29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

17 Pelajar Tewas Ditimpa Truk

Foto: Gideon
Foto: Gideon

TAPTENG, SUMUTPOS.CO-Pita hitam untuk dunia pendidikan di Sumut. Di Tapanuli Tengah, 17 pelajar tewas ditimpa truk ketika mobil yang mengangkut mereka masuk ke parit berlumpur.  Tragedi kemarin pagi itu pun kini menyisakan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.

Adalah satu unit truk BK 8912 EA yang mengangkut 40 pelajar, masuk ke dalam parit sedalam 2,5 meter di Jalan Poros Desa Mas Nauli Kecamatan Sirandorung Kabupaten Tapanuli Tengah, Kamis (28/5) pagi.

Akibatnya insiden itu, sebanyak 17 dari sekitar 40 orang pelajar yang diangkut truk yang dikemudikan Ramadhani (25) warga Singkil, tewas di tempat. Sementara yang lainnya, menderita luka-luka, hingga dibawa ke Puskesmas Manduamas yang tidak jauh dari lokasi kejadian.

Truk milik PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) itu terbalik ke sebuah parit setelah ban depan kanannya lepas dari as. Saksi mata, A Pasaribu (37) menyebutkan, kejadian itu berawal saat dua mobil truk membawa penumpang pelajar melaju menuju sekolahan di Desa Paranginan, kecamatan setempat. Kedua truk tersebut saling mendahului.

“Tiba-tiba truk yang sudah mendahului mobil yang di depannya sekira 7 meter itu kemudian ban bagian depan terlepas dari as-nya. Truk oleng dan tidak dapat dikendalikan oleh sopir,” ujarnya kepada New Tapanuli (grup Sumut Pos), di lokasi kejadian, Kamis (28/5).

Para pelajar yang ada di bak truk terlempar dan dihimpit bak truk yang telungkup masuk ke dalam ke dalam saluran parit kerukan yang berlumpur dan berair. Para korban pun terperangkap di dalam bak truk dengan posisi berhimpitan, termasuk kernet truk Sohibun (43). Korban yang sempat menyelamatkan diri kemudian berusaha keluar dari pintu belakang truk.

Lokasi kejadian itu persia sekitar 1 km dari Pos Tambahan tempat melapor truk sebelumnya, atau sekitar 200 meter dari areal pabrik kelap sawit (PKS) PT SGSR. Pengendara di belakang truk naas itu dan sejumlah warga dan karyawan yang melintas juga langsung memberikan pertolongan kepada para korban.

Barulah sekira pukul 06.50 WIB, bantuan alat berat berupa beko mini tiba di lokasi untuk mengangkat truk yang telungkup di parit itu. Namun upaya itu tak membuahkan hasil maksimal. Beko mini itu tak mampu mengangkat truk ke atas. Sebagian pelajar yang terperangkap di kolong bak truk itu pun tidak sempat dievakuasi dan diselamatkan.

Kemudian, sekira pukul 07.10 WIB kembali didatangkan ekscavator milik seorang pengusaha di daerah sekitar untuk mengangkat truk yang terbalik. Seluruh korban yang sudah tewas dan kritis pun dievakuasi dari lokasi.

Kapolsek Manduamas AKP Endah Iwan Tarigan mengatakan, peristiwa nahas mengkibatkan korban meninggal sebanyak 17 orang. Korban selamat 6 orang, 1 luka berat patah kaki. “Sedangkan para korban selamat sudah dipulangkan dan yang luka sedang dibawa ke puskesmas dan bidan terdekat,” kata kapolsek.

Sementara Sohibun (43) warga SP1, kernet truk maut tersebut yang berhasil selamat mengaku kalau truk yang dipakai mengangkut anak sekolah tersebut bukanlah mobil yang biasa dipakai mengangkut anak sekolah setiap harinya.

