Banyaknya kasus korupsi yang membelenggu kader Partai Demokrat jadi ujian besar dalam Pemilu dan Pilpres 2014. Terakhir, 2.000-an kader di seluruh Indonesia yang masih menjabat anggota DPRD mengundurkan diri secara massal. Seperti apa gambaran peluang partai ini di Sumut pada Pemilu tahun depan?
SETELAH KPK menangkap Bendahara DPP Partai Demokrat M Nazaruddin dan anggota DPR Angelina Sondakh, penetapan status tersangka kepada mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum kian memurukkan citra partai bentukan Presiden SBY tersebut.
Sejumlah survei juga memperlihatkan kemerosotan tingkat elektabilitas Partai Demokrat di mata publik pemilih. Tak terbatas pada hasil survei LSI pimpinan Syaiful Mujani yang dirilis akhir bulan Februari lalu, kekalahan calon gubernur usungan Partai Demokrat di Jawa Barat dan Sumut layak dijadikan cermin betapa partai ini bakal sulit sekali mencuri hati rakyat pada Pemilu tahun depan.
Sebagai partai pemenang Pemilu 2009, prediksi para pengamat politik, partai berlambang mercy ini akan mengalami kesulitan menembus lima besar pada Pemilu 2014. Kendati sikap pesimistis datang bertubi-tubi, sejumlah kader mencoba menghalau ‘serangan’ itu dengan beragam argumentasi politik.
Anggota DPRD Sumut asal Partai Demokrat, Hasbullah Hadi, menyampaikan pecinta partai itu masih tinggi. Sebagai bukti, katanya, jumlah bakal calon legisltif (bacaleg) yang mendaftar untuk level DPR mencapai 1200-an orang dari seluruh Indonesia. Padahal, kuota yang ditetapkan DPP cuma 480 orang.
“Saya yakin perolehan suara Partai Demokrat di Sumut akan sebanding dengan hasil Pemilu 2008. Meskipun terjadi gonjang-ganjing di internal Demokrat. Tapi itu tak ada relevansinya. Coba lihat banyak betul peminat caleg yang mendaftar ke Partai Demokrat,’’ ujar Hasbullah. Ia berargumen tak ada kader Partai Demokrat di Sumut yang terindikasi kasus korupsi atau diseret ke kejaksaan. Soal kasus korupsi yang menimpa sejumlah kader di pusat, dia melihat itu sebagai insiden yang wajar dalam dunia politik. ‘’Kader partai ini ada ribuan di Indonesia. Ibarat ayam bertelur 10, kalau ada dua yang busuk ya, itu wajar-wajar saja,’’ ujarnya.
Senada dengan Hasbullah, Wakil Sekretaris DPD Demokrat Sumut Farianda Sinik menyatakan sudah ada komitmen dari ribuan kader di tingkat DPC dan DPD Partai Demokrat se-Sumut untuk mewujudkan kemenangan dalam Pemilu 2014. Arahan yang disampaikan oleh Presiden SBY selaku Majelis Tinggi diyakini akan membuat Partai Demokrat semakin baik ke depan.
“Kami yakin suara Demokrat di Sumut akan memuaskan di Sumut. pada Pemilu 2009 kami mendapat 27 kursi di DPRD Sumut, tareget kami pada Pemilu 2014 bertambah 30 kursi,’’ ujarnya.
Menurut Farianda insiden politis atas mundurnya Anas Urbaningrum dari kursi Ketua Umum diperkirakan tak akan berdampak langsung pada tingkat keterpilihan Partai Demokrat di Sumut. Kalaupun terjadi riak-riak di internal DPD Partai Demokrat Sumut, lanjut dia, situasi itu tdak akan mempengaruhi rasa percaya diri kader di Sumut.
Terkait gunjangan politik yang dialami partai itu dengan mundurnya 2.ooo-an kader mereka yang duduk di kursi legislatif di seluruh Indonesia, Farinda mengaku, hingga kini belum ada anggota DPRD di tingkat provinsi atau kabupaten/kota se-Sumut yang menyatakan diri keluar.
Pengamat Politik dari USU, Ridwan Rangkuti menegaskan hasil survei yang menyebutkan Partai Demokrat hanya meraih delapan persen pada Pemilu 2014, tentulah harus mendapat perhatian serius dari para pengurus dan kader. Masih ada satu tahun lagi untuk memperbaiki diri dan kinerja menjelang pelaksanaan Pemilu pada April 2014.
“Jika dicermati jelas ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat elektabilitas partai ini, yakni internal dan eksternal,’’ ujarnya. Soal faktor internal, Ridwan mengingatkan soal konflik internal dan lemahnya manajerial partai. Ridwan melihat faktor SBY yang tidak dapat mencalonkan diri kembali sebagai presiden tentu menjadi masalah besar lantaran SBY masih menjadi ‘magnet’ menjaring suara rakyat.
Tentulah pada Pemilu 2014 masyarakat juga akan menilai bagaimana pemerintahan SBY yang sudah berjalan dua periode, apakah meningkatkan kesejahteraan rakyat atau tidak.
“SBY itu magnet pada Pemilu 2009 lalu sehingga mendongkrak suara partai. Jelas beda pada Pemilu 2014 saat tak ada lagi figur atau magnet yang mempengaruhi publik pemilih,’’ ujarnya. (mag-5)