26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Satu Tewas Tertimbun Kayu

Dua Hari Pasca Banjir Bandang Madina

MADINA-Banjir yang menerjang Kabupaten Mandailing Natal, Minggu (26/2) malam lalu, tak hanya menyisakan lumpur dan tumpukan kayu di mana-mana. Di badan sungai Aek Kitang, Desa Gunungmanaon ditemukan seorang warga tewas.

Mayat Amirhan Nasution (56) ditemukan warga tertimbun tumpukan kayu. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai panarik becak itu merupakan warga Mompang Julu, Kecamatan Panyabungan Utara.

Mayat bapak delapan anak ini ditemukan, Selasa (28/2) sekira pukul 14.15 WIB oleh puluhan relawan yang juga kader Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (DPC PPP) Madina bersama warga Gunungmanaon, saat gotong-royong mengangkut tumpukan kayu dari badan sungai.
“Awalnya yang kelihatan adalah tangan. Saat ditemukan mayat dalam kondisi telentang dan sudah bugil,” terang Ketua DPC PPP Madina, HM Dahler Nasution.

Sementara itu, informasi yang dihimpun dari keluarga korban, Parhimpunan Nasution menyebutkan, Minggu (26/2) sore, udanya (paman) masih menarik becak mengelilingi Panyabungan. Sekitar pukul 21.00 WIB, korban ingin melihat kondisi jembatan Gunung Tua yang runtuh. Ketika itu, korban memarkirkan betornya tak jauh dari jembatan atau sekitar 20 meter.

“Ada yang melihat paman kami memarkirkan betornya di pinggir jalinsum. Ia ingin menyaksikan jembatan yang roboh. Namun, tidak ada yang melihat paman jatuh karena pada saat itu listrik padam. Kami perkirakan uda jatuh pada saat itu sehingga tidak diketahui orang lain,” terang Parhimpunan.
Selanjutnya, Senin (27/2) siang setelah memastikan korban tidak pulang ke rumah sementar betornya masih parkir di pinggir jalinsum, pihak keluarga melaporkan kehilangan ke Mapolres Madina. Kemarin siang, keluarga korban menerima kabar Amirhan Nasution telah meninggal tertimpa tumpukan kayu di Sungai Aek Kitang, sekitar 1,5 kilometer dari jembatan roboh.

Kasatreskrim Polres Madina, AKP SM Siregar SH membenarkan laporan pengaduan orang hilang. “Benar ada laporan pengaduan orang hilang yang identitasnya sama dengan mayat yang ditemukan. Untuk sementara kita perkirakan dia hanyut saat melihat jembatan runtuh. Memang di lokasi kita lihat penyangga jembatan di pinggir sungai retak. Mungkin korban terlalu dekat berdiri di pinggir sungai, tetapi kita masih lihat dulu kepastiannya,” tukasnya.
Sementara itu, hingga kemarin air masih menggenangi Desa Gunungmanaon di Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Madina. Ketinggian air mencapai satu meter masih dilihat di mana-mana. Termasuk di Masjid Raya Gunungmanaon. Seluruh rumah warga masih terendam.

Di desa lain, seperti Manyabar, Sabajambu, Pagaran Tonga dan desa lainnya, warga sudah mulai membersihkan rumah masing-masing. Rumah yang rusak juga mulai diperbaiki. Sejauh ini, Pemkab Madina belum bisa memastikan besaran kerugian akibat banjir ini, tetapi diperkirakan lebih dari Rp20 miliar.
“Kita belum bisa memastikan jumlah kerugian karena kita masih terus melakukan pendataan. Perkiraan sementara lebih Rp20 miliar,” sebut Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Madina, Rizpan.

Sementara itu, ambruknya jembatan mengakibatkan suplai berbagai kebutuhan masyarakat seperti bahan bakar minyak (BBM) terhambat. Untuk mensuplai BBM ke Madina, Pertamina mengambil stok dari Terminal BBM Sibolga, dengan jarak tempuh 6 jam. Tetapi, putusnya jembatan ini, membuat Pertamina harus mengalihkan pengiriman.

“Ini salah satu upaya untuk mengantisipasi faktor penghambat distribusi,” ujar Asisten Manager External Relation PT Pertamina Fuel Retail Marketing Regional Sumbagut, Fitri Erika.

