinya akan ditempel di masing-masing TPS.

Penyortiran dan melipat surat suara rencanaya, akan dilakukan pada Kamis (26/6). Sedangkan untuk jumlah tenaga pelipat dan penyortiran, sambung Benyamin, pihaknya mengerahkan sebanyak 200 orang dibagi 20 kelompok. Dipastikan proses pelipatan dan penyortiran tersebut akan selesai dalam satu hari saja.

“Sebanyak 200 masyarakat akan melipat dan menyortir surat suara untuk Pilpres dan dibagi 20 kelompok. Kemudian karena yang dilipat hanya sedikit, dalam satu hari semuanya dipastikan selesai.” ungkap Benyamin seraya menambahkan dalam pelipatan dan penyortiran tetap dikawal dan diawasi petugas kepolisian.

Terkait surat suara yang rusak, Benyamin mengakui belum mengetahui secara pasti, karena masih menunggu penyortiran. “Kalau surat suara yang rusak, kita belum mengetahui, karena masih dalam tahap penyortiran,” tandasnya.

 

RUSAK SAAT PROSES SORTIR DI POLONIA

Seperti halnya di kota lain, pelipatan surat suara di Medan juga mengalami kerusakan. Puluhan kertas suara ditemukan sobek dan terkena noda tinta, serta beberapa lainnya tampak buram.

Hal itu disampaikan Komisioner Divisi Logistik KPU Medan, Irwansyah, kemarin (25/6) ketika ditemui disela proses pelipatan surat suara yang dilakukan 216 orang di lokasi terminal kedatangan eks bandara Polonia Medan, yang kini menjadi Pangkalan Udara TNI AU Soewondo.

Temuan kerusakan tersebut antara lain, terpotongnya gambar pasangan calon dan tak adanya kolom tanda tangan petugas KPPS. Selain itu surat suara buram dan bercap (tumpahan tinta) dan berlubang.

“Seluruh surat suara yang rusak kita kumpulkan dulu, nanti penjumlahannya dilakukan per hari,” ungkapnya.

Surat suara yang rusak akan segera dilaporkan ke KPU RI dan KPU Sumut agar pengiriman penggantinya bisa cepat dikirimkan. Untuk memastikan kategori surat suara rusak tersebut, KPU Medan juga dibantu oleh pengawas.

“Kecepatan surat suara penggantinya masuk tergantung dari kecepatan kita mengirimkan data kerusakan dan surat suara yang rusak tersebut,” ujarnya.

Proses sortir dan lipat secara swakelola dikerjakan dengan target selesai sebelum 4 Juli mendatang. Usai pengepakan, logistik utama Pilpres tersebut selanjutnya didistribusikan langsung ke Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang ada ditingkat Kelurahan. Untuk distribusinya sendiri dijadwalkan 5 Juli mendatang.

“Dari lokasi swakelola langsung didistribusi ke PPS di kota Medan. Kita berharap semua proses ini sesuai rencana,” ujarnya.

Sekretaris KPU Medan, Maskuri mengatakan, proses pelipatan surat suara Pilpres kali ini terlihat para pekerja lebih cepat mengerjakannya dibandingkan dengan surat suara Pileg lalu. Hal ini karena ukurannya lebih kecil, yakni 18 x 23 cm, sedangkan surat suara Pileg berukuran 42×52 cm. KPU Medan yakin swakelola surat suara hingga distribusinya bisa selesai tepat waktu. Sedangkan untuk upah pekerja, diberikan Rp75 per lembarnya.

“Masing-masing pekerja dapat upah Rp 75 per lembar, jadi untuk 1 kotak kita mengalokasikan upah sebesar Rp150 ribu,” sebutnya. (dw/trg/cr-2/bd)

Komisioner KPU Langkat Divisi Logistik, Agus Arifin S.Sos, mencoba berdialog dengan ibu-ibu yang berdemo di depan kantor KPU Langkat. Para ibu minta pekerjaan melipat kertas suara Pilpres.
Komisioner KPU Langkat Divisi Logistik, Agus Arifin S.Sos, mencoba berdialog dengan ibu-ibu yang berdemo di depan kantor KPU Langkat. Para ibu minta pekerjaan melipat kertas suara Pilpres.

 

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Kehilangan pekerjaan musiman membuat ratusan ibu-ibu menyerbu kantor KPU Langkat di Jl. Imam Bonjol, Stabat, kemarin (25/6). Mereka menuntut pekerjaan melipat kertas suara pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan digelar 9 Juli mendatang.