Diterangkannya, dalam seminggu terakhir ini, truk sawit tersebut sudah dua kali digunakan mengakut anak sekolah menggantikan truk tertutup yang biasa digunakan sebagai pengangkut anak sekolah yang kondisinya rusak. “Dua kalilah dalam seminggu ini mobil itu dipakai menggantikan mobil pengangkut anak sekolah yang rusak,” ungkap Sohibun.

Diakuinya, kalau Ramadhani, sang sopir maut baru dua bulan ini merangkap sebagai pengantar anak sekolah. Namun, soal kecepatan mobil sebelum kejadian, Sohibun diduga mencoba tertutup dengan mengatakan bahwa laju kendaraan hanya kisaran 40 km per jam. “Baru dua bulan ini dia (Ramadhani) membawa anak sekolah. Kecepatannya kira-kira 40 km per jam, gak kencangnya,” kilahnya.

Diceritakannya, awal mula kejadian, berangkat dari bengkel kebun ia dan Ramadhani mulai bergerak ke setiap afedeling untuk menjemput anak sekolah yang sudah menunggu. Sohibun mengaku sebelum kejadian, truk yang mereka tumpangi mencoba mendahului 2 truk jenis sama di depannya. Berjarak sekitar 20 meter di depan 2 truk yang didahuluinya, tiba-tiba saja ban depan sebelah kanan truk lepas, sehingga truk mengarah ke kanan, hingga terbalik ke parit berkedalaman sekitar 2,5 meter dengan posisi telungkup.

“Ada 2 truk didepan kami dilewati. Beberapa meter kemudian, bannya lepas dan terbalik ke parit sebelah kanan jalan,” ungkapnya.

Namun, Sohibun tidak dapat menceritakan bagaimana kondisi terakhir saat truk masuk parit. “Gak ingat lagi aku. Tapi, setelah jatuh, saya dan anak-anak yang selamat mencoba keluar dari pintu belakang truk. Malah, anak sekolah itunya yang pertama mendorong pintu untuk keluar,” bebernya.

Foto: Gideon
Foto: Gideon

TAPTENG, SUMUTPOS.CO-Pita hitam untuk dunia pendidikan di Sumut. Di Tapanuli Tengah, 17 pelajar tewas ditimpa truk ketika mobil yang mengangkut mereka masuk ke parit berlumpur.  Tragedi kemarin pagi itu pun kini menyisakan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.

Adalah satu unit truk BK 8912 EA yang mengangkut 40 pelajar, masuk ke dalam parit sedalam 2,5 meter di Jalan Poros Desa Mas Nauli Kecamatan Sirandorung Kabupaten Tapanuli Tengah, Kamis (28/5) pagi.

Akibatnya insiden itu, sebanyak 17 dari sekitar 40 orang pelajar yang diangkut truk yang dikemudikan Ramadhani (25) warga Singkil, tewas di tempat. Sementara yang lainnya, menderita luka-luka, hingga dibawa ke Puskesmas Manduamas yang tidak jauh dari lokasi kejadian.

Truk milik PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) itu terbalik ke sebuah parit setelah ban depan kanannya lepas dari as. Saksi mata, A Pasaribu (37) menyebutkan, kejadian itu berawal saat dua mobil truk membawa penumpang pelajar melaju menuju sekolahan di Desa Paranginan, kecamatan setempat. Kedua truk tersebut saling mendahului.

“Tiba-tiba truk yang sudah mendahului mobil yang di depannya sekira 7 meter itu kemudian ban bagian depan terlepas dari as-nya. Truk oleng dan tidak dapat dikendalikan oleh sopir,” ujarnya kepada New Tapanuli (grup Sumut Pos), di lokasi kejadian, Kamis (28/5).

Para pelajar yang ada di bak truk terlempar dan dihimpit bak truk yang telungkup masuk ke dalam ke dalam saluran parit kerukan yang berlumpur dan berair. Para korban pun terperangkap di dalam bak truk dengan posisi berhimpitan, termasuk kernet truk Sohibun (43). Korban yang sempat menyelamatkan diri kemudian berusaha keluar dari pintu belakang truk.

