30 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

Istri Sertu Andreas: Cemana Aku Membesarkan Anak Kita Bang

Debora br Ginting (kiri, posisi tidur), tak kuasa menahan tangis melihat jenazah suaminya Sertu Andreas Surbakti terbujur kaku pasca ditabrak truk Rio milik Batalyon Arhanudse Tj Selamat. Jenazah Sertu Andreas disemayamkan di Jambur GBKP Jalan Simpang Awas Binjai, Selasa (27/5).
Debora br Ginting (kiri, posisi tidur), tak kuasa menahan tangis melihat jenazah suaminya Sertu Andreas Surbakti terbujur kaku pasca ditabrak truk Rio milik Batalyon Arhanudse Tj Selamat. Jenazah Sertu Andreas disemayamkan di Jambur GBKP Jalan Simpang Awas Binjai, Selasa (27/5).

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Isak tangis Debora Irnita Beru Ginting, mengiringi pemakaman Sertu Andreas Surbakti, salah satu korban truk maut tentara Arhanudse, di Jalan Medan-Binjai, kemarin.

Dalam kondisi menggunakan tempat tidur dan ditemani dokter serta perawat, Debora mengantar kepergian suami tercinta.

Tangisan Deborah membuat para pelayat tak mampu menahan derail air mata. Taman makam Pahlawan Kota Binjai dibasahi tetesan air kedukaan, Selasa (27/5). “Cemana lah aku ini bang. Cemana aku membasarkan anak kita bang,” isak Deborah seraya mengelus perutnya yang tampak membuncit.

Kabar kepergian Sertu Andreas sendiri baru diketahui Debora Irnita Ginting, Selasa (27/5) sekira 10.00 wib. Dokter yang menanganinya di RS Columbia Asia lah orang pertama yang mengabarkan berita duka itu.

“Jadi sekitar jam 10 itu kami kasih tahu dia kalau suaminya udah meninggal. Pertama dokter yang bilang, saya turut berduka cita ya bu katanya sama Debora. Dari situlah dia tahu. Langsung lah dia bilang, abang-abang, manggilin suaminya,” ujar Ruth (38) kakak ke enam Debora, yang menuturkan Debora histeris.

Ruth bercerita, jam 11.00 wib dirinya bersama Debora langsung berangkat ke Binjai untuk melihat jenazah suaminya dalam upacara adat di gedung serbaguna Binjai. Debora dibawa menggunakan Ambulance rumah sakit dan dibawa dengan tempat tidur rumah sakit. Demi menjaga stabilitas pasien, 1 orang dokter dan 1 orang perawat ikut serta mendampingi pasien. “Dia nggak boleh duduk jadi pakai tempat tidur,” ujarnya.

Sesampainya di sana, Debora kembali histeris sambil mengucapkan kata “Kok cepat kali abang pergi” di samping peti jenazah suaminya.

Akibatnya, denyut nadinya pun menjadi lemah dan dokter pun tak mengizinkan Debora untuk mengikuti rangkaian acara pemakaman jenazah sang suami dan dibawa pulang ke rumah sakit. “Dia di samping peti itu, cuma bisa dipegang-pegang gitu aja suaminya. Baru pas mau diciumnya, Debora duduk. Dicium untuk terakhir kalinya,” ujar Ruth yang saat itu terlihat lelah.

Meski terlihat tegar, Debora tak bisa menahan kesedihannya saat mengingat sosok suaminya. Dia pun menangis tersedu-sedu sambil mengucapkan kata-kata yang mengingatkan kenangan antara dia dan sang suami. “Siapa yang buat susu buat ku lagi bang. Nggak bisa dia tengok aku disini,” ucapnya menangis terbaring di atas tempat tidur di ruangan 520 rumah sakit Columbia Asia, Medan.

Mendengar itu, teman, kakak, dan pendeta Agustina yang saat itu datang untuk mendoakannya pun memberikan semangat kepada Debora. “Udah tenang dia sama Tuhan sekarang. Yang penting, Debora harus sehat dan kirim doa buat dia ya. Yang sabar kamu sayang ya,” pesan teman-teman menguatkan Debora.

Hasil CT Scan tulang Debora pun membuktikan adanya patah di bahu dan rusuk kanannya. Debora pun terlihat memakai sarung kotak-kotak merah hijau dengan atasan seragam pasien berwarna hijau dan berselimut biru.

Debora sendiri merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara. Saat itu Debora masih terlihat lemah saat diajak berkomunikasi. Selang infus pun masih terpasang di tangan sebelah kanannya. Ujung kaki kirinya pun diperban karena mengalami luka. Sedangkan betis kaki kanannya diperban karena juga mengalami luka. Hasilnya kedua kakinya pun membengkak. Kepala saat itu dipakaikan tutup kepala berwarna hijau untuk menutupi luka jahitan di kepala kanannya, meski sudah diperban. “Kalau sakit ya sakit. Ini dijahit kepalanya,” ujar Debora lemah.