Selama ini kaum ibu ini diikutsertakan dalam pekerjaan pelipatan surat suara, baik pada pilkada gubernur, pilkada bupati, pemilihan anggota legislative. Namun sekarang belum ada kabar kapan rencana pelipatan kertas suara itu.

”Biasanya setiap pemilu kami yang melipat surat suara ini. Namun kali ini menurut kawan-kawan, kami tidak lagi diberikan melipat surat suara. Makanya kami hari ini (kemarin) datang kemari untuk menanyakan mengenai pelipatan surat suara itu,” ujar Waginten (53), warga Kwala Bingai Stabat.

Dia dan sejumlah ibu-ibu yang datang, meminta agar pekerjaan melipat surat suara pilpres tersebut, juga dikerjakan mereka seperti sebelum-sebelumnya. “Selama ini begitu dan pileg yang lalu juga kami yang melipat. Hasilnya juga tak seberapanya, tetapi lumayanlah. Apalagi ini mau puasa, kan bisa untuk tambah-tambahan biaya,” bebernya.

Menurut informasi yang mereka terima, sudah ada masyarakat yang akan melipat kertas suara itu. Tak mau pekerjaan mereka diambil, mereka pun datang menuntut agar juga dipekerjakan.

Secara terpisah salah seorang ibu rumah tangga lainnya, Ida bertanya kapan lagi pelipatan kertas suara itu dilakukan. “Kami hanya mencari makan, bukan mencari kaya dan berharap dapat pekerjaan, bukan banyak kali upahnya, namun kami bisa belanja kebutuhan sehari-hari,” katanya.

Melihat ramainya para omak-omak yang datang, Komisioner KPU Langkat Divisi Logistik, Agus Arifin S.Sos, mencoba berdialog memberi penjelasan mengenai rencana pelipatan surat suara pilpres itu. ”Memang benar kalau besok (26/6) KPU Langkat akan melakukan pelipatan surat suara. Tapi karena jumlah surat suaranya kali ini itu sedikit, maka akan dikerjakan oleh staf sekretariat dan juga beberapa orang pekerja saja yang melakukannya,” jelasnya.

“Lagi pula pekerjaan tersebut hanya membutuhkan paling banyak 50 orang yang melipat surat itu. Pekerjaan tersebut akan selesai dalam satu hari saja, makanya inisiatif ini kita ambil agar tidak runyam dan juga lebih menjamin tentang keamanan. Juga mempermudah pengawasannya, makanya kita tidak menerima pekerja seperti pileg yang lalu, surat suaranya sangat banyak,” tegasnya.

Ditambahkan Agus, pilpres ini jumlah surat suaranya hanya 728.700 lembar. Terdiri dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) ditambah dengan surat suara cadangan 2 persen. “Jumlah DPT 714.017 ditambah cadangan 14.683 lembar. Jadi kami berharap kepada para ibu-ibu ini agar memaklumi keadaannya. Tidak ada maksud-maksud lain atau menyepelekan jasa mereka pada pelipatan surat suara yang lalu. Tapi lebih memandang bahwa untuk efektif dan efesiensi kerja saja yang harus kita utamakan,” jelas Agus.

Usai mendengarkan penyampaian tersebut para omak-omak tersebut membubarkan diri walau dengan wajah yang kecewa dan juga mengumpat. Karena harus rela tak dapat job melipat surat suara di pilpres ini.

Terpisah, Ketua KPU Langkat Adelina Sarah Sitepu mengaku merencanakan melipat surat hari ini (26/6). “Kemungkinan besok sudah selesai dan saat ini seluruh surat suara sudah berada di Gedung Olah Raga (GOR). Sejak 22 Juni malam surat suara itu datangnya Bang dan kita tempatkan di GOR karena KPU tidak punya gudang, jadi ya di sanalah,” terangnya.

Diakuinya, KPU Langkat menjadwalkan, paling lambat seluruh surat suara itu sudah diterima PPK pada 4 Juli. “Tentunya dalam pengawalan pihak kepolisian dan juga Panwas. Pelipatan juga kita tetap melakukan pengawasan yang bekerjasama dengan pihak Polres Langkat serta Panwas Langkat demi menjaga hal hal yang tidak kita inginkan,” tambahnya.