Lokasi kejadian itu persia sekitar 1 km dari Pos Tambahan tempat melapor truk sebelumnya, atau sekitar 200 meter dari areal pabrik kelap sawit (PKS) PT SGSR. Pengendara di belakang truk naas itu dan sejumlah warga dan karyawan yang melintas juga langsung memberikan pertolongan kepada para korban.

Barulah sekira pukul 06.50 WIB, bantuan alat berat berupa beko mini tiba di lokasi untuk mengangkat truk yang telungkup di parit itu. Namun upaya itu tak membuahkan hasil maksimal. Beko mini itu tak mampu mengangkat truk ke atas. Sebagian pelajar yang terperangkap di kolong bak truk itu pun tidak sempat dievakuasi dan diselamatkan.

Kemudian, sekira pukul 07.10 WIB kembali didatangkan ekscavator milik seorang pengusaha di daerah sekitar untuk mengangkat truk yang terbalik. Seluruh korban yang sudah tewas dan kritis pun dievakuasi dari lokasi.

Kapolsek Manduamas AKP Endah Iwan Tarigan mengatakan, peristiwa nahas mengkibatkan korban meninggal sebanyak 17 orang. Korban selamat 6 orang, 1 luka berat patah kaki. “Sedangkan para korban selamat sudah dipulangkan dan yang luka sedang dibawa ke puskesmas dan bidan terdekat,” kata kapolsek.

Sementara Sohibun (43) warga SP1, kernet truk maut tersebut yang berhasil selamat mengaku kalau truk yang dipakai mengangkut anak sekolah tersebut bukanlah mobil yang biasa dipakai mengangkut anak sekolah setiap harinya.

Diterangkannya, dalam seminggu terakhir ini, truk sawit tersebut sudah dua kali digunakan mengakut anak sekolah menggantikan truk tertutup yang biasa digunakan sebagai pengangkut anak sekolah yang kondisinya rusak. “Dua kalilah dalam seminggu ini mobil itu dipakai menggantikan mobil pengangkut anak sekolah yang rusak,” ungkap Sohibun.

Diakuinya, kalau Ramadhani, sang sopir maut baru dua bulan ini merangkap sebagai pengantar anak sekolah. Namun, soal kecepatan mobil sebelum kejadian, Sohibun diduga mencoba tertutup dengan mengatakan bahwa laju kendaraan hanya kisaran 40 km per jam. “Baru dua bulan ini dia (Ramadhani) membawa anak sekolah. Kecepatannya kira-kira 40 km per jam, gak kencangnya,” kilahnya.

Diceritakannya, awal mula kejadian, berangkat dari bengkel kebun ia dan Ramadhani mulai bergerak ke setiap afedeling untuk menjemput anak sekolah yang sudah menunggu. Sohibun mengaku sebelum kejadian, truk yang mereka tumpangi mencoba mendahului 2 truk jenis sama di depannya. Berjarak sekitar 20 meter di depan 2 truk yang didahuluinya, tiba-tiba saja ban depan sebelah kanan truk lepas, sehingga truk mengarah ke kanan, hingga terbalik ke parit berkedalaman sekitar 2,5 meter dengan posisi telungkup.

“Ada 2 truk didepan kami dilewati. Beberapa meter kemudian, bannya lepas dan terbalik ke parit sebelah kanan jalan,” ungkapnya.

Namun, Sohibun tidak dapat menceritakan bagaimana kondisi terakhir saat truk masuk parit. “Gak ingat lagi aku. Tapi, setelah jatuh, saya dan anak-anak yang selamat mencoba keluar dari pintu belakang truk. Malah, anak sekolah itunya yang pertama mendorong pintu untuk keluar,” bebernya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/