Ruth pun mengenang kejadian yang baru dialami adiknya. Saat itu dirinya sedang di rumah dan baru bangun tidur. Mendengar kabar kecelakaan adiknya, Ruth pun langsung bergegas ke klinik Budi Mulia, Diski. “Saya langsung kesana. Nggak sempat lagi mandi-mandi. Dan saya sebelumnya ngga ada firasat apa pun,” ujarnya yang saat itu memakai kaos berwarna hitam.

Ruth pun menceritakan bahwa Debora adalah sosok yang manja terhadap suaminya. “Pas hamil kemarin yang masak itu suaminya, karena kebetulan suaminya bisa masak. Semua-semua suaminya. Yang buat susu lah. Manja kali lah sama suaminya. Suaminya pun nggak pernah marah sama dia,” kenang Ruth yang saat itu ditemani ibundanya, Rohani (72) dan Ana, kakak keempat Debora.

Dirinya pun akan tetap menjaga Debora sampai sembuh meski rasa lelah sudah mendera. Namun dirinya dan keluarga sangat menyayangi Debora yang dikenal suka ketawa itu. “Kami 8 bersaudara ini kompak semua. Makanya meskipun saya tidurnya cuma gitu-gitu aja ya nggak apa-apa. Ada mamak saya dan kakak saya juga kan ini. Kalau bapak saya sudah nggak bisa lagi kemari. Di sana aja tadi dia pas upacara adat datang,” ucapnya, sembari mengatakan janin di kandungan Debora dalam kondisi baik-baik saja.

Kecelakaan maut truk tentara yang merenggut nyawa Mayor Inf Heriadi Susanto, Sertu Andreas Surbakti dan seorang siswa pelayaran, Rahmad Ramadana (15) masih diselidiki. Sopir truk, Praka Rianto yang kabur saat kejadian masih dalam pengejaran pihak Denpom Binjai.

Kapten Yamin selaku Kaurmedia Pendam I/BB menjelaskan kecelakaan truk Arhanudse tersebut terjadi lantaran sopir mengelakkan kendaraan di depannya. Sehingga menewaskan dua personel TNI dan satu seorang pelajar SMK pelayaran.

Akibat kecelakaan maut tersebut, pihak Kodam turut berbelasungkawa kepada para korban. Diantara juga menyerahkan bantuan berupa biaya pemakaman para korban. “Biaya pemakamannya kita bantu. Begitu juga dengan kerugian material akan dibantu. Dan rumah warga yang ditabrak akan diperbaiki oleh pihak kita,” ujar Kapten Yamin yang dihubungi POSMETRO MEDAN, Selasa (27/5) siang.

Disinggung sudah sejauh mana pemeriksaan terhadap Praka Rianto, sopir truk? Kapten Yamin mengatakan kalau Praka Rianto belum diperiksa lantaran belum berhasil diamankan. Sub Denpom Binjai dan Denintel masih melakukan pengejaran dan sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

“Sub Denpom Binjai dan Denintel sudah melakukan olah TKP dan masih melakukan pencarian terhadap sang sopir,” ujarnya mengakhiri.

Di tempat terpisah, jenazah Sertu Andreas Surbakti telah dimakamkan oleh pihak keluarga dan disaksikan istrinya, Debora boru Ginting yang terlihat mengalami luka-luka.

Keterangan itu dipertegas Kapendam I BB, Kolonel Inf Samuel Petrus Hehakaya kepada kru koran ini, Selasa (27/5) siang. “Melarikan diri supirnya. Dan sampai saat ini kita belum menemukannya,” ucapnya. (

Diberitakan sebelumnya, Warga yang melintas di Jalan Medan-Binjai KM 15, Diski, Kec. Sunggal mendadak heboh, Senin (26/5) pukul 05.30 Wib. Pasalnya, truk yang membawa pasukan TNI dari Batalyon Arteleri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse) Batre B Tanjung Selamat tabrakan maut di lintas tersebut. Akibatnya, Mayor Inf Heriadi Susanto, Sertu Andreas Surbakti dan seorang siswa pelayaran, Rahmad Ramadana (15) pengendara sepeda motor tewas diseruduk truk.

Selain ketiga korban, satu korban lain juga mengalami luka berat, yakni Debora Ginting, istri dari Sertu Andreas Surbakti. Ia mendapat 50 jahitan di bagian tubuhnya dan kini dirawat di RS Colombia Asia.