“Pilpres kali ini sedikit beda dengan pilpres sebelumnya. Kali ini tiap-tiap TPS kita sediakan 2 kotak surat suara dan 2 bilik suara. Ini dilakukan agar lebih mempermudah para pemilih melakukan pencoblosan dan juga waktu pencoblosan dan penghitungan suara di TPS lebih cepat selesai,” jelas Feby panggilan Adelina Sarah.

Sementara, Humas KPU Langkat Tengku Benyamin, kepada wartawan, Rabu (25/6) berkata, selain surat suara, kebutuhan logistik lainnya yang sudah diterima KPU yakni tinta sidik jari dan daftar pasangan calon pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebanyak 1.861 lembar yang nantinya akan ditempel di masing-masing TPS.

Penyortiran dan melipat surat suara rencanaya, akan dilakukan pada Kamis (26/6). Sedangkan untuk jumlah tenaga pelipat dan penyortiran, sambung Benyamin, pihaknya mengerahkan sebanyak 200 orang dibagi 20 kelompok. Dipastikan proses pelipatan dan penyortiran tersebut akan selesai dalam satu hari saja.

“Sebanyak 200 masyarakat akan melipat dan menyortir surat suara untuk Pilpres dan dibagi 20 kelompok. Kemudian karena yang dilipat hanya sedikit, dalam satu hari semuanya dipastikan selesai.” ungkap Benyamin seraya menambahkan dalam pelipatan dan penyortiran tetap dikawal dan diawasi petugas kepolisian.

Terkait surat suara yang rusak, Benyamin mengakui belum mengetahui secara pasti, karena masih menunggu penyortiran. “Kalau surat suara yang rusak, kita belum mengetahui, karena masih dalam tahap penyortiran,” tandasnya.

 

RUSAK SAAT PROSES SORTIR DI POLONIA

Seperti halnya di kota lain, pelipatan surat suara di Medan juga mengalami kerusakan. Puluhan kertas suara ditemukan sobek dan terkena noda tinta, serta beberapa lainnya tampak buram.

Hal itu disampaikan Komisioner Divisi Logistik KPU Medan, Irwansyah, kemarin (25/6) ketika ditemui disela proses pelipatan surat suara yang dilakukan 216 orang di lokasi terminal kedatangan eks bandara Polonia Medan, yang kini menjadi Pangkalan Udara TNI AU Soewondo.

Temuan kerusakan tersebut antara lain, terpotongnya gambar pasangan calon dan tak adanya kolom tanda tangan petugas KPPS. Selain itu surat suara buram dan bercap (tumpahan tinta) dan berlubang.

“Seluruh surat suara yang rusak kita kumpulkan dulu, nanti penjumlahannya dilakukan per hari,” ungkapnya.

Surat suara yang rusak akan segera dilaporkan ke KPU RI dan KPU Sumut agar pengiriman penggantinya bisa cepat dikirimkan. Untuk memastikan kategori surat suara rusak tersebut, KPU Medan juga dibantu oleh pengawas.

“Kecepatan surat suara penggantinya masuk tergantung dari kecepatan kita mengirimkan data kerusakan dan surat suara yang rusak tersebut,” ujarnya.

Proses sortir dan lipat secara swakelola dikerjakan dengan target selesai sebelum 4 Juli mendatang. Usai pengepakan, logistik utama Pilpres tersebut selanjutnya didistribusikan langsung ke Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang ada ditingkat Kelurahan. Untuk distribusinya sendiri dijadwalkan 5 Juli mendatang.

“Dari lokasi swakelola langsung didistribusi ke PPS di kota Medan. Kita berharap semua proses ini sesuai rencana,” ujarnya.

Sekretaris KPU Medan, Maskuri mengatakan, proses pelipatan surat suara Pilpres kali ini terlihat para pekerja lebih cepat mengerjakannya dibandingkan dengan surat suara Pileg lalu. Hal ini karena ukurannya lebih kecil, yakni 18 x 23 cm, sedangkan surat suara Pileg berukuran 42×52 cm. KPU Medan yakin swakelola surat suara hingga distribusinya bisa selesai tepat waktu. Sedangkan untuk upah pekerja, diberikan Rp75 per lembarnya.

“Masing-masing pekerja dapat upah Rp 75 per lembar, jadi untuk 1 kotak kita mengalokasikan upah sebesar Rp150 ribu,” sebutnya. (dw/trg/cr-2/bd)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/