KORBAN TEWAS JADI 7 ORANG
Korban tertimbun reruntuhan bangunan akibat longsor di Silayanglayang, Kelurahan Wek II, Psp Utara, bertambah jadi 7 orang. Selasa (28/7), enam jenazah sudah dimakamkan berdampingan. Termasuk Nurmini (29) dan bayinya dimakamkan satu liang. Sementara jenazah Aisyah yang meninggal kemarin sore, hingga tadi malam masih disemayamkan di kediaman keluarga.
Sekira pukul 13.00 WIB kemarin, ratusan warga tampak mengiringi jenazah ke Masjid Raya Lama Kota Padangsidimpuan. Usai melaksanakan fardhu kifayah dan keenam jenazah disholatkan, keluarga beserta warga pun mengantarkan jenazah ke pemakaman Silayanglayang Kota Psp. Di pekuburan yang berbukit-bukit itu, 5 liang sudah disiapkan untuk keenam jenazah. Semua jenazah dimakamkan berdampingan. Khusus Nurmini yang merupakan istri dari pemilik rumah Bisri Lubis, dimakamkan satu liang bersama bayinya Ibrahim yang masih berusia 29 hari.
“Atas mufakat kedua keluarga korban, disepakati keenam jenazah dimakamkan secara berdampingan di pekuburan yang sama di Silayanglayang,” ungkap Lurah Wek II Dahyar Nasution. Terangnya lagi, enam korban tersebut terdiri dari dua keluarga. Satu keluarga berasal dari Kelurahan Tano Bato, yakni keluarga Nelly Sari. Nelly sendiri selamat saat peristiwa itu. Namun anaknya Zainab (8) dan Maryam Piliang (5) meninggal dunia.
Sementara korban tewas dari Keluarga Bisri Lubis yang tinggal di Kelurahan Silayanglayang, masing-masing Nurmini (29) (sebelumnya tertulis Nuraini). Kemudian Maryam Lubis (5), Muhammad (2) dan Ibrahim yang masih berusia 29 hari.
“Empat jenazah dimakamkan pada empat liang secara berdampingan, dan jenazah Nurmini dimakamkan satu liang bersama bayinya. Semua makan berdampingan,” ungkapnya.
Saat ditanya bagaimana kronologis musibah itu terjadi, Lurah mengaku tidak mengetahuinya secara pasti. Namun ia menyatakan, saat itu rumah korban memang didatangi oleh keluarga Nelly Sari. Selain bersilaturahmi, mereka juga ingin melihat bayi korban yang baru lahir. “Kebetulan saat itu suami korban (Bisri Lubis, red) sedang tidak di rumah dan bekerja menarik betor. Bisri juga tidak mengetahui kalau saat itu rumahnya didatangi tamu yang tak lain saudara mereka,” terang lurah yang terus mendampingi mulai proses evakuasi hingga pemakaman ini.
Ia mewakili seluruh warga Kelurahan Wek II, khususnya Lingkungan IV Silayanglayang, mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas musibah tersebut. “Ini memang sebuah musibah yang datangnya tidak pernah kita ketahui, dan kami cukup merasakan duka yang sedalam-dalamnya,” tukasnya. Untuk membantu keluarga korban, ia bersama warga juga meyiapkan seluruh hal-hal yang dibutuhkan, mulai dari proses fardhu kifayah sampai pemakamam.
“Kami berusaha membantu keluarga korban, mulai datang dari rumah sakit sampai proses pemakamamnya. Dan semua ini kami lakukan atas rasa simpati dan bentuk sosial kami antar sesama warga,” lanjutnya.