Kecelakaan itu juga membuat tiga unit sepeda motor dan satu unit rumah yang dihuni oleh Juli Herawati Nainggolan (40), rusak parah. Tembok serta mobil Xenia BK 1590 KI yang ada di rumah itu rusak. (cr-2/tun/ind/bd)

Debora br Ginting (kiri, posisi tidur), tak kuasa menahan tangis melihat jenazah suaminya Sertu Andreas Surbakti terbujur kaku pasca ditabrak truk Rio milik Batalyon Arhanudse Tj Selamat. Jenazah Sertu Andreas disemayamkan di Jambur GBKP Jalan Simpang Awas Binjai, Selasa (27/5).
Debora br Ginting (kiri, posisi tidur), tak kuasa menahan tangis melihat jenazah suaminya Sertu Andreas Surbakti terbujur kaku pasca ditabrak truk Rio milik Batalyon Arhanudse Tj Selamat. Jenazah Sertu Andreas disemayamkan di Jambur GBKP Jalan Simpang Awas Binjai, Selasa (27/5).

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Isak tangis Debora Irnita Beru Ginting, mengiringi pemakaman Sertu Andreas Surbakti, salah satu korban truk maut tentara Arhanudse, di Jalan Medan-Binjai, kemarin.

Dalam kondisi menggunakan tempat tidur dan ditemani dokter serta perawat, Debora mengantar kepergian suami tercinta.

Tangisan Deborah membuat para pelayat tak mampu menahan derail air mata. Taman makam Pahlawan Kota Binjai dibasahi tetesan air kedukaan, Selasa (27/5). “Cemana lah aku ini bang. Cemana aku membasarkan anak kita bang,” isak Deborah seraya mengelus perutnya yang tampak membuncit.

Kabar kepergian Sertu Andreas sendiri baru diketahui Debora Irnita Ginting, Selasa (27/5) sekira 10.00 wib. Dokter yang menanganinya di RS Columbia Asia lah orang pertama yang mengabarkan berita duka itu.

“Jadi sekitar jam 10 itu kami kasih tahu dia kalau suaminya udah meninggal. Pertama dokter yang bilang, saya turut berduka cita ya bu katanya sama Debora. Dari situlah dia tahu. Langsung lah dia bilang, abang-abang, manggilin suaminya,” ujar Ruth (38) kakak ke enam Debora, yang menuturkan Debora histeris.

Ruth bercerita, jam 11.00 wib dirinya bersama Debora langsung berangkat ke Binjai untuk melihat jenazah suaminya dalam upacara adat di gedung serbaguna Binjai. Debora dibawa menggunakan Ambulance rumah sakit dan dibawa dengan tempat tidur rumah sakit. Demi menjaga stabilitas pasien, 1 orang dokter dan 1 orang perawat ikut serta mendampingi pasien. “Dia nggak boleh duduk jadi pakai tempat tidur,” ujarnya.

Sesampainya di sana, Debora kembali histeris sambil mengucapkan kata “Kok cepat kali abang pergi” di samping peti jenazah suaminya.

Akibatnya, denyut nadinya pun menjadi lemah dan dokter pun tak mengizinkan Debora untuk mengikuti rangkaian acara pemakaman jenazah sang suami dan dibawa pulang ke rumah sakit. “Dia di samping peti itu, cuma bisa dipegang-pegang gitu aja suaminya. Baru pas mau diciumnya, Debora duduk. Dicium untuk terakhir kalinya,” ujar Ruth yang saat itu terlihat lelah.

Meski terlihat tegar, Debora tak bisa menahan kesedihannya saat mengingat sosok suaminya. Dia pun menangis tersedu-sedu sambil mengucapkan kata-kata yang mengingatkan kenangan antara dia dan sang suami. “Siapa yang buat susu buat ku lagi bang. Nggak bisa dia tengok aku disini,” ucapnya menangis terbaring di atas tempat tidur di ruangan 520 rumah sakit Columbia Asia, Medan.

Mendengar itu, teman, kakak, dan pendeta Agustina yang saat itu datang untuk mendoakannya pun memberikan semangat kepada Debora. “Udah tenang dia sama Tuhan sekarang. Yang penting, Debora harus sehat dan kirim doa buat dia ya. Yang sabar kamu sayang ya,” pesan teman-teman menguatkan Debora.

Hasil CT Scan tulang Debora pun membuktikan adanya patah di bahu dan rusuk kanannya. Debora pun terlihat memakai sarung kotak-kotak merah hijau dengan atasan seragam pasien berwarna hijau dan berselimut biru.

Debora sendiri merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara. Saat itu Debora masih terlihat lemah saat diajak berkomunikasi. Selang infus pun masih terpasang di tangan sebelah kanannya. Ujung kaki kirinya pun diperban karena mengalami luka. Sedangkan betis kaki kanannya diperban karena juga mengalami luka. Hasilnya kedua kakinya pun membengkak. Kepala saat itu dipakaikan tutup kepala berwarna hijau untuk menutupi luka jahitan di kepala kanannya, meski sudah diperban. “Kalau sakit ya sakit. Ini dijahit kepalanya,” ujar Debora lemah.

Ruth pun mengenang kejadian yang baru dialami adiknya. Saat itu dirinya sedang di rumah dan baru bangun tidur. Mendengar kabar kecelakaan adiknya, Ruth pun langsung bergegas ke klinik Budi Mulia, Diski. “Saya langsung kesana. Nggak sempat lagi mandi-mandi. Dan saya sebelumnya ngga ada firasat apa pun,” ujarnya yang saat itu memakai kaos berwarna hitam.

Ruth pun menceritakan bahwa Debora adalah sosok yang manja terhadap suaminya. “Pas hamil kemarin yang masak itu suaminya, karena kebetulan suaminya bisa masak. Semua-semua suaminya. Yang buat susu lah. Manja kali lah sama suaminya. Suaminya pun nggak pernah marah sama dia,” kenang Ruth yang saat itu ditemani ibundanya, Rohani (72) dan Ana, kakak keempat Debora.

Dirinya pun akan tetap menjaga Debora sampai sembuh meski rasa lelah sudah mendera. Namun dirinya dan keluarga sangat menyayangi Debora yang dikenal suka ketawa itu. “Kami 8 bersaudara ini kompak semua. Makanya meskipun saya tidurnya cuma gitu-gitu aja ya nggak apa-apa. Ada mamak saya dan kakak saya juga kan ini. Kalau bapak saya sudah nggak bisa lagi kemari. Di sana aja tadi dia pas upacara adat datang,” ucapnya, sembari mengatakan janin di kandungan Debora dalam kondisi baik-baik saja.

Kecelakaan maut truk tentara yang merenggut nyawa Mayor Inf Heriadi Susanto, Sertu Andreas Surbakti dan seorang siswa pelayaran, Rahmad Ramadana (15) masih diselidiki. Sopir truk, Praka Rianto yang kabur saat kejadian masih dalam pengejaran pihak Denpom Binjai.

Kapten Yamin selaku Kaurmedia Pendam I/BB menjelaskan kecelakaan truk Arhanudse tersebut terjadi lantaran sopir mengelakkan kendaraan di depannya. Sehingga menewaskan dua personel TNI dan satu seorang pelajar SMK pelayaran.

Akibat kecelakaan maut tersebut, pihak Kodam turut berbelasungkawa kepada para korban. Diantara juga menyerahkan bantuan berupa biaya pemakaman para korban. “Biaya pemakamannya kita bantu. Begitu juga dengan kerugian material akan dibantu. Dan rumah warga yang ditabrak akan diperbaiki oleh pihak kita,” ujar Kapten Yamin yang dihubungi POSMETRO MEDAN, Selasa (27/5) siang.

Disinggung sudah sejauh mana pemeriksaan terhadap Praka Rianto, sopir truk? Kapten Yamin mengatakan kalau Praka Rianto belum diperiksa lantaran belum berhasil diamankan. Sub Denpom Binjai dan Denintel masih melakukan pengejaran dan sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

“Sub Denpom Binjai dan Denintel sudah melakukan olah TKP dan masih melakukan pencarian terhadap sang sopir,” ujarnya mengakhiri.

Di tempat terpisah, jenazah Sertu Andreas Surbakti telah dimakamkan oleh pihak keluarga dan disaksikan istrinya, Debora boru Ginting yang terlihat mengalami luka-luka.

Keterangan itu dipertegas Kapendam I BB, Kolonel Inf Samuel Petrus Hehakaya kepada kru koran ini, Selasa (27/5) siang. “Melarikan diri supirnya. Dan sampai saat ini kita belum menemukannya,” ucapnya. (

Diberitakan sebelumnya, Warga yang melintas di Jalan Medan-Binjai KM 15, Diski, Kec. Sunggal mendadak heboh, Senin (26/5) pukul 05.30 Wib. Pasalnya, truk yang membawa pasukan TNI dari Batalyon Arteleri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse) Batre B Tanjung Selamat tabrakan maut di lintas tersebut. Akibatnya, Mayor Inf Heriadi Susanto, Sertu Andreas Surbakti dan seorang siswa pelayaran, Rahmad Ramadana (15) pengendara sepeda motor tewas diseruduk truk.

Selain ketiga korban, satu korban lain juga mengalami luka berat, yakni Debora Ginting, istri dari Sertu Andreas Surbakti. Ia mendapat 50 jahitan di bagian tubuhnya dan kini dirawat di RS Colombia Asia.

Kecelakaan itu juga membuat tiga unit sepeda motor dan satu unit rumah yang dihuni oleh Juli Herawati Nainggolan (40), rusak parah. Tembok serta mobil Xenia BK 1590 KI yang ada di rumah itu rusak. (cr-2/tun/ind/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/