Menurutnya, kegiatan pengalihan suplai BBM ini, merupakan strategi Pertamina yang memiliki pola Supply RAE (Regular, Alternatif, dan Emergency). Suplai ini dilakukan bila terjadi hambatan dalam distribusi. (wan/smg/ram/jon)

Dua Hari Pasca Banjir Bandang Madina

MADINA-Banjir yang menerjang Kabupaten Mandailing Natal, Minggu (26/2) malam lalu, tak hanya menyisakan lumpur dan tumpukan kayu di mana-mana. Di badan sungai Aek Kitang, Desa Gunungmanaon ditemukan seorang warga tewas.

Mayat Amirhan Nasution (56) ditemukan warga tertimbun tumpukan kayu. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai panarik becak itu merupakan warga Mompang Julu, Kecamatan Panyabungan Utara.

Mayat bapak delapan anak ini ditemukan, Selasa (28/2) sekira pukul 14.15 WIB oleh puluhan relawan yang juga kader Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (DPC PPP) Madina bersama warga Gunungmanaon, saat gotong-royong mengangkut tumpukan kayu dari badan sungai.
“Awalnya yang kelihatan adalah tangan. Saat ditemukan mayat dalam kondisi telentang dan sudah bugil,” terang Ketua DPC PPP Madina, HM Dahler Nasution.

Sementara itu, informasi yang dihimpun dari keluarga korban, Parhimpunan Nasution menyebutkan, Minggu (26/2) sore, udanya (paman) masih menarik becak mengelilingi Panyabungan. Sekitar pukul 21.00 WIB, korban ingin melihat kondisi jembatan Gunung Tua yang runtuh. Ketika itu, korban memarkirkan betornya tak jauh dari jembatan atau sekitar 20 meter.

“Ada yang melihat paman kami memarkirkan betornya di pinggir jalinsum. Ia ingin menyaksikan jembatan yang roboh. Namun, tidak ada yang melihat paman jatuh karena pada saat itu listrik padam. Kami perkirakan uda jatuh pada saat itu sehingga tidak diketahui orang lain,” terang Parhimpunan.
Selanjutnya, Senin (27/2) siang setelah memastikan korban tidak pulang ke rumah sementar betornya masih parkir di pinggir jalinsum, pihak keluarga melaporkan kehilangan ke Mapolres Madina. Kemarin siang, keluarga korban menerima kabar Amirhan Nasution telah meninggal tertimpa tumpukan kayu di Sungai Aek Kitang, sekitar 1,5 kilometer dari jembatan roboh.

Kasatreskrim Polres Madina, AKP SM Siregar SH membenarkan laporan pengaduan orang hilang. “Benar ada laporan pengaduan orang hilang yang identitasnya sama dengan mayat yang ditemukan. Untuk sementara kita perkirakan dia hanyut saat melihat jembatan runtuh. Memang di lokasi kita lihat penyangga jembatan di pinggir sungai retak. Mungkin korban terlalu dekat berdiri di pinggir sungai, tetapi kita masih lihat dulu kepastiannya,” tukasnya.
Sementara itu, hingga kemarin air masih menggenangi Desa Gunungmanaon di Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Madina. Ketinggian air mencapai satu meter masih dilihat di mana-mana. Termasuk di Masjid Raya Gunungmanaon. Seluruh rumah warga masih terendam.

Di desa lain, seperti Manyabar, Sabajambu, Pagaran Tonga dan desa lainnya, warga sudah mulai membersihkan rumah masing-masing. Rumah yang rusak juga mulai diperbaiki. Sejauh ini, Pemkab Madina belum bisa memastikan besaran kerugian akibat banjir ini, tetapi diperkirakan lebih dari Rp20 miliar.
“Kita belum bisa memastikan jumlah kerugian karena kita masih terus melakukan pendataan. Perkiraan sementara lebih Rp20 miliar,” sebut Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Madina, Rizpan.

Sementara itu, ambruknya jembatan mengakibatkan suplai berbagai kebutuhan masyarakat seperti bahan bakar minyak (BBM) terhambat. Untuk mensuplai BBM ke Madina, Pertamina mengambil stok dari Terminal BBM Sibolga, dengan jarak tempuh 6 jam. Tetapi, putusnya jembatan ini, membuat Pertamina harus mengalihkan pengiriman.

“Ini salah satu upaya untuk mengantisipasi faktor penghambat distribusi,” ujar Asisten Manager External Relation PT Pertamina Fuel Retail Marketing Regional Sumbagut, Fitri Erika.

Menurutnya, kegiatan pengalihan suplai BBM ini, merupakan strategi Pertamina yang memiliki pola Supply RAE (Regular, Alternatif, dan Emergency). Suplai ini dilakukan bila terjadi hambatan dalam distribusi. (wan/smg/ram/jon